Tanda Ovulasi Berhasil Dibuahi dan Perkembangan Janin

Ditulis oleh: Redaksi Klikdokter.com

Tanda Ovulasi Berhasil Dibuahi dan Perkembangan Janin

Kehamilan dimulai ketika ovulasi berhasil dibuahi oleh sperma. Setelah pembuahan, tubuh akan mulai menunjukkan tanda-tanda awal kehamilan. Dalam proses ini, usia kehamilan dihitung dari hari pertama haid terakhir (HPHT). 

Secara umum, kehamilan berlangsung selama 40 minggu dan dibagi menjadi tiga trimester. Trimester pertama dimulai dari minggu ke-1 hingga minggu ke-13, trimester kedua dari minggu ke-14 hingga minggu ke-27, dan trimester ketiga dari minggu ke-28 hingga kelahiran.

Bayi yang dikandung mengalami tumbuh kembang yang signifikan dari minggu ke minggu. Selain itu, tubuh ibu juga mulai menunjukkan berbagai tanda dan perubahan awal yang menunjukkan bahwa ovulasi telah berhasil dibuahi. 

Tanda-Tanda Ovulasi Berhasil Dibuahi

Mengetahui tanda-tanda ovulasi berhasil dibuahi adalah langkah awal yang penting dalam proses kehamilan. Beberapa tanda yang umumnya muncul saat ovulasi berhasil dibuahi termasuk:

1. Pendarahan Implantasi

Setelah ovulasi berhasil dibuahi, Ibu mungkin mengalami pendarahan ringan atau flek yang disebut pendarahan implantasi. Ini terjadi ketika sel telur yang telah dibuahi menempel pada dinding rahim, biasanya 6-12 hari setelah pembuahan.

Pendarahan implantasi berbeda dari menstruasi. Warnanya cenderung merah muda atau kecokelatan, jumlahnya sangat sedikit, dan hanya berlangsung 1-2 hari. Gejala ini sering disertai tanda awal kehamilan lain, seperti mual, sakit kepala, nyeri payudara, atau perubahan suasana hati.

Namun, tidak semua Ibu mengalami pendarahan ini. Jika Ibu menduga telah hamil, sebaiknya lakukan tes kehamilan, terutama jika siklus menstruasi tidak teratur.

Perbedaan pendarahan implantasi dan menstruasi mudah dikenali, pendarahan implantasi lebih ringan, berupa bercak, sementara darah haid lebih deras, merah terang, dan kadang mengandung gumpalan.

2. Kram Ringan Atau Nyeri Perut

Kram ringan atau nyeri perut bisa menjadi tanda awal bahwa ovulasi berhasil dibuahi. Kram ini disebabkan oleh perubahan hormon dan implantasi embrio di rahim. Biasanya, kram implantasi terasa lebih ringan dan singkat dibandingkan kram menstruasi, berlangsung hanya beberapa menit dan tidak mengganggu aktivitas Ibu.

Perbedaannya dengan kram menstruasi adalah intensitas dan durasinya. Kram menstruasi cenderung lebih lama dan menyakitkan, sedangkan kram implantasi hilang dengan cepat dan sering disertai tanda-tanda awal kehamilan lainnya, seperti mual atau nyeri payudara.

Jika kram perut terasa sangat sakit atau tidak hilang, segera konsultasikan dengan dokter kandungan. Kram ini mungkin tidak selalu terkait dengan kehamilan, dan pemeriksaan lebih lanjut diperlukan.

3. Perubahan Suhu Basal Tubuh

Setelah ovulasi berhasil dibuahi, suhu basal tubuh Ibu biasanya tetap tinggi hingga melewati periode menstruasi. Peningkatan ini disebabkan oleh tingginya kadar hormon Progesteron dalam tubuh, dengan suhu bisa mencapai sekitar 37,4-37,5°C.

Suhu basal tubuh yang lebih tinggi sering menjadi tanda awal kehamilan. Oleh karena itu, penting untuk rutin mencatat suhu tubuh setiap pagi agar lebih mudah memantau perubahan. Jika suhu tubuh basal terus tinggi setelah ovulasi, ini bisa menjadi indikasi bahwa pembuahan telah berhasil.

Namun, perlu diingat suhu basal tubuh bisa dipengaruhi oleh banyak faktor lain, seperti kondisi lingkungan atau kesehatan Ibu. Meskipun suhu tubuh yang tinggi bisa menjadi tanda kehamilan, sebaiknya tetap lakukan tes kehamilan untuk hasil yang lebih pasti.

4. Perubahan Payudara

Perubahan pada payudara, seperti nyeri, bengkak, atau perubahan puting, sering menjadi tanda awal bahwa ovulasi berhasil dibuahi. Payudara Ibu mungkin terasa lebih sensitif atau lembut saat disentuh, biasanya terjadi 1-2 minggu setelah pembuahan.

Peningkatan hormon progesteron memicu pertumbuhan kelenjar susu, sehingga payudara bisa membesar, terasa penuh, dan puting menjadi lebih menonjol serta lebih gelap. Nyeri ini umumnya muncul beberapa hari setelah pembuahan, namun bisa juga terjadi 7 hari setelah ovulasi.

Jika Ibu mengalami perubahan ini, penting untuk melakukan tes kehamilan guna memastikan apakah Ibu sedang hamil. Gejala ini umum dirasakan sebagai bagian dari perubahan tubuh di awal kehamilan.

5. Sering Buang Air Kecil

Sering buang air kecil bisa menjadi tanda awal bahwa ovulasi berhasil dibuahi. Meskipun janin masih sangat kecil, tubuh Ibu mulai mengalami perubahan besar, termasuk peningkatan aliran darah yang mempengaruhi kerja ginjal dan menyebabkan produksi urine lebih banyak.

Seiring perkembangan janin, tekanan pada kandung kemih semakin besar, membuat Ibu merasa lebih sering buang air kecil. Hormone human chorionic gonadotropin (hCG) juga berperan dalam meningkatkan aliran darah ke daerah panggul, mempercepat frekuensi buang air kecil di awal kehamilan.

Perubahan ini adalah bagian normal dari kehamilan saat tubuh menyediakan ruang untuk pertumbuhan Anak, dan akan semakin terasa seiring bertambahnya usia kehamilan.

6. Perubahan Nafsu Makan dan Mual

Perubahan nafsu makan dan mual sering kali menjadi tanda awal kehamilan setelah ovulasi berhasil dibuahi. Ibu mungkin merasa selera makan berubah drastis—makanan favorit bisa terasa tidak enak, atau sebaliknya. Hal ini disebabkan oleh peningkatan hormon dalam tubuh, yang memengaruhi indera perasa Ibu.

Mual, atau yang dikenal sebagai morning sickness, biasanya dimulai 4-6 minggu setelah pembuahan. Gejala ini sering disertai sakit kepala dan kelelahan. Peningkatan hormon human chorionic gonadotropin (HCG) yang diproduksi oleh plasenta menjadi penyebab utama mual dan muntah ini.

Meskipun mual lebih sering muncul di pagi hari, Ibu mungkin juga merasakan sensitivitas terhadap bau-bau tertentu. Gejala ini biasanya berlangsung di awal kehamilan, tapi tidak semua Ibu mengalaminya.

Untuk lebih jelasnya, baca artikel berikut: Mual Karena Hamil vs Mual Karena Maag: Kenali Tandanya!

7. Perubahan Suasana Hati/Mood Swing

Perubahan suasana hati atau mood swing bisa menjadi tanda awal bahwa ovulasi berhasil dibuahi. Ini terjadi karena perubahan hormon di awal kehamilan, yang membuat Ibu sering merasa suasana hatinya berubah-ubah. Selain itu, Ibu juga mungkin merasakan perubahan selera makan dan mudah lelah.

Meskipun perubahan mood ini umum terjadi pada banyak Ibu hamil, setiap Ibu bisa mengalami gejala yang berbeda-beda. Ada yang merasakannya dengan jelas, sementara yang lain tidak merasakan perubahan ini sama sekali.

Untuk memastikan kehamilan, sangat disarankan agar Ibu segera memeriksakan diri ke dokter kandungan. Konsultasi lebih lanjut akan membantu memberikan langkah terbaik untuk menjaga kesehatan Ibu dan Anak. 

PRENAGEN siap mendampingi perjalanan Ibu dengan Nutrisi yang tepat, seperti Protein, Karbohidrat, dan Vitamin, untuk mendukung kesehatan selama kehamilan.

Perkembangan Setiap Trimester Setelah Ovulasi Berhasil Dibuahi

Setelah ovulasi berhasil dibuahi, kehamilan dibagi menjadi tiga trimester dengan perubahan signifikan pada Ibu dan Anak selama setiap tahap.

Trimester Pertama (0-13 Minggu)

Pada trimester ini, pembuahan terjadi dan embrio mulai berkembang menjadi janin. Organ-organ penting, seperti otak, jantung, dan paru-paru, mulai terbentuk. Pada minggu ke-9, embrio resmi disebut sebagai janin. Masa ini sangat penting dan rentan terhadap gangguan.

Ibu perlu menjaga kesehatan dengan baik, karena gejala seperti mual, muntah, dan kelelahan sering terjadi.

Trimester Kedua (14-27 Minggu)

Di trimester ini, pertumbuhan janin berlangsung pesat. Tulang mengeras, sistem saraf berkembang, dan gerakan janin mulai terasa pada minggu ke-18 hingga minggu ke-22.

Bagi Ibu, ini biasanya periode yang lebih nyaman, dengan energi yang meningkat dan mual mulai hilang. Jenis kelamin Anak dapat diketahui melalui USG di sekitar minggu ke-20.

Namun, apakah mual dan muntah di awal kehamilan benar menandakan janin yang kuat dan sehat? Temukan jawabannya di sini: Benarkah Mual Muntah Merupakan Tanda Janin Kuat dan Aktif?

Trimester Ketiga (28-40 Minggu)

Pada trimester terakhir ini, janin semakin besar dan organ-organ mulai matang. Janin bisa menendang, menggenggam, dan bereaksi terhadap cahaya. Menjelang kelahiran, berat janin mencapai sekitar 3 kg, dengan panjang sekitar 46-51 cm. 

Bagi Ibu, ini adalah masa yang paling tidak nyaman karena perut yang membesar, kesulitan tidur, nyeri punggung, dan kelelahan sering dirasakan.

Faktor Penyebab Ovulasi Gagal

Ovulasi yang gagal bisa disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari ketidakseimbangan hormon hingga kondisi kesehatan yang memengaruhi fungsi ovarium. 

Memahami faktor-faktor ini sangat penting bagi Ibu yang sedang merencanakan kehamilan, karena setiap faktor memiliki dampak yang berbeda terhadap siklus menstruasi dan kemampuan tubuh untuk melepaskan sel telur yang sehat.

Siklus Menstruasi Tidak Teratur

Siklus menstruasi yang tidak teratur sering kali menjadi tanda bahwa ovulasi terganggu. Jika siklus berlangsung kurang dari 21 hari atau lebih dari 36 hari, hal ini bisa mengindikasikan disfungsi ovulasi. 

Siklus yang terlalu pendek atau terlalu panjang dapat membuat Ibu kesulitan menentukan masa subur, yang pada akhirnya memengaruhi peluang kehamilan.

Sindrom Ovarium Polikistik (PCOS)

PCOS adalah gangguan hormonal yang menyebabkan ovarium menghasilkan banyak kista kecil, sehingga mengganggu proses ovulasi. Ibu dengan PCOS sering mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur atau bahkan terhenti sama sekali. 

Kondisi ini memengaruhi kadar hormon seperti Insulin dan Progesteron, yang menghambat pelepasan sel telur dan mengurangi peluang terjadinya pembuahan.

Stres Berlebihan

Stres yang berkepanjangan dapat mempengaruhi keseimbangan hormon yang dibutuhkan untuk ovulasi. Stres berlebihan mengganggu produksi hormon Gonadotropin-Releasing Hormone (GnRH), Luteinizing Hormone (LH), dan Follicle-Stimulating Hormone (FSH), yang semuanya penting untuk proses ovulasi. 

Dalam kondisi ini, tubuh Ibu mungkin mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur atau bahkan terhenti sementara.

Berat Badan Terlalu Rendah Atau Obesitas

Baik berat badan yang terlalu rendah maupun obesitas dapat mengganggu keseimbangan hormon yang diperlukan untuk ovulasi. Berat badan yang terlalu rendah menyebabkan penurunan produksi Estrogen, yang dapat menghentikan siklus menstruasi. 

Sebaliknya, obesitas dapat meningkatkan risiko resistensi insulin dan menyebabkan ketidakseimbangan hormon yang sama, membuat ovulasi sulit terjadi. Oleh karena itu, menjaga berat badan ideal dengan Nutrisi yang tepat, seperti Protein, Karbohidrat, dan Vitamin dari PRENAGEN, sangat penting untuk kesehatan reproduksi Ibu.

Kapan Harus Menghubungi Dokter?

Mengetahui tanda-tanda ovulasi berhasil dibuahi sangat penting, tetapi memantau kondisi tubuh secara keseluruhan selama kehamilan adalah langkah utama yang harus diambil oleh Ibu. Jika ada hal yang dirasa tidak biasa atau mengkhawatirkan, berkonsultasi dengan dokter kandungan akan membantu mendapatkan panduan yang tepat untuk menjaga kesehatan Ibu dan Anak.

Tanda-Tanda Abnormal Yang Perlu Diwaspadai

Jika Ibu mengalami gejala yang tidak normal, seperti pendarahan hebat, nyeri perut yang berkepanjangan, demam tinggi, atau tidak merasakan gerakan janin setelah memasuki trimester kedua, segera hubungi dokter.

Gejala-gejala ini bisa menandakan adanya masalah pada kehamilan yang memerlukan penanganan segera. Selalu waspada terhadap perubahan kondisi tubuh dan jangan ragu untuk memeriksakan diri jika ada yang mengkhawatirkan.

Konsultasi Terkait Program Kehamilan

Jika Ibu merencanakan kehamilan atau sudah mengalami tanda-tanda awal kehamilan, penting untuk melakukan konsultasi dengan dokter kandungan. Pemeriksaan awal kehamilan akan membantu memastikan bahwa kondisi kesehatan Ibu dan janin optimal. Tes kehamilan dapat dilakukan di rumah menggunakan tespek atau dengan pemeriksaan langsung di klinik.

PRENAGEN menyediakan Nutrisi lengkap seperti Protein, Karbohidrat, dan Vitamin untuk mendukung kesehatan Ibu selama program kehamilan. Konsultasikan kebutuhan Nutrisi ini dengan dokter untuk hasil terbaik.

Referensi:

  • Owen, M. (2013). Physiological Signs of Ovulation and Fertility Readily Observable by Women. The Linacre Quarterly, 80, 17-23. Diakses pada tanggal 16 Agustus 2024. https://doi.org/10.1179/0024363912Z.0000000005. 
  • Laufer, N., Botero-Ruiz, W., Decherney, A., Haseltine, F., Polan, M., & Behrman, H. (1984). Gonadotropin and prolactin levels in follicular fluid of human ova successfully fertilized in vitro. The Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism, 58(3), 430-434. Diakses pada tanggal 16 Agustus 2024. https://doi.org/10.1210/JCEM-58-3-430. 
  • American College of Obstetricians and Gynecologists. [Last reviewed December 2021]. How your fetus grows during pregnancy. FAQ 032. Diakses pada tanggal 16 Agustus 2024. URL: https://www.acog.org/womens-health/faqs/a-partners-guide-to-pregnancy. 
  • American College of Obstetricians and Gynecologists. [Last reviewed December 2021]. How your fetus grows during pregnancy. FAQ 156. Diakses pada tanggal 16 Agustus 2024. URL: https://www.acog.org/womens-health/faqs/how-your-fetus-grows-during-pregnancy#:~:text=Trimesters%3A%20The%203%2Dmonth%20periods,used%20to%20check%20the%20fetus. 
  • UNICEF Parenting. Pregnancy milestones. Diakses pada tanggal 16 Agustus 2024. URL: https://www.unicef.org/parenting/pregnancy-milestones.