Atonia Uteri, Risiko Pendarahan saat Proses Melahirkan

Ditulis oleh: Redaksi Klikdokter.com

Atonia Uteri, Risiko Pendarahan saat Proses Melahirkan

Atonia uteri adalah kondisi di mana otot rahim gagal berkontraksi dengan baik setelah melahirkan, yang dapat menyebabkan perdarahan berlebih. Kondisi ini merupakan salah satu penyebab utama perdarahan pascapersalinan dan membutuhkan penanganan segera.

Gejala yang sering muncul meliputi pendarahan hebat, tubuh terasa lemas, pusing, hingga tekanan darah yang menurun drastis. Jika tidak segera ditangani, kondisi ini dapat berdampak serius, seperti kehilangan darah dalam jumlah besar yang berisiko menyebabkan komplikasi yang mengancam jiwa. 

Untuk informasi lebih lanjut mengenai faktor risiko, tanda dan gejala, serta cara mencegahnya, baca artikel selengkapnya di sini.

Bagaimana Atonia Uteri Terjadi?

Secara normal, setelah bayi lahir, rahim akan berkontraksi untuk menghentikan perdarahan dengan menekan pembuluh darah di area bekas melekatnya plasenta. Namun, pada kasus atonia uteri, kontraksi rahim tidak terjadi atau sangat lemah, sehingga pembuluh darah tetap terbuka dan menyebabkan perdarahan hebat.

Selama kehamilan, plasenta berfungsi menyuplai darah, oksigen, dan nutrisi esensial bagi janin melalui pembuluh darah yang menghubungkan rahim dengan plasenta. Setelah persalinan, rahim seharusnya berkontraksi untuk mengeluarkan plasenta dan menutup pembuluh darah tersebut. 

Jika kontraksi ini tidak terjadi, perdarahan bisa berlangsung tanpa terkendali, menyebabkan risiko perdarahan pascapersalinan yang berbahaya. Kondisi ini bisa mengancam nyawa Ibu karena perdarahan hebat dapat berlangsung dengan sangat cepat. Penanganan medis segera sangat diperlukan untuk menghentikan perdarahan dan menjaga keselamatan Ibu.

Faktor Risiko

Kondisi ini bisa terjadi akibat berbagai faktor, baik yang berkaitan dengan kondisi kehamilan, proses persalinan, atau riwayat kesehatan sebelumnya. Berikut adalah beberapa faktor risiko yang perlu diperhatikan:

  • Kehamilan Pertama atau Lebih Dari Lima Kali Melahirkan

Ibu yang sedang menjalani kehamilan pertama atau yang sudah melahirkan lebih dari lima kali berisiko lebih tinggi mengalami pendarahan setelah melahirkan. Pada kehamilan pertama, rahim mungkin kurang terlatih untuk melakukan kontraksi optimal setelah melahirkan. Sementara itu, pada Ibu yang telah melahirkan berkali-kali, otot-otot rahim bisa menjadi terlalu lelah atau kehilangan elastisitasnya, sehingga tidak mampu lagi berkontraksi dengan optimal.

  • Mengandung Bayi Kembar

Kehamilan kembar, baik itu kembar dua, tiga, atau lebih, dapat menyebabkan rahim meregang melebihi kapasitas normal. Rahim yang terlalu besar akibat kehamilan ganda sering kali sulit untuk berkontraksi kembali ke ukuran normal setelah persalinan. Hal ini meningkatkan risiko pendarahan, di mana rahim tidak bisa menutup pembuluh darah yang terbuka dengan baik, sehingga memicu perdarahan.

  • Bayi Berukuran Besar (Makrosomia Janin)

Bayi dengan berat badan lebih besar dari rata-rata, atau yang disebut makrosomia janin, memberikan tekanan tambahan pada rahim selama kehamilan. Rahim yang meregang berlebihan akibat ukuran bayi yang besar mungkin tidak dapat berkontraksi dengan efisien setelah melahirkan.

  • Usia Lebih dari 35 Tahun

Ibu yang melahirkan pada usia di atas 35 tahun memiliki risiko lebih tinggi. Seiring bertambahnya usia, elastisitas dan kekuatan otot rahim bisa menurun, sehingga rahim mungkin kesulitan untuk melakukan kontraksi kuat setelah persalinan. Penurunan fungsi ini bisa menyebabkan rahim gagal menutup pembuluh darah dengan baik, sehingga risiko perdarahan meningkat.

  • Air Ketuban Yang Sangat Banyak (Polihidramnion)

Polihidramnion, yaitu kondisi di mana jumlah cairan ketuban berlebih selama kehamilan, menyebabkan rahim membesar secara tidak normal. Pembesaran rahim ini membuat otot rahim meregang, sehingga kesulitan untuk berkontraksi dengan efisien setelah melahirkan. Kondisi ini berpotensi menyebabkan pendarahan, karena rahim yang terlalu besar mungkin tidak bisa mengecil dengan cepat untuk menghentikan perdarahan.

  • Obesitas

Obesitas pada Ibu hamil dapat mempengaruhi elastisitas dan fungsi otot-otot rahim, membuat rahim lebih sulit berkontraksi secara optimal setelah melahirkan. Selain itu, kondisi kesehatan terkait obesitas, seperti hipertensi atau diabetes, juga bisa berkontribusi terhadap meningkatnya risiko pendarahan setelah persalinan.

  • Fibroid Rahim

Fibroid adalah pertumbuhan non-kanker (jinak) yang berkembang di dalam atau sekitar dinding rahim. Fibroid dapat mengganggu kemampuan rahim untuk berkontraksi dengan efektif setelah persalinan, karena keberadaan fibroid dapat mengubah struktur dan fungsi otot rahim. Pada kasus yang parah, hal ini dapat memicu perdarahan pascapersalinan yang berlebihan.

Bukan hanya itu, beberapa faktor lain selama proses persalinan juga dapat mempengaruhi risiko, seperti:

  • Persalinan yang berlangsung lebih lama atau terlalu sulit bisa menyebabkan kelelahan pada rahim dan memengaruhi kemampuannya untuk berkontraksi.
  • Penggunaan oksitosin untuk merangsang kontraksi rahim dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan kelelahan rahim.
  • Pemberian obat magnesium sulfat, yang sering digunakan untuk mencegah kejang pada kondisi preeklampsia, bisa mengendurkan otot rahim dan mempengaruhi kontraksinya.
  • Infeksi pada selaput ketuban dapat mengganggu fungsi rahim dalam berkontraksi setelah persalinan.

Memahami faktor-faktor risiko ini dapat membantu Ibu dan tenaga medis untuk lebih waspada, siap menghadapi kemungkinan terjadinya pendarahan saat proses persalinan, dan memberikan solusi lebih dini jika diperlukan.

Tanda dan Gejala yang Muncul

Gejala utamanya adalah perdarahan berlebihan yang terjadi setelah melahirkan. Perdarahan ini berlangsung terus-menerus dan bisa menyebabkan kehilangan darah dalam jumlah besar, yang berpotensi membahayakan nyawa. Berikut adalah beberapa tanda dan gejala yang perlu diperhatikan:

Tekanan Darah Rendah (Hipotensi)

Salah satu tanda yang paling jelas dari atonia uteri adalah tekanan darah rendah atau hipotensi. Ketika rahim tidak mampu berkontraksi dengan baik dan perdarahan berlanjut, volume darah yang beredar di tubuh menurun secara signifikan. 

Penurunan volume darah ini membuat tekanan darah turun drastis, yang bisa mengakibatkan rasa lemas, pusing, dan bahkan kehilangan kesadaran. Kondisi ini juga sangat berbahaya karena tubuh tidak mendapatkan pasokan darah dan oksigen yang cukup untuk menjaga fungsi organ-organ vital.

Detak Jantung Cepat (Takikardia)

Gejala lainnya adalah detak jantung cepat atau takikardia. Saat tubuh kehilangan banyak darah, jantung akan berusaha memompa lebih cepat untuk mengompensasi penurunan volume darah dan memastikan pasokan oksigen ke seluruh tubuh tetap terjaga. Detak jantung yang cepat ini bisa menjadi tanda bahwa tubuh sedang berusaha keras untuk menstabilkan kondisi akibat perdarahan berlebihan.

Takikardia sering kali diiringi dengan rasa lelah yang luar biasa, karena tubuh berjuang untuk menjaga organ-organ vital tetap berfungsi. Jika jantung berdebar lebih cepat dari biasanya, hal ini harus segera dilaporkan kepada tenaga medis agar dapat segera ditangani.

Wajah Pucat dan Pusing 

Ketika volume darah di dalam tubuh menurun drastis, aliran darah ke bagian tubuh seperti wajah dan kulit juga berkurang. Akibatnya, Ibu mungkin akan tampak pucat. Hal ini terjadi karena tubuh mengalirkan darah ke organ-organ vital seperti otak dan jantung, untuk memastikan mereka mendapatkan pasokan darah yang cukup.

Gejala lain yang sering muncul adalah pusing. Ketika otak tidak mendapatkan cukup darah dan oksigen, Ibu mungkin akan merasa kehilangan keseimbangan, dan dalam kasus yang parah, bisa jatuh pingsan. 

Wajah pucat dan pusing adalah tanda-tanda yang perlu diwaspadai, karena ini bisa menjadi indikasi awal dari syok hipovolemik, sebuah kondisi di mana tubuh kehilangan terlalu banyak darah sehingga tidak mampu mempertahankan fungsi normal.

Cara Pencegahan

Meskipun tidak selalu bisa sepenuhnya dicegah, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko terjadinya kondisi ini. Berikut beberapa cara pencegahan yang dapat dilakukan:

Menjaga Berat Badan Ideal 

Salah satu faktor yang dapat meningkatkan risiko atonia uteri adalah kelebihan berat badan atau obesitas. Lemak tubuh yang berlebih dapat membuat rahim meregang lebih dari yang seharusnya, sehingga menghambat kontraksi setelah persalinan. Selain itu, obesitas juga dapat meningkatkan risiko komplikasi lain selama kehamilan dan persalinan.

Untuk menjaga berat badan yang ideal selama kehamilan, Ibu dapat menjalani pola makan yang seimbang. Mengonsumsi lebih banyak buah-buahan, sayuran, dan makanan tinggi serat sambil membatasi asupan gula dan lemak jenuh sangat dianjurkan. 

Rutin melakukan aktivitas fisik ringan yang aman, seperti berjalan kaki, berenang, atau yoga prenatal, juga bisa membantu menjaga kesehatan dan kebugaran Ibu. Semua ini tidak hanya mengurangi risiko atonia uteri, tetapi juga mendukung kesehatan Ibu selama kehamilan hingga pasca melahirkan.

Kontrol Secara Rutin 

Pemeriksaan kehamilan yang teratur membantu mencegah komplikasi persalinan dengan mendeteksi faktor risiko seperti kehamilan ganda, janin besar, atau kelebihan air ketuban. Deteksi dini memungkinkan dokter untuk menyiapkan langkah-langkah pencegahan yang diperlukan.

Sebagai catatan, jika Ibu pernah mengalami pendarahan hebat pada persalinan sebelumnya, sangat penting untuk memberitahu dokter kandungan. Informasi ini membantu dokter mengambil langkah pencegahan lebih lanjut, seperti memastikan peralatan medis tambahan tersedia di ruang bersalin, sehingga risiko ini bisa diminimalkan dan penanganan cepat bisa dilakukan jika diperlukan.

Kontrol rutin ini juga memberi kesempatan Ibu untuk berdiskusi tentang rencana persalinan yang lebih aman. Saran dari dokter dan persiapan yang baik akan membantu mendukung kelancaran proses persalinan.

Konsumsi Makanan Kaya Nutrisi 

Nutrisi yang baik selama kehamilan sangat berperan dalam menjaga kesehatan Ibu dan janin, serta membantu mengurangi risiko komplikasi persalinan, termasuk atonia uteri. Ibu disarankan untuk mengonsumsi makanan kaya PROTEIN, vitamin, dan mineral, seperti sayuran hijau, buah-buahan, kacang-kacangan, serta daging tanpa lemak.

Ibu, persiapan melahirkan yang benar-benar matang juga sangat perlu dilakukan. Melalui persiapan yang baik, Ibu bisa mengurangi komplikasi yang tidak diinginkan dan pendarahan hebat pasca melahirkan. 

Untuk itu, Ibu wajib mengetahui informasi yang akurat dan terpercaya agar siap menghadapi beberapa kemungkinan selama persalinan. Untuk mengetahui informasinya lebih lanjut, Ibu bisa mengunjungi artikel berikut ini: Memahami Pentingnya Persiapan Melahirkan untuk Ibu.

Referensi

  • Cleveland Clinic. Uterine Atony. Diakses pada 26 September 2024. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/24010-uterine-atony
  • WebMD. What to Know About Uterine Atony. Diakses pada 26 September 2024. https://www.webmd.com/baby/what-to-know-uterine-atony
  • Very Well Health. What Is Uterine Atony? Diakses pada 26 September 2024. https://www.verywellhealth.com/uterine-atony-5189281
  • Healthline. Atony of the Uterus. Diakses pada 26 September 2024. https://www.healthline.com/health/pregnancy/complications-delivery-uterine-atony