Ketahui Penyebab dan Cara Mencegah BBLR pada Bayi

Ditulis oleh: Redaksi Klikdokter.com

Ketahui Penyebab dan Cara Mencegah BBLR pada Bayi

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah kondisi di mana Buah Hati lahir dengan berat kurang dari 2,5 kilogram. Padahal, berat bayi yang lahir normal umumnya berkisar antara 2,6 hingga 3,8 kilogram. BBLR dapat memengaruhi kesehatan bayi dan meningkatkan risiko gangguan pada tumbuh kembangnya. 

Kabar baiknya, kondisi ini bisa dicegah sejak masa kehamilan dengan kontrol kehamilan dan pemenuhan nutrisi yang cukup. Yuk, ketahui lebih lanjut tentang penyebab dan cara pencegahannya di artikel berikut ini.

Penyebab

Kondisi BBLR dapat disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya adanya komplikasi, kelahiran prematur, dan gaya hidup yang tidak sehat selama masa kehamilan Ibu. Berikut penjelasan selengkapnya:

Komplikasi Kehamilan

Komplikasi kehamilan, seperti preeklampsia, diabetes gestasional, dan masalah plasenta, bisa membatasi aliran nutrisi ke janin dan menyebabkan Buah Hati lahir dengan berat badan rendah. Dikutip dari National Institutes of Health (NIH), preeklampsia dapat mempengaruhi aliran darah ke plasenta, sehingga nutrisi yang diterima janin menjadi terbatas. 

Menurut penelitian lain yang diterbitkan di Mahesa, diabetes gestasional dapat menyebabkan bayi lahir dengan berat badan rendah karena gangguan metabolisme glukosa saat hamil dapat memengaruhi aliran nutrisi ke janin. Akibatnya, Buah Hati tidak mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan secara optimal di dalam rahim. 

Sementara itu, MedlinePlus dan Cleveland Clinic menyebutkan bahwa masalah pada plasenta juga bisa membatasi pertumbuhan janin, membuatnya mengalami gangguan pertumbuhan dalam rahim (Intrauterine Growth Restriction atau IUGR) yang dapat menyebabkan BBLR.

Kelahiran Prematur

Stanford Medicine menyebutkan bahwa bayi yang lahir sebelum 37 minggu kehamilan cenderung memiliki berat badan lahir rendah karena kurangnya waktu untuk tumbuh dan berkembang di dalam kandungan. 

Pada kehamilan normal, janin mengalami tumbuh kembang yang pesat selama trimester ketiga. Karena itu, kelahiran prematur menyebabkan bayi tidak mencapai berat badan optimal sebelum lahir.

Bayi yang lahir prematur sering memerlukan perawatan intensif di unit perawatan khusus untuk bayi baru lahir (Neonatal Intensive Care Unit/NICU), di mana ia mendapatkan dukungan nutrisi dan perawatan medis agar dapat mencapai perkembangan yang optimal meski lahir lebih awal dari perkiraan.

Gaya Hidup Tidak Sehat saat Hamil

Gaya hidup tidak sehat, seperti merokok, konsumsi alkohol, atau kurangnya asupan nutrisi selama kehamilan, bisa meningkatkan risiko BBLR. 

Penelitian yang diterbitkan di Journal of Public Health Research and Development menyebutkan bahwa merokok dapat menyebabkan vasokonstriksi, sehingga mengurangi aliran nutrisi ke janin. Sementara itu, konsumsi alkohol dapat mengganggu perkembangan janin.

Pola makan yang kurang seimbang juga dapat meningkatkan risiko bayi lahir dengan berat badan kurang. Ibu hamil yang tidak mendapatkan asupan nutrisi esensial seperti PROTEIN, zat besi, dan asam folat berisiko memengaruhi perkembangan dan pertumbuhan janin. 

Risiko dan Dampak

Bayi yang lahir dengan berat badan rendah berisiko menghadapi berbagai masalah kesehatan karena tumbuh kembangnya yang kurang optimal dibandingkan bayi dengan berat lahir normal. Dilansir dari Stanford Medicine dan University Rochester Medical Center, risikonya BBLR meliputi: 

Masalah Pernapasan (Sindrom Gangguan Pernapasan Bayi)

Terutama jika lahir prematur, bayi dengan berat badan di bawah normal sering menghadapi masalah pernapasan karena paru-paru mereka belum sepenuhnya matang. Salah satu kondisi yang sering dialami adalah sindrom gangguan pernapasan bayi (Respiratory Distress Syndrome/RDS). 

Paru-paru bayi mungkin belum menghasilkan cukup surfaktan, yaitu zat yang berfungsi menjaga kantong udara di paru-paru tetap terbuka. Dampaknya, bayi mengalami kesulitan bernapas dan sering kali memerlukan bantuan oksigen atau ventilasi mekanis.

Bayi juga lebih rentan terhadap bronkopulmonari displasia (BPD), yaitu kondisi paru-paru kronis yang sering terjadi pada bayi yang membutuhkan ventilasi jangka panjang. Gangguan kesehatan ini dapat mempengaruhi fungsi pernapasan bayi bahkan setelah keluar dari rumah sakit, sehingga memerlukan pemantauan dan perawatan lanjutan.

Gangguan pada Sistem Saraf (Pendarahan di Dalam Otak)

Sistem saraf bayi yang lahir dengan berat badan rendah juga berisiko mengalami komplikasi serius, salah satunya adalah pendarahan di dalam otak atau perdarahan intraventrikular (IVH). Kondisi ini lebih sering terjadi pada bayi prematur dengan berat badan yang rendah karena pembuluh darah di otak mereka masih sangat rapuh. Pendarahan ini dapat bervariasi dalam tingkat keparahannya, dari yang ringan hingga parah, yang berpotensi mempengaruhi perkembangan otak bayi.

Pada kasus yang lebih parah, IVH dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak yang mengakibatkan gangguan motorik, keterlambatan perkembangan, atau kondisi kronis seperti cerebral palsy. Bayi yang mengalami IVH memerlukan pemantauan ketat dan penanganan medis yang intensif untuk mengurangi risiko komplikasi jangka panjang.

Masalah Pencernaan

Gangguan pencernaan serius yang sering terjadi pada bayi yang lahir dengan berat badan rendah adalah enterokolitis nekrotikans (NEC), yaitu kondisi di mana bagian usus bayi mengalami kerusakan atau peradangan parah. NEC lebih sering terjadi pada bayi prematur yang memiliki berat badan rendah karena sistem pencernaan mereka belum sepenuhnya berkembang.

Kondisi ini bisa sangat berbahaya dan memerlukan perawatan intensif, seperti pemberian antibiotik atau bahkan operasi untuk mengangkat bagian usus yang rusak. Bayi yang selamat dari NEC sering kali memiliki masalah pencernaan dalam jangka panjang, seperti ketidakmampuan untuk menyerap nutrisi dengan baik, yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya.

Sudden Infant Death Syndrome (SIDS) 

Sindrom Kematian Bayi Mendadak (SIDS) merupakan kondisi di mana bayi meninggal secara tiba-tiba dan tanpa penyebab yang jelas, biasanya saat sedang tidur. Meskipun penyebab pastinya belum sepenuhnya diketahui, bayi dengan berat badan lahir rendah cenderung memiliki sistem pernapasan dan saraf yang belum matang. Hal ini dapat memengaruhi kemampuannya untuk mengatur pernapasan dengan baik saat tidur, sehingga meningkatkan risiko terjadinya SIDS.

Faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan risiko SIDS pada bayi yang lahir dengan berat badan rendah termasuk kelahiran prematur, gangguan pernapasan saat tidur, dan paparan lingkungan yang tidak aman, seperti posisi tidur yang tidak benar atau paparan asap rokok. 

Dalam jangka panjang, bayi dengan berat badan lahir rendah sangat rentan terhadap komplikasi seperti cerebral palsy, kebutaan, tuli, dan keterlambatan perkembangan.

Pencegahan

Berikut beberapa cara yang dapat Ibu lakukan untuk mencegah BBLR, di antaranya:

Kontrol Kehamilan Rutin

Pemeriksaan prenatal secara teratur sangat penting untuk mendeteksi komplikasi yang dapat menyebabkan BBLR. Pemeriksaan ini meliputi pengecekan berat badan ibu dan penggunaan USG untuk memantau pertumbuhan janin. 

Berdasarkan Permenkes, Ibu disarankan untuk melakukan kontrol minimal 6 kali selama masa kehamilan, meliputi: 1 kali pemeriksaan pada trimester pertama, 2 kali pada trimester kedua, dan 3 kali pada trimester ketiga.

Frekuensi pemeriksaan ini membantu dokter memastikan bahwa pertumbuhan janin berjalan optimal dan memungkinkan deteksi dini jika ada masalah yang muncul, sehingga langkah pencegahan atau pengobatan dapat dilakukan segera.

Menjaga Pola Makan Seimbang

Nutrisi memiliki peranan penting dalam perkembangan janin yang sehat. Konsumsi makanan kaya PROTEIN, zat besi, asam folat, dan vitamin esensial lainnya selama kehamilan sangat diperlukan untuk mencegah BBLR.

Dilansir dari KlikDokter (2020), PROTEIN dibutuhkan selama kehamilan karena selain mencegah BBLR, juga berperan dalam menurunkan risiko diabetes gestasional dan obesitas, membantu perkembangan otak janin, serta mendukung perkembangan payudara dan rahim.

Zat besi penting untuk meningkatkan volume darah Ibu dan mengurangi risiko anemia yang bisa memengaruhi pertumbuhan janin, sedangkan asam folat membantu dalam perkembangan otak dan tabung saraf janin.

BBLR merupakan kondisi serius yang membutuhkan perhatian khusus dari Ibu hamil dan tenaga medis. Memahami penyebab, risiko, dan langkah-langkah pencegahannya sangat penting agar Ibu bisa mengambil tindakan proaktif untuk memastikan tumbuh kembang janin yang optimal.

Salah satu langkah pencegahan yang dapat dilakukan adalah melalui pemenuhan nutrisi harian Ibu dan Buah Hati. Nah, cara praktis dan sehat yang banyak direkomendasikan adalah melalui konsumsi susu hamil tinggi PROTEIN dan nutrisi esensial. Yuk, cek rekomendasinya di sini: Susu Tinggi PROTEIN untuk Ibu Hamil, Wajib Diminum.

Referensi:

  • Cleveland Clinic. (2023). Low Birth Weight. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/24980-low-birth-weight. Diakses pada 4 Oktober 2024.
  • Faden, V.B. & Graubard, B.I. (1994). Alcohol consumption during pregnancy and infant birth weight. Annals of Epidemiology, 4(4), 279-284. https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/1047279794900833. Diakses pada 4 Oktober 2024.
  • Isman, M. (2020). Protein Berperan dalam Mencegah Berat Bayi Lahir Rendah, Benarkah? https://www.klikdokter.com/ibu-anak/kehamilan/protein-berperan-dalam-mencegah-berat-bayi-lahir-rendah-benarkah. Diakses pada 4 Oktober 2024.
  • Kemenkes. (2023). Pelayanan USG Ibu Hamil di Puskesmas Yogyakarta telah dirasakan oleh Masyarakat Umum. https://kesmas.kemkes.go.id/konten/133/0/pelayanan-usg-ibu-hamil-di-puskesmas-yogyakarta-telah-dirasakan-oleh-masyarakat-umum. Diakses pada 4 Oktober 2024.
  • Hutapea, Y.F.U., Paninsari, D., Andrayani, K.H., Harefa, L. (2024). Hubungan Diabetes Melitus Gestasional dengan Masalah Pada Bayi Baru Lahir. Mahesa, 4(8). https://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/MAHESA/article/view/15156. Diakses pada 4 Oktober 2024.
  • MedlinePlus. (2022). Intrauterine growth restriction. https://medlineplus.gov/ency/article/001500.htm. Diakses pada 4 Oktober 2024.
  • NIH. (1990). Nutrition During Pregnancy: Part I Weight Gain: Part II Nutrient Supplements. https://www-ncbi-nlm-nih-gov.translate.goog/books/NBK235217/. Diakses pada 4 Oktober 2024.
  • NIH. (2024). Preeklamsia dan Eklamsia. https://www-nichd-nih-gov.translate.goog/health/topics/preeclampsia. Diakses pada 4 Oktober 2024.
  • Ramadani, M. & Utomo, B. (2019). Prenatal tobacco exposure and neonate birth weight. Indian Journal of Public Health Research and Development, 10(1). https://scholar.ui.ac.id/en/publications/prenatal-tobacco-exposure-and-neonate-birth-weight. Diakses pada 4 Oktober 2024.
  • Stanford Medicine. (2024). Low Birth Weight. https://www.stanfordchildrens.org/en/topic/default?id=low-birth-weight-90-P02382. Diakses pada 4 Oktober 2024.
  • University of Rochester Medical Center. (2024). Low Birth Weight. https://www.urmc.rochester.edu/encyclopedia/content.aspx?contenttypeid=90&contentid=p02382. Diakses pada 4 Oktober 2024.
  • WHO. (2024). Low Birth Weight. https://www.who.int/data/nutrition/nlis/info/low-birth-weight. Diakses pada 4 Oktober 2024.