Pernahkah Ibu mendengar tentang penyakit cacar monyet atau monkeypox? Meskipun tergolong langka, namun penyakit ini memiliki dampak paling buruk jika terkena pada bayi dan anak-anak. Dalam beberapa kasus yang berkembang, cacar monyet pada bayi memiliki tingkat keparahan lebih tinggi dibanding orang dewasa yang terkena penyakit yang sama.
Hasil penelitian yang dilakukan dokter spesialis anak di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung menunjukkan bahwa dari seluruh kasus cacar monyet yang dilaporkan sebagian besar terjadi pada bayi dan anak. Angka kematian akibat virus ini sekitar 1-10 persen pada bayi dan anak yang memiliki gangguan kekebalan tubuh.
Seperti apa cacar monyet pada bayi serta pencegahannya? Semoga ulasan di bawah ini membantu Bu!
Cacar monyet merupakan infeksi virus monkeypox yang memiliki gejala mirip dengan cacar air yaitu munculnya bintil berair pada kulit. Penyakit ini dapat berubah menjadi nanah serta menimbulkan benjolan pada leher, ketiak, serta selangkangan akibat pembengkakan kelenjar getah bening. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja, baik orang dewasa, anak, maupun bayi.
Cacar monyet pada bayi dapat menular dari orang ke orang namun sumber utama penularan berasal dari hewan pengerat dan primata seperti tikus, tupai, serta monyet yang terinfeksi. Penyakit yang pertama kali ditemukan di Afrika pada tahun 1970 ini tergolong langka, namun belakangan ini penyakit cacar monyet kembali menyebar di berbagai negara.
Penularan cacar monyet pada bayi dapat terjadi melalui percikan air liur penderita, yang masuk ke tubuh melalui hidung, mata, mulut, serta luka pada kulit. Selain itu, penularan dapat juga terjadi melalui benda yang terkontaminasi seperti alat makan serta pakaian.
Pada bayi, cacar monyet juga dapat ditularkan melalui orang sekitar dengan luka atau cairan tubuh yang infeksi lalu kontak dengan bayi. Virus monkeypox ini juga bisa ditularkan ibu hamil pada janin melalui plasenta.
Awalnya, penularan cacar monyet terjadi dari hewan yang terinfeksi ke manusia melalui cakaran atau gigitan. Kemudian penularan dapat terjadi juga akibat terkena cairan tubuh dari hewan yang terkontaminasi. Namun saat ini penularan cacar monyet berkembang menjadi manusia ke manusia melalui berbagai media.
Gejala cacar monyet pada bayi muncul 5-21 hari sejak penderita terinfeksi virus. Beberapa gejala awal tersebut meliputi:
Setelah gejala awal muncul selama kurang lebih 1-3 hari, setelah itu muncul ruam di wajah yang menyebar ke bagian tubuh lain seperti lengan, tungkai, dan wajah.
Ruam pada kulit berkembang menjadi bintil berisi cairan yang pecah dan berkerak, kemudian menyebabkan borok. Ruam pada kulit tersebut akan bertahan selama kurang lebih 2-4 minggu.
Cacar monyet pada bayi merupakan penyakit yang jarang terjadi, namun jika terlanjur terinfeksi, dapat menimbulkan penyakit yang berkelanjutan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pencegahan agar cacar monyet pada bayi tidak terjadi.
Beberapa langkah pencegahan cacar monyet pada bayi antara lain:
Cara paling utama untuk mencegah penularan cacar monyet pada bayi adalah dengan menghindari kontak langsung dengan hewan primata dan tupai. Selain itu pemberian vaksin cacar juga efektif dalam mencegah penularan cacar monyet. Menurut Menkes Budi Gunadi, seseorang yang sudah diberikan vaksin cacar akan mendapatkan perlindungan terhadap cacar seumur hidup, termasuk cacar monyet atau monkeypox.
Ibu juga perlu memastikan bahwa hewan peliharaan di rumah tidak terinfeksi cacar monyet agar tidak menularkan virus ke bayi dan orang sekitar.
Ketika menemukan gejala cacar monyet pada bayi, dokter akan memeriksa gejala serta jenis ruam yang muncul di kulit anak. Dokter juga akan menanyakan riwayat bepergian dari negara yang berpotensi memiliki kasus cacar monyet.
Ruam yang muncul pada kulit bayi tidak serta merta menandakan infeksi cacar monyet, dokter perlu melakukan pemeriksaan lanjutan untuk melihat ada tidaknya virus pada tubuh melalui:
Tentunya pengobatan cacar monyet dilakukan untuk meredakan berbagai gejala yang muncul. Nantinya dokter akan memberikan paracetamol untuk meredakan nyeri dan demam pada bayi serta meminta Ibu untuk memastikan bahwa bayi cukup tidur dan beristirahat.
Selain itu, pada bayi usia di bawah 6 bulan, perlu diberikan ASI lebih sering agar proses penyembuhan lebih cepat. Pada bayi dengan usia di atas 6 bulan, dianjurkan untuk diberikan MPASI berupa sayur, buah, gandum utuh, susu rendah lemak, serta biji-bijian untuk melawan infeksi dan virus yang masuk.
Penyebaran cacar monyet sangat cepat dari orang ke orang, oleh karena itu bayi yang menderita infeksi ini perlu dirawat di ruang isolasi untuk mendapat pemantauan serta pemeriksaan dokter lebih intens. Pengobatan untuk penyakit cacar monyet pada bayi saat ini belum ada, yang dilakukan oleh dokter hanya meredakan gejalanya saja serta meningkatkan imun bayi agar lebih kebal terhadap penyakit. Cacar monyet dapat sembuh dengan sendirinya tergantung dari kekebalan tubuh penderita.
Jika bayi memiliki kekebalan tubuh yang baik, maka tingkat kesembuhan dari cacar monyet pada bayi juga tinggi. Meskipun tergolong jarang, namun penyakit cacar monyet tetap beresiko menimbulkan komplikasi berupa:
Meskipun cacar monyet pada bayi merupakan kasus yang jarang terjadi, namun Ibu tetap wajib waspada. Terutama jika anak mengalami gejala-gejala yang telah disebutkan diatas dalam jangka waktu lama dan tak kunjung membaik.
Ibu perlu membawa bayi ke dokter segera jika terdapat beberapa kondisi berikut:
Konsultasikan kepada dokter mengenai kemungkinan infeksi cacar monyet pada bayi. Dokter akan memeriksa dan mendiagnosa kondisi bayi kemudian memberikan penanganan yang tepat. Dengan penanganan yang baik, penyakit ini tidak akan bertahan lama di tubuh anak. Jadi pastikan bayi memiliki kekebalan tubuh yang baik, ya!
Itulah beberapa hal mengenai cacar monyet pada bayi yang perlu Ibu tahu. Lakukan pencegahan agar cacar monyet tidak menginfeksi anak ya Bu!