Popok merupakan pakaian dalam yang harus dikenakan bayi, terutama ketika baru lahir. Tapi, jika Ibu salah memilih popok dan tidak memperhatikan penggantiannya, maka bayi dapat mengalami ruam akibat popok yang digunakannya.
Ada tiga pilihan popok yang dapat digunakan oleh bayi, yaitu popok kain, popok dengan perekat, dan popok celana. Popok kain dapat dicuci ulang, sedangkan popok dengan perekat maupun popok celana hanya bisa dipakai sekali saja.
Popok kain dapat dicuci ulang karena dibuat dari kain. Bahannya yang dari kain membuatnya mampu menyerap keringat bayi. Bayi juga tidak akan kegerahan, karena kain memiliki pori-pori yang bisa menjadi pertukaran udara antara kulit bayi dengan lingkungan.
Popok kain juga dapat dibersihkan berulang-ulang, sehingga ramah lingkungan. Ibu bahkan sebetulnya dapat membuatnya sendiri loh untuk bayi.
Dengan bahan yang menyerap keringat, maka jarang sekali ibu-ibu mengeluh bayinya mengalami ruam popok jika bayinya menggunakan popok kain. Sebab, popok kain selalu harus langsung diganti apabila bayi buang air, sehingga Ibu lebih telaten dalam merawat kulit selangkangan bayi.
Ibu juga dapat memperhatikan cara memilih popok yang tepat agar anak terhindar dari ruam kulit. Yuk, cari tahu panduannya di sini: Panduan Memilih Popok untuk Bayi Baru Lahir yang Tepat.
Popok ini dibuat dari bahan kimiawi sintetis, yang dirancang untuk bayi-bayi yang belum bisa berdiri. Cara menggunakannya, bayi dibaringkan, bokongnya diangkat, lalu dipakaikan popok pada selangkangannya. Kemudian, sisi-sisi popok ini direkatkan menggunakan perekat yang tersedia pada popok.
Popok dengan perekat ini hanya bisa digunakan satu kali, karena dibuat dari bahan yang memang tidak bisa didaur ulang. Banyak pabrik popok pada masa kini mengklaim bahwa popok buatan mereka dibuat menggunakan teknologi terkini, sehingga ampuh untuk menyerap keringat bayi.
Meskipun demikian, sebagian bayi dapat saja mengalami ruam pada selangkangannya karena ternyata sensitif terhadap bahan popok, misalnya bahan sulfur dioksida atau bahan klorin dioksida. Dampaknya, Ibu akan harus selalu memperhatikan bahan dari popok yang mau dibelinya agar menghindari bahan-bahan yang tidak disukai oleh kulit bayi.
Ruam juga bisa terjadi karena memang popok ini terlalu nyaman bagi bayi (dan Ibu), sehingga Ibu tidak sadar bahwa bayinya telah buang air dalam popok dan perlu diganti. Kotoran kencing ataupun tinja pada popok yang tidak kunjung diganti akan mengiritasi kulit, sehingga terjadi ruam.
Selain itu, popok ini juga tidak ramah lingkungan. Ibu akan selalu harus menyediakan kantong untuk membuang popok ini tiap kali baru digunakan. Akibatnya, popok ini seringkali kurang nyaman bagi para ibu yang bayinya masih menyusu eksklusif, karena pada masa ini, bayi sering buang air besar, sehingga akan menghabiskan banyak popok.
Popok celana dibuat dari bahan yang sama seperti popok dengan perekat. Hanya saja, cara menggunakannya ialah seperti memakaikan celana pada anak. Karena sifatnya yang seperti celana, maka popok ini dirancang hanya untuk bayi-bayi yang sudah bisa berdiri.
Umumnya, ibu-ibu hanya mengganti popok celana pada anaknya sebanyak dua-tiga kali sehari saja. Sebab, bayi-bayi yang menggunakan popok ini umumnya sudah mengonsumsi makanan selain ASI, sehingga mereka lebih jarang buang air besar.
Pengguna popok ini jarang mengalami ruam, sebab mereka sudah cukup pandai untuk menyatakan kerewelannya tiap kali mereka sudah merasa tidak nyaman dengan popok yang sedang mereka gunakan. Popok celana ini disukai oleh para ibu karena jelas lebih praktis, namun jarang sekali tersedia untuk bayi-bayi yang belum bisa duduk, sehingga jarang digunakan oleh bayi-bayi yang baru lahir.
Berikut ini langkah-langkah untuk memakaikan popok bayi yang baru saja buang air:
Begitulah tips tentang popok, Bu. Bagaimana menurut Ibu, lebih suka menggunakan popok yang mana?