Mendidik anak membutuhkan kesabaran yang tiada batas, setuju kan Bu? Pasalnya, terkadang sebagai orang tua kita kerap kurang sabar dalam menghadapi tingkah anak. Si adik yang masih menyusu membutuhkan perhatian ekstra, namun si kakak yang kerap ‘berulah’ membuat Ibu lepas kontrol saat menghadapinya. Ditambah dengan berbagai permasalahan baik di dalam maupun di luar keluarga, membuat anak menjadi pelampiasan emosi orang tua. Tekanan dari luar kerap menjadi penyebab orang tua sering ‘kelepasan’ hingga memarahi atau bahkan membentak anak.
Baca Juga: Penting Jaga Emosi Saat Menyusui Anak
Padahal, hal tersebut tentu tidak adil bagi anak. Anak membutuhkan kesabaran, ketelatenan, serta kasih sayang dari orang tua. Terlepas dari seberapa berat beban hidup yang harus dipikul orang tua, tidak seharusnya menjadikan anak-anak sebagai ‘korban’ pelampiasan. Anak bukanlah tempat untuk melampiaskan emosi negatif kita sebagai orang tua.
Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai cara menahan emosi justru membuat anak berperilaku agresif. Tak jarang mereka akan meniru perilaku buruk orang tua di kemudian hari. Tentu Ibu tidak ingin anak menjadi temperamen bukan? Yuk, coba ikuti 8 cara menahan emosi pada anak berikut ini agar Ibu menjadi lebih sabar dalam menghadapi tingkah anak.
Baca Juga: Menu Sehat Seharian untuk Anak
-
Kontrol Diri Ketika Berbicara dengan Anak
Cara menahan emosi yang pertama adalah dengan cara mengontrol diri ketika berbicara dengan anak. Semakin tenang nada bicara Ibu, maka perasaan Ibu pun akan semakin tenang. Begitu pula dengan anak, ketika Ibu berbicara dengan tenang, ia pun akan menanggapinya dengan tenang juga.
Namun, jika Ibu meninggikan nada bicara dan berteriak memarahi anak, situasi akan menjadi tegang. Anak bisa berbalik marah, rewel, bahkan tantrum yang membuat emosi Ibu semakin tak terkendali.
Jadi pastikan Ibu selalu mengontrol diri ketika bicara dengan anak ya, jangan sampai meledak-ledak yang membuat situasi semakin tidak nyaman. Dan ingat, dampak kedepannya juga tidak baik, Bu.
-
Tarik Nafas
Tarik nafas dalam-dalam juga merupakan cara menahan emosi di hadapan anak. Ketika Ibu merasa hendak marah dan berteriak pada anak, tarik napas sedalam mungkin. Luangkan waktu sejenak untuk memikirkan apa yang sebenarnya terjadi.
Terkadang kemarahan muncul begitu saja dan tidak dapat dibendung. Padahal, sebenarnya jika dipikir ulang, kesalahan anak hanyalah sepele. Misal hanya menumpahkan susu ke karpet atau tidak sengaja muntah karena kekenyangan. Namun karena kondisi emosi Ibu sedang tidak stabil, hal sepele dapat memicu amarah. Alhasil, Ibu akan mengeluarkan kata-kata tidak enak dan akhirnya menyesal. Untuk itulah, tarik nafas sedalam mungkin jika emosi sedang memuncak.
-
Pikirkan Dampak Buruk Marah Berlebihan pada Anak
Jika Ibu tidak dapat menerapkan cara menahan emosi di hadapan anak dan justru melupakannya, tentu efek buruk akan mengintai di kemudian hari. Anak akan meniru cara mengelola emosi yang salah. ia pun juga akan melakukan hal yang sama dengan Ibu jika sedang marah. Alhasil, anak pun menjadi pribadi yang mudah marah dan memiliki temperamen tinggi.
Dampak buruk tersebut tentu mengganggu psikologis anak. Untuk itulah, Ibu perlu menahan diri dan memikirkan efeknya jika akan marah pada anak. Jika Ibu memikirkan ulang hal tersebut, maka hasrat untuk marah pada anak pun akan berkurang.
-
Meminta Bantuan Sekitar
Mudah marah karena hal sepele biasanya diakibatkan oleh rasa lelah yang tak tertahankan. Memiliki anak usia batita dan balita memang melelahkan, Bu. Terlebih jika Ibu memiliki lebih dari 1 balita yang masih membutuhkan banyak perhatian dalam waktu bersamaan. Oleh karena itu jangan ragu untuk meminta bantuan sekitar untuk sejenak menemani anak bermain.
Meminta bantuan kepada orang tua, mertua, atau pasangan sementara Ibu mengambil jam istirahat tentu bukanlah sesuatu yang salah. Justru hal tersebut baik agar Ibu tidak mudah ‘panas’ ketika menghadapi anak. Jangan lupa juga untuk meminta dukungan suami untuk mengurangi rasa lelah setiap harinya.
-
Jaga Jarak
Cara menahan emosi selanjutnya dilakukan dengan menjaga jarak. Jika Ibu merasa emosi tak terkontrol, ambil jarak sementara dengan anak. Pergilah sebentar ke kamar atau ke toilet untuk menenangkan diri.
Membiarkan Ibu tetap berada di dekat anak ketika marah justru akan membuat keadaan semakin buruk. Ibu berpotensi untuk memarahi anak secara berlebihan dan tentu hal ini berakibat fatal bagi perkembangan anak.
-
Meluangkan Waktu Berdua dengan Pasangan
Terkadang Ibu terlalu sibuk mengurus anak hingga melupakan keberadaan pasangan. Tugas dan kewajiban sebagai orang tua dapat melalaikan kebutuhan akan hadirnya pasangan. Kurang waktu dengan pasangan juga dapat menjadi alasan mengapa Ibu menjadi mudah emosi dan kurang sabar dalam mendidik anak.
Solusinya, Ibu dapat meluangkan waktu sejenak untuk berdua dengan pasangan. Tak perlu merasa bersalah jika harus meninggalkan anak sementara waktu dengan orang tua atau pengasuh. Ibu dan Ayah juga membutuhkan ‘me time’ sebagai pasangan, bukan sebagai orang tua.
Ajak pasangan pergi berdua saja, nikmati kebersamaan tersebut. Bisa dengan mengobrol di tempat romantis, nonton, kencan, atau bahkan staycation di hotel. Hal-hal kecil inilah yang membuat Ibu kembali bersemangat menjalani hari.
Jika kebutuhan akan hadirnya pasangan sudah terpenuhi, maka Ibu akan lebih mudah dalam mengontrol emosi, mood, dan perasaan. Perasaan bahagia akan muncul dan rasa stress akan berkurang.
-
Komitmen dengan Diri Sendiri
Penting bagi Ibu untuk membuat komitmen pada diri sendiri untuk menguasai cara menahan emosi pada anak. Tanamkan pada pikiran bawah sadar Ibu untuk tidak lagi melampiaskan emosi pada anak. Pastikan Ibu bisa mengontrol diri jika hendak marah.
Beri apresiasi pada diri sendiri jika berhasil menjalankan komitmen untuk tidak mudah marah selama waktu yang telah disepakati. Hal ini akan membuat Ibu semakin yakin untuk bisa mengontrol emosi dengan baik.
-
Hindari Hukuman Fisik
Ketika anak melakukan kesalahan dan kekesalan Ibu memuncak, tetap hindari hukuman fisik ya, Bu. sebesar apapun kesalahan anak, hukuman fisik akan membuatnya trauma. anak pun rentan mengalami gangguan psikologis yang membahayakan masa depannya.
Tak hanya itu, memberikan hukuman fisik juga akan membuat orang tua seakan ‘ketagihan’ untuk memberi si hukuman di kemudian hari. Mata rantai ini sulit untuk diputus jika sudah terlanjur terjadi. Oleh karena itu, sebisa mungkin hindari melampiaskan kekesalan pada anak dalam bentuk teriakan, terlebih hukuman fisik.
Itulah beberapa cara yang bisa Ibu lakukan untuk menahan emosi agar tidak melampiaskannya pada anak. Memang terasa sulit di awal, namun hasilnya akan Ibu dapatkan nanti di kemudian hari. Kesehatan serta psikologis anak akan berkembang dengan baik, tanpa tekanan dan trauma.
Baca Juga: 5 Rekomendasi Film Anak yang Mendidik
Anak juga tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri serta tidak mudah tersulut emosi. Pribadinya tenang dan tidak mudah marah. Semua hal positif tersebut ia dapat dari mencontoh perilaku orang tua yang dapat menahan emosi dalam kehidupan sehari-hari. Yuk, mulai sekarang tahan emosi untuk tidak lagi marah pada anak, Bu!