Payudara bengkak sering dialami Ibu di awal masa menyusui. Kondisi ini dapat menimbulkan rasa penuh, keras, hingga nyeri yang cukup mengganggu. Penyebabnya beragam, mulai dari buah hati yang kesulitan menyusu, Ibu sedang dalam masa pemulihan atau sedang sakit, hingga jadwal menyusui yang terganggu. Peningkatan aliran darah dan cairan tubuh ke payudara juga dapat memicu pembengkakan.
Untuk mengatasinya, Ibu dapat mencoba langkah-langkah sederhana seperti menggunakan kompres hangat atau dingin, memijat payudara secara lembut, dan menjaga jadwal menyusui tetap teratur. Cara-cara ini efektif untuk meredakan pembengkakan sekaligus mencegah risiko komplikasi yang lebih serius seperti mastitis atau abses payudara.
Pembengkakan payudara merupakan kondisi umum yang sering dialami Ibu menyusui, terutama ketika produksi ASI meningkat namun tidak dikeluarkan secara teratur. Berikut adalah beberapa faktor yang dapat menyebabkan pembengkakan:
Dilansir dari Breastfeed Med, penyumbatan saluran susu menjadi salah satu penyebab utama pembengkakan. Ketika saluran susu tersumbat, ASI yang tidak dikeluarkan dapat merembes ke jaringan sekitar, hingga menyebabkan tumpukan cairan yang meningkatkan sensitivitas saraf.
Gejala ini diperburuk dengan pembesaran alveoli, yaitu kantong kecil tempat produksi ASI, yang menghambat sirkulasi darah kapiler di area payudara. Akibatnya, peradangan bertambah parah dan rasa nyeri pun meningkat.
Di awal masa menyusui, tubuh sering memproduksi ASI lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan buah hati. Namun, jika ASI tidak dikeluarkan secara rutin karena Ibu jarang menyusui atau memompa, produksi ASI bisa menjadi tidak seimbang. Hal ini dapat membuat payudara terasa penuh, keras, bahkan bengkak.
Ketika jadwal menyusui terganggu, seperti saat Ibu melewatkan sesi menyusui karena kegiatan tertentu atau ketika buah hati sakit dan sulit menyusu, ASI yang tidak dikeluarkan dapat menumpuk di payudara. Penumpukan ini meningkatkan risiko pembengkakan dan bahkan mastitis (peradangan pada jaringan payudara) jika tidak segera ditangani.
Penghentian proses menyusui (weaning) yang terlalu cepat juga dapat menyebabkan pembengkakan. Jika Ibu berhenti menyusui tanpa penyesuaian bertahap, tubuh akan tetap memproduksi ASI meskipun intensitas menyusui telah berkurang.
Hal ini menyebabkan penyimpanan atau penumpukan ASI di payudara, sehingga memicu rasa penuh dan bengkak. Melakukan proses weaning secara perlahan, seperti dengan mengurangi frekuensi menyusui atau memompa ASI, dapat membantu mencegah kondisi ini.
Payudara bengkak dapat menimbulkan rasa tidak nyaman, tetapi ada beberapa langkah yang dapat Ibu lakukan untuk meredakannya. Setiap cara ini berguna untuk mengurangi pembengkakan, melancarkan aliran ASI, dan membantu Ibu merasa lebih nyaman selama masa menyusui.
Kompres merupakan salah satu cara paling sederhana untuk meredakan pembengkakan pada payudara. Kompres dingin, misalnya, sangat efektif untuk mengurangi peradangan dan rasa nyeri. Suhu dingin bekerja dengan cara mengecilkan pembuluh darah di area yang bengkak, sehingga tekanan pada jaringan payudara dapat berkurang. Ibu dapat menggunakan es batu yang dibungkus kain atau kompres gel dingin dan tempelkan pada payudara selama 10-15 menit setelah menyusui.
Sebaliknya, kompres hangat lebih cocok digunakan sebelum menyusui karena dapat membantu melancarkan aliran ASI. Suhu hangat membantu melebarkan pembuluh darah dan membuat jaringan payudara lebih rileks, sehingga ASI lebih mudah dikeluarkan. Cara ini dapat dilakukan dengan mandi air hangat atau menggunakan handuk yang direndam air hangat. Tempelkan handuk tersebut pada payudara selama beberapa menit sebelum menyusui untuk mempermudah proses pengosongan payudara.
Ada banyak manfaat pijat payudara, yaitu untuk melancarkan aliran ASI sekaligus meredakan nyeri akibat pembengkakan. Pijat dapat dilakukan dengan gerakan melingkar yang dimulai dari bagian luar payudara menuju puting. Gerakan ini membantu membuka sumbatan pada saluran susu dan mengurangi cairan yang tertahan di jaringan payudara.
Agar pijatan lebih efektif, Ibu dapat melakukannya saat mandi dengan air hangat, karena suhu hangat membantu melunakkan jaringan. Lakukan pijatan dengan lembut agar tidak menambah rasa nyeri. Ini akan membantu memperbaiki sirkulasi darah di area payudara, sehingga proses penyembuhan dapat berlangsung lebih cepat.
Bra yang terlalu ketat atau menggunakan kawat dapat menekan saluran ASI, memperparah pembengkakan, dan menimbulkan rasa nyeri yang lebih intens. Untuk itu, Ibu disarankan menggunakan bra tanpa kawat yang dirancang khusus untuk masa menyusui, karena dapat memberikan rasa nyaman tanpa menimbulkan tekanan berlebih.
Ibu juga harus memilih menggunakan bra menyusui dengan bahan yang lembut dan breathable untuk membantu menjaga kelembapan kulit, sehingga terhindar dari iritasi. Pastikan ukuran bra pas dengan payudara agar Ibu tetap nyaman saat menjalani aktivitas sehari-hari selama masa menyusui.
Menyusui langsung atau Direct Breastfeeding (DBF) secara teratur adalah cara efektif untuk mengosongkan payudara dan mencegah pembengkakan. Dengan jadwal menyusui yang konsisten, seperti setiap 1,5–2 jam pada siang hari dan 2–3 jam pada malam hari, produksi ASI dapat disesuaikan dengan kebutuhan buah hati.
Pastikan buah hati menyusu hingga payudara pertama terasa kosong sebelum berpindah ke payudara lainnya. Posisi menyusui dan pelekatan yang benar juga sangat penting agar ASI dapat keluar dengan maksimal. Bila setelah menyusui payudara masih terasa penuh, lakukan pijatan lembut untuk membantu pengosongan payudara secara alami dan nyaman.
Ketika buah hati kesulitan menyusu atau Ibu tidak dapat menyusui secara langsung, memompa ASI menjadi cara yang efektif untuk mengosongkan payudara, meredakan bengkak, dan menjaga kelancaran produksi ASI. Pilih pompa manual atau elektrik dengan tekanan rendah agar proses memompa tetap nyaman.
ASI yang dipompa dapat disimpan dalam wadah steril untuk memenuhi kebutuhan nutrisi buah hati kapan saja diperlukan, sehingga proses menyusui tetap berjalan lancar meskipun Ibu tidak dapat menyusui langsung.
Segera konsultasikan dengan dokter jika Ibu mengalami gejala seperti demam tinggi di atas 38°C, menggigil, atau merasa lemas seperti saat flu. Perhatikan juga perubahan pada payudara, seperti kemerahan, terasa panas, bengkak yang tidak kunjung reda, atau nyeri yang semakin parah. Gejala-gejala ini bisa menjadi tanda awal adanya infeksi.
Pada beberapa kasus, perubahan warna kulit di area payudara mungkin sulit terlihat, terutama pada Ibu dengan warna kulit lebih gelap. Jika gejala tersebut muncul, segera periksakan ke dokter untuk memastikan penanganan yang tepat, karena bisa jadi merupakan indikasi mastitis, yaitu peradangan pada jaringan payudara akibat infeksi.
Mastitis yang tidak segera ditangani dapat menyebabkan komplikasi seperti abses payudara. Abses merupakan kumpulan nanah di jaringan payudara yang biasanya disertai rasa nyeri hebat, pembengkakan yang lebih besar, dan kemerahan. Kondisi ini memerlukan tindakan medis untuk mengeluarkan nanah dan mencegah masalah yang lebih serius. Dokter juga dapat memberikan panduan yang membantu Ibu melanjutkan proses menyusui dengan cara yang aman dan nyaman.
Untuk memastikan produksi dan aliran ASI tetap lancar selama masa menyusui, Ibu dapat memompa payudara secara teratur. Agar hasil lebih optimal, Ibu dapat melengkapi usaha tersebut dengan mengonsumsi ASI Booster seperti PRENAGEN lactamom, yang diformulasikan khusus dengan kandungan PROTEIN yang mendukung kualitas ASI, membantu perkembangan organ tubuh buah hati, serta memperkuat sistem imun. Kandungan Vitamin B2 dan B12 membuat ASI deras dan berkualitas, sementara DHA dan Omega 3 mendukung perkembangan otak buah hati secara optimal. Tingginya kadar kalsium membantu menjaga kesehatan tulang Ibu dan mengurangi rasa pegal serta nyeri yang sering muncul selama masa menyusui.
Temukan informasi selengkapnya mengenai manfaat dan kandungan PRENAGEN lactamom di sini: Apakah Susu PRENAGEN Bisa Memperbanyak ASI?
Referensi: