Meskipun proses menyusui tidaklah mudah, menyusui secara eksklusif hingga 6 bulan merupakan impian setiap ibu. Tak hanya soal menyusui langsung dan pelekatan, ibu juga perlu belajar tentang memerah ASI dan cara menyimpannya. Terlebih bagi ibu yang bekerja, memberikan ASI perah selama bayi ditinggalkan sangatlah penting.
Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa ASI perah mengandung lebih sedikit bakteri dan lebih kecil kemungkinan tumbuh bakteri. Oleh karena itu, menyimpan asi dengan benar merupakan kunci untuk menjaga kualitas ASI perah. Lantas bagaimana cara menyimpan ASI perah yang baik dan benar? Berikut ini 6 cara yang dapat ibu terapkan dalam penyimpanan ASI, antara lain:
ASI yang baru ibu perah, sebaiknya disimpan pada suhu ruangan sekitar 10-29°C. Ketahanan ASI yang disimpan dalam suhu ruangan dipengaruhi oleh kebersihan dan teknik memerah ASI, serta perbedaan suhu ruangan. Temperatur ruangan yang panas mempengaruhi perkembangan jumlah bakteri pada ASI perah. Dalam suhu ruangan 27°C sampai 32°C ASI perah mampu bertahan 3-4 jam. Sedangkan dalam kondisi kebersihan terjaga dengan temperatur ruangan yang lebih rendah, ASI perah dapat bertahan kurang lebih 6-8 jam.
Jika ingin menyimpan ASI jangka waktu lama, simpan ASI di dalam kulkas, Pada suhu 15°C, jika ASI diletakkan dalam suatu wadah atau termos es berisi es beku di dalamnya ataupun blue-ice sebagai pendinginnya, maka ASI dapat bertahan selama 24 jam. Hal karena bakteri yang tumbuh sangat minim. Sementara pada pendingin 4°C, biasanya pada kulkas bagian bawah tempat menyimpan sayur-sayuran, ASI dapat bertahan hingga 48-72 jam.
ASI yang dibekukan dalam freezer dengan suhu -20°C, terbukti bertahan aman untuk setidaknya 3 bulan. Umumnya vitamin A, E, B, protein, lemak, enzim, laktosa, imunoglobulin, lisozim, dan laktoferin tetap bertahan pada ASI yang dibekukan. Pertumbuhan bakteri tidak ditemukan dalam ASI beku selama minimal 6 minggu. ASI perah harus disimpan dalam freezer bagian dalam untuk menghindari perubahan suhu ketika pintu freezer dibuka. Selain itu, sebaiknya wadah penyimpanan ASI tertutup rapat untuk mencegah terjadinya kontaminasi.
Saat menyimpan ASI ke dalam kulkas atau freezer, pastikan ibu telah membagi ASI ke dalam beberapa wadah dengan ukuran yang tidak terlalu besar, yaitu antara 60 hingga 100 ml. Tujuannya agar ASI lebih awet karena bayi tidak menghabiskan ASI terlalu banyak dalam sekali minum. Jika tidak habis, maka ASI harus segera dibuang karena tidak dapat disimpan kembali. Itulah sebabnya, menyimpan ASI sebaiknya menggunakan beberapa wadah dengan jumlah sedikit atau secukupnya saja.
Pada saat mengisi wadah ASI, sebaiknya tidak sampai penuh. Ini bertujuan untuk menghindari terjadinya ekspansi ASI ketika membeku. Setiap wadah harus diberi label yang berisi tanggal memerah ASI, serta nama anak jika ibu akan menggunakan ruang perawatan anak atau daycare.
Hindari mencampur ASI yang baru diperah dengan ASI sebelumnya sudah didinginkan. Jika memang ingin mencampurnya, maka ASI yang baru diperah perlu didinginkan dahulu di kulkas yang bukan freezer. Simpan ASI yang baru diperah di wadah yang berbeda, dan tunggu hingga suhu ASI perah pada kedua wadah sama dinginnya, setelah itu baru dapat ibu gabungkan. Sebaiknya jarak perah tidak lebih dari 24 jam, serta daya simpan ASI berlaku berdasarkan tanggal serta waktu perah ASI yang pertama.
Setelah mengetahui cara menyimpan ASI, selanjutnya ibu perlu mengetahui cara menyajikan ASI perah supaya tetap aman dikonsumsi bayi.
Setelah ASI disimpan di dalam kulkas dan akan diberikan pada bayi, ibu perlu menghangatkan ASI terlebih dahulu. Cara terbaiknya adalah dengan merendam botol ASI yang dingin dengan menggunakan air panas. Masukkan botol ASI ke dalam mangkuk berisi air panas, tunggu hingga beberapa menit. Ibu perlu memastikan suhu ASI sudah cukup hangat sebelum memberikannya pada bayi.
Jika ibu ingin mencairkan ASI yang beku di freezer, gunakan 2 cara berikut ini:
ASI perah yang sudah disimpan biasanya memiliki bau dan rasa yang berbeda dari ASI segar. Hal ini terjadi karena aktivitas lipase yaitu enzim yang memecah lemak menjadi asam lemak. Pemecahan lemak baik dapat membantu bayi untuk mencerna ASI, terutama bagi bayi prematur. Hal ini tidak berbahaya, walaupun beberapa bayi mungkin menolak untuk meminumnya. Hindari memanaskan ASI di atas 40°C dengan menggunakan microwave karena dapat mengakibatkan hilangnya enzim. Selain itu, hindari juga menghangatkan ASI dengan cara mendiamkannya di suhu ruangan. Sebab hal ini bisa memicu masuknya bakteri ke dalam ASI jika ASI tidak dihangatkan.
Setelah ASI hangat, kini saatnya memberikan ASI pada bayi. Tapi ingat bu, hindari memberikan ASI dengan menggunakan dot karena bisa menyebabkan bayi bingung puting. Bingung puting merupakan kondisi dimana bayi tidak lagi mau menyusu secara langsung, karena sudah menemukan kenyamanan lain saat minum menggunakan botol atau dot. Oleh karena itu, sebaiknya bayi diberikan ASI dengan menggunakan sendok atau cup feeder saja.
Itulah beberapa cara menyimpan ASI yang benar agar kandungan dalam ASI yang disimpan tidak rusak. Cara penyimpanan ASI yang tidak tepat tentu sangat berbahaya, sebab ASI akan basi. Selain itu, ibu juga dapat mempraktikkan cara menyajikan ASI pada bayi di atas agar ASI dapat dinikmati dengan baik. Selamat mencoba bu!