Memberikan ASI eksklusif kepada bayi merupakan keputusan terbaik bagi pertumbuhan dan perkembangannya. Namun, bagi ibu yang memiliki aktivitas padat, sering kali muncul kekhawatiran tentang bagaimana menyimpan ASI dengan benar agar tetap aman dikonsumsi bayi. Salah satu pertanyaan yang paling sering diajukan adalah berapa lama ASI dapat bertahan di suhu ruangan dan bagaimana cara penyimpanan yang tepat agar nutrisinya tidak berkurang.
ASI yang baru diperah dapat bertahan dalam jangka waktu tertentu tergantung pada bagaimana cara penyimpanannya. Jika dibiarkan dalam suhu ruangan, ASI segar biasanya bisa bertahan hingga beberapa jam, tetapi ini sangat bergantung pada kondisi lingkungan, termasuk suhu ruangan dan kebersihan wadah penyimpanan. Apabila suhu ruangan berada di bawah 25 derajat Celcius, ASI masih bisa digunakan dalam kurun waktu sekitar 4 jam tanpa mengalami perubahan kualitas yang signifikan. Namun, jika suhu lebih tinggi, ASI sebaiknya segera diberikan atau disimpan dalam lemari pendingin untuk menghindari risiko pertumbuhan bakteri.
ASI yang disimpan di lemari es pada suhu sekitar 4 derajat Celcius memiliki ketahanan yang jauh lebih lama. Dalam kondisi ini, ASI dapat bertahan hingga 4 hari tanpa mengalami penurunan kandungan gizi yang berarti. Meskipun begitu, ibu tetap perlu memastikan kebersihan wadah penyimpanan serta menghindari penyimpanan di bagian pintu kulkas, karena fluktuasi suhu akibat sering dibuka dan ditutup dapat mempercepat kerusakan ASI.
Ketika ASI perlu disimpan dalam waktu yang lebih lama, membekukannya di dalam freezer menjadi pilihan terbaik. Dengan penyimpanan yang tepat, ASI bisa bertahan hingga 6 bulan dalam keadaan beku tanpa mengalami perubahan yang signifikan dalam hal kualitas. Namun, ketika ASI beku hendak digunakan, proses pencairannya harus dilakukan dengan hati-hati agar kandungan nutrisinya tetap terjaga.
Meskipun ASI telah disimpan sesuai dengan prosedur yang benar, tetap ada kemungkinan mengalami perubahan yang menandakan bahwa ASI tidak lagi layak dikonsumsi oleh bayi. Salah satu tanda yang paling mudah dikenali adalah perubahan aroma. ASI segar memiliki bau yang ringan dan sedikit manis, tetapi jika sudah basi, aromanya akan cenderung lebih asam atau tengik.
Selain dari aromanya, warna ASI juga bisa menjadi indikator apakah masih layak diberikan atau tidak. Normalnya, ASI memiliki warna putih kekuningan atau sedikit kebiruan tergantung pada kadar lemaknya. Jika ASI menunjukkan perubahan warna yang mencolok atau terdapat endapan yang sulit tercampur meskipun sudah dikocok, ada kemungkinan kualitasnya telah menurun.
Kondisi lain yang perlu diwaspadai adalah perubahan tekstur. ASI yang masih baik akan tetap cair dan homogen setelah dikocok, tetapi jika sudah menggumpal atau sulit menyatu kembali, sebaiknya tidak diberikan kepada bayi. Jika ragu, ibu juga bisa mencicipi sedikit ASI yang telah disimpan. ASI yang masih segar biasanya memiliki rasa yang sedikit manis, tetapi jika terasa asam atau tidak enak, lebih baik dibuang daripada berisiko membahayakan kesehatan bayi.
Bagi ibu yang menyimpan ASI dalam freezer, mencairkannya dengan cara yang benar sangat penting agar nutrisi tetap terjaga dan tidak menyebabkan gangguan pencernaan pada bayi. Proses pencairan yang terlalu cepat atau menggunakan metode yang salah bisa merusak kandungan antibodi dalam ASI.
Salah satu cara terbaik untuk mencairkan ASI adalah dengan memindahkannya ke lemari es terlebih dahulu dan membiarkannya mencair secara perlahan. Cara ini membantu menjaga kestabilan komposisi ASI sehingga tetap aman untuk bayi. Jika dibutuhkan dalam waktu yang lebih cepat, ASI bisa direndam dalam wadah berisi air hangat, tetapi tidak boleh dipanaskan langsung dengan air mendidih atau microwave karena bisa merusak struktur protein dan antibodi yang terkandung di dalamnya.
ASI yang sudah dicairkan sebaiknya segera diberikan kepada bayi dalam waktu 24 jam jika masih disimpan di kulkas. Setelah berada di suhu ruangan lebih dari 2 jam, ASI yang sudah dicairkan sebaiknya tidak lagi digunakan untuk mencegah pertumbuhan bakteri. Selain itu, ASI yang telah dipanaskan tidak boleh dibekukan kembali karena proses pembekuan ulang dapat meningkatkan risiko kontaminasi bakteri.
Untuk menjaga kualitas ASI selama penyimpanan, pemilihan wadah juga memiliki peran penting. Menggunakan botol berbahan kaca atau plastik bebas BPA dengan penutup yang rapat akan membantu mencegah kontaminasi dan menjaga kebersihan ASI. Setiap botol yang digunakan untuk menyimpan ASI sebaiknya diberi label dengan mencantumkan tanggal dan waktu pemompaan agar ibu bisa memastikan ASI yang paling lama disimpan digunakan lebih dahulu.
Selain itu, dalam proses penyimpanan, ibu perlu memperhatikan jumlah ASI dalam setiap wadah. Mengisi botol terlalu penuh sebaiknya dihindari karena ASI akan mengembang ketika membeku, sehingga dapat menyebabkan wadah pecah atau bocor.
Dengan memahami teknik penyimpanan yang benar, ibu dapat memastikan bahwa buah hati tetap mendapatkan nutrisi terbaik meskipun ASI diberikan dalam bentuk perah. Proses penyimpanan dan pencairan yang tepat sangat penting agar bayi tetap mendapatkan manfaat maksimal dari ASI yang kaya akan nutrisi dan antibodi yang membantu melindungi dari infeksi serta mendukung tumbuh kembangnya secara optimal.
Meskipun hal ini memudahkan Ibu, tetapi yang terbaik tetaplah memberikan ASI segar pada Buah Hati jika tidak ada keadaan mendesak yang mengharuskan ASI disimpan. Sebab, membekukan ASI sebenarnya dapat merusak beberapa zat antibodi dalam Asi itu sendiri. Namun jika Ibu harus menyetok ASI, maka pastikan juga ASI Ibu berkualitas dan jumlahnya mencukupi kebutuhan Buah Hati. Ibu bisa mengonsumsi susu Ibu menyusui untuk menambah nutrisi Ibu dan Buah Hati. Cari tahu lebih banyak tentang susu Ibu menyusui yuk.