Menyusui merupakan momen berharga bagi Ibu dan Buah Hati yang tidak hanya membangun ikatan emosional, tetapi juga memberikan nutrisi penting bagi bayi. Namun, ada kalanya kondisi tertentu membuat Ibu harus mempertimbangkan penggunaan susu formula, seperti saat ASI sulit keluar atau kurang mencukupi. Pemberian ASI yang diselingi dengan susu formula tentu memiliki dampak tersendiri, baik pada produksi ASI Ibu maupun pada kesehatan pencernaan bayi.
Pada artikel ini, kita akan membahas lebih dalam dampak pemberian ASI yang diselingi dengan susu formula, dan bagaimana Ibu dapat mengatasi tantangan ini untuk tetap memberikan yang terbaik bagi si Buah Hati. Yuk, simak sampai tuntas!
Pemberian ASI yang diselingi dengan susu formula bisa mempengaruhi produksi ASI. Hal ini disebabkan oleh prinsip supply and demand dalam proses menyusui. Tubuh Ibu akan memproduksi ASI sesuai dengan seberapa sering bayi menyusu langsung dari payudara. Semakin sering bayi menyusu, semakin banyak pula ASI yang dihasilkan.
Namun, jika Ibu mulai menggantikan sesi menyusui dengan susu formula, maka frekuensi bayi menyusu dari payudara akan berkurang, yang secara alami akan mengurangi produksi ASI.
Bayi yang diberi susu formula cenderung merasa kenyang lebih lama karena komposisi formula yang lebih berat dibandingkan ASI. Ini berarti bayi akan menyusu lebih jarang, dan akibatnya stimulasi pada payudara Ibu berkurang. Seiring waktu, tubuh Ibu akan menyesuaikan produksi ASI berdasarkan penurunan kebutuhan tersebut, yang bisa menyebabkan penurunan jumlah ASI secara signifikan.
Untuk menjaga produksi ASI tetap optimal, WHO merekomendasikan pemberian ASI eksklusif hingga bayi berusia 6 bulan. Jika Ibu menghadapi situasi yang mengharuskan pemberian susu formula, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter anak terlebih dahulu untuk memastikan bayi tetap mendapatkan manfaat maksimal dari ASI.
Salah satu dampak yang sering terjadi ketika ASI diselingi dengan susu formula adalah risiko bingung puting atau nipple confusion. Ketika bayi terbiasa menghisap dot botol yang relatif lebih mudah dibandingkan menghisap payudara, ia bisa kesulitan menyesuaikan kembali saat harus menyusu langsung dari Ibu. Dot botol membutuhkan usaha yang lebih sedikit, sehingga bayi mungkin menjadi enggan menyusu dari payudara karena memerlukan tenaga lebih untuk mendapatkan ASI.
Jika bayi lebih sering minum dari botol, maka pola menyusuinya bisa terganggu. Bayi mungkin mulai menolak menyusu langsung dari payudara, yang berujung pada penurunan frekuensi menyusu dan akhirnya berdampak pada produksi ASI.
Ciri-ciri bayi yang mengalami bingung puting termasuk bibir bayi yang membentuk kerucut seperti saat minum dari dot, serta sering melepaskan hisapan saat menyusu. Jika hal ini terjadi, Ibu dapat mencoba untuk lebih sering menyusui langsung atau menggunakan ASI perah. Jika terpaksa memberikan susu formula, sebaiknya hindari penggunaan dot dan berikan dengan sendok atau cangkir agar bayi tetap dapat belajar menyusu dari payudara.
ASI mengandung nutrisi penting yang dirancang khusus untuk mendukung pertumbuhan dan kesehatan pencernaan bayi. ASI mengandung prebiotik alami seperti oligosakarida, yang berfungsi untuk mendukung pertumbuhan bakteri baik di usus bayi. Prebiotik ini membantu menjaga kesehatan pencernaan dan melindungi bayi dari infeksi saluran cerna.
Pemberian susu formula sebelum bayi berusia 6 bulan dapat meningkatkan risiko masalah pencernaan seperti diare atau sembelit, terutama karena komposisi susu formula yang lebih sulit dicerna dibandingkan ASI. Selain itu, bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif mungkin mengalami ketidakseimbangan bakteri baik di usus, yang berpotensi menyebabkan gangguan pencernaan.
ASI juga mengandung kolostrum, zat yang kaya akan antibodi dan berperan penting dalam mendukung pematangan saluran pencernaan bayi pada minggu-minggu awal kehidupannya. Karena ASI mengandung protein yang berasal dari manusia, risiko bayi mengalami alergi terhadap ASI sangat rendah dibandingkan dengan susu formula, yang berbasis protein hewani seperti susu sapi atau kedelai.
Bagi Ibu yang merasa perlu menggunakan susu formula sebagai tambahan, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk menjaga keseimbangan antara ASI dan susu formula:
Tetap Menyusui Sesering Mungkin
Meski menggunakan susu formula, usahakan tetap memberikan ASI secara langsung sebanyak mungkin untuk menjaga produksi ASI tetap stabil.
Menggunakan ASI Perah
Jika Ibu kesulitan menyusui langsung, coba gunakan ASI perah sebagai alternatif. Ini tetap bisa membantu menjaga frekuensi ASI yang masuk ke tubuh bayi dan mengurangi ketergantungan pada susu formula.
Berkonsultasi dengan Dokter Anak
Jika ada kebutuhan medis atau alasan khusus untuk menggunakan susu formula, pastikan Ibu berkonsultasi dengan dokter agar susu formula digunakan dengan cara yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan bayi.
ASI tetap menjadi sumber nutrisi terbaik bagi bayi karena kandungan nutrisinya yang lengkap dan manfaatnya yang luas untuk kesehatan bayi. Menyusui tidak hanya mendukung kesehatan fisik bayi, tetapi juga membantu memperkuat ikatan emosional antara Ibu dan anak. Oleh karena itu, IDAI dan WHO merekomendasikan pemberian ASI eksklusif setidaknya hingga bayi berusia 6 bulan, dan dilanjutkan bersama MPASI hingga usia 2 tahun.
Jika Ibu mengalami tantangan dalam menyusui, penting untuk mencari bantuan dari konselor laktasi atau profesional kesehatan. Dengan begitu, Ibu bisa mendapatkan solusi yang sesuai dan tetap memberikan yang terbaik bagi si Buah Hati.
Ingin tahu lebih lanjut tentang manfaat ASI eksklusif dan bagaimana cara mempertahankannya? Kunjungi artikel berikut: Seberapa Penting ASI Eksklusif bagi Bayi dan Ibu?
Referensi