Kehamilan adalah masa penuh harapan dan kebahagiaan bagi banyak Ibu. Namun, masa ini juga memiliki risiko kesehatan yang perlu diwaspadai, salah satunya adalah HELLP syndrome. Komplikasi serius ini dapat muncul secara tiba-tiba dengan gejala seperti nyeri hebat di perut bagian atas, mual, atau muntah, bahkan pada Ibu yang sebelumnya sehat.
HELLP syndrome merupakan singkatan dari 3 kondisi kesehatan pada Ibu hamil, yaitu pecahnya sel darah merah atau hemolisis (H), kerusakan hati atau elevated liver enzymes (EL), dan penurunan jumlah trombosit atau low platelets count (LP).
Kondisi ini dapat memengaruhi fungsi organ tubuh secara serius, termasuk menyebabkan kerusakan hati, penurunan drastis jumlah trombosit, serta pecahnya sel darah merah. Jika tidak segera ditangani, komplikasi ini dapat berujung pada perdarahan internal atau gagal organ. Karena itu, Ibu perlu waspada terhadap gejala yang muncul, terutama di trimester akhir kehamilan.
HELLP syndrome merupakan kondisi parah dari preeklamsia. Waktu terjadinya sindrom ini umumnya antara minggu ke-28 kehamilan hingga hari ke-7 setelah melahirkan.
Tanda-tandanya hampir sama seperti preeklamsia, seperti tekanan darah tinggi dan adanya protein dalam urine. Namun, sekitar 20% kasus terjadi tanpa tekanan darah tinggi, yang membuat diagnosisnya lebih rumit.
Gejala lain yang sering muncul meliputi nyeri perut bagian atas, mual, muntah, sakit kepala terus-menerus, dan pembengkakan pada kaki atau tangan. Dalam beberapa kasus, gejala ini tampak seperti keluhan umum pada kehamilan, sehingga sering diabaikan. Oleh karena itu, penting untuk segera berkonsultasi dengan dokter jika gejala tersebut berlangsung lama atau semakin parah.
Berdasarkan penelitian yang diterbitkan di Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia, sindrom ini terjadi pada sekitar 0,5% hingga 0,9% kehamilan. Meskipun angkanya kecil, komplikasi ini memiliki risiko fatal jika tidak segera ditangani. Penanganan medis yang cepat dan tepat, seperti persalinan darurat, sering kali diperlukan untuk melindungi kesehatan Ibu dan calon buah hati.
HELLP syndrome memiliki gejala yang mirip dengan preeklamsia, tetapi ada beberapa tanda spesifik yang perlu diwaspadai. Nyeri di bagian atas perut, terutama di sisi kanan atas akibat pembengkakan hati, menjadi salah satu gejala utamanya.
Mual, muntah, dan sakit kepala yang tak kunjung reda juga dapat menjadi indikasi. Dalam beberapa kasus, gangguan penglihatan seperti pandangan kabur turut menjadi tanda yang memerlukan perhatian khusus.
Tanda tambahan seperti pembengkakan pada wajah atau tangan, rasa sakit di bahu, dan kenaikan berat badan mendadak juga perlu diamati dengan seksama.
Karena gejala dapat berkembang secara bertahap, diagnosis cepat menjadi kunci untuk mencegah risiko yang lebih besar, seperti kerusakan hati, gagal ginjal, atau stroke. Penting bagi Ibu untuk segera berkonsultasi dengan dokter jika merasakan tanda-tanda ini agar keselamatan Ibu dan calon buah hati tetap terjaga.
Untuk memahami penyebabnya, Ibu perlu mengetahui peran penting plasenta selama kehamilan. Menurut Medscape, sindrom ini sering dipicu karena plasenta yang tidak berkembang optimal di awal kehamilan. Akibatnya, aliran darah ke plasenta terganggu, sehingga tubuh melepaskan zat-zat yang dapat merusak pembuluh darah.
Kerusakan ini menyebabkan beberapa masalah seperti pecahnya sel darah merah (hemolisis) karena gesekan di pembuluh darah yang rusak. Selain itu, zat-zat itu juga merusak hati, sehingga organ hati meningkatkan produksi enzim tertentu.
Tubuh pun berusaha memperbaiki kerusakan pembuluh darah dengan menggunakan trombosit, tetapi lama-kelamaan jumlah trombosit semakin berkurang. Kombinasi kerusakan itu menyebabkan gangguan fungsi organ yang serius, sehingga sindrom HELLP menjadi kondisi yang berbahaya bagi Ibu hamil.
Faktor lain penyebabnya adalah usia Ibu hamil di atas 35 tahun, pernah menderita hipertensi, mengalami preeklamsia, menderita diabetes, atau penyakit ginjal. Riwayat penyakit ini memicu risiko kerusakan pembuluh darah selama kehamilan, sehingga meningkatkan peluang terjadinya sindrom.
Penanganannya memerlukan tindakan medis segera untuk mencegah komplikasi serius yang dapat membahayakan Ibu dan janin. Berikut penjelasan selengkapnya.
Konsultasi rutin dengan dokter kandungan dibutuhkan untuk mengenali risiko sejak dini. Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk memeriksa tanda-tanda seperti peningkatan tekanan darah, pembengkakan, atau rasa nyeri di bagian atas perut. Lalu, dokter akan melanjutkan dengan pemeriksaan darah, yang diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya hemolisis (penghancuran sel darah merah), maupun perubahan pada kondisi trombosit dan organ hati.
Pemeriksaan tambahan seperti tes urine juga diperlukan untuk mendeteksi keberadaan protein yang seharusnya tidak ada.
Ibu dengan sindrom ini harus dirawat inap untuk pengawasan ketat terhadap tekanan darah, jumlah trombosit, dan fungsi hati.
Dalam kasus lain, persalinan segera sering kali menjadi pilihan terbaik untuk menyelamatkan nyawa Ibu. Jika kondisi Ibu memburuk atau janin menunjukkan tanda-tanda bahaya, dokter mungkin memutuskan untuk melakukan persalinan darurat melalui operasi caesar.
Setelah persalinan, perawatan Ibu tetap berlanjut untuk memastikan pemulihan organ-organ tubuh yang rusak akibat sindrom ini.
Meskipun tidak sepenuhnya dapat dicegah, langkah-langkah tertentu dapat membantu menurunkan risikonya. Salah satu upaya utama adalah mengonsumsi nutrisi penting yang mendukung kesehatan pembuluh darah, antara lain vitamin C, E, kalsium, dan asam folat. Dengan pembuluh darah yang sehat, maka tidak akan sampai terjadi hemolisis ataupun kerusakan pembuluh darah yang meningkatkan risiko sindrom HELLP.
Idealnya, asupan nutrisi ini sudah dimulai sejak sebelum kehamilan. Ini karena nutrisi tersebut tidak hanya memperbaiki kondisi pembuluh darah, tetapi juga mendukung pembentukan plasenta yang sehat sejak minggu pertama kehamilan.
Selain nutrisi, olahraga ringan selama kehamilan, seperti jalan kaki atau senam hamil, juga dapat membantu mencegah sindrom ini. Olahraga meningkatkan zat anti-peradangan dalam tubuh, yang berperan dalam menjaga kesehatan pembuluh darah.
Konsultasi rutin dengan dokter diperlukan untuk mendeteksi risiko sejak dini, bahkan sejak Ibu masih merencanakan untuk hamil. Dengan pola makan bergizi, olahraga ringan, dan pengawasan medis yang baik, Ibu dapat meningkatkan peluang menjalani kehamilan yang sehat dan aman.
Salah satu cara praktis dan lezat untuk mencukupi kebutuhan nutrisi harian Ibu dan dan calon buah hati adalah dengan mengonsumsi susu kehamilan. Pastikan Ibu memilih susu yang kaya akan kalsium, asam folat, serta nutrisi esensial lainnya untuk memastikan kesehatan Ibu dan tumbuh kembang janin yang optimal.
Dapatkan informasi lengkap tentang susu hamil yang mendukung perkembangan buah hati dan menjaga kesehatan Ibu di sini: 2 Susu Ibu Hamil yang Bagus untuk Perkembangan Buah Hati.
Referensi: