Induksi persalinan adalah tindakan medis yang sengaja dilakukan untuk memulai proses persalinan lebih cepat pada ibu hamil. Ini biasanya diperlukan jika kehamilan telah melebihi waktu normal atau terdapat masalah kesehatan ibu atau bayi.
Contohnya, jika ibu hamil memiliki tekanan darah tinggi, air ketubannya sedikit, preeklampsia, atau janinnya tidak tumbuh dengan baik. Induksi bertujuan menjaga keselamatan ibu dan bayi dengan mencegah potensi masalah yang dapat terjadi selama kehamilan.
Mari ketahui informasi selengkapnya tentang syarat induksi persalinan pada ibu hamil berikut ini.
Induksi persalinan adalah prosedur yang dilakukan dengan tujuan merangsang otot-otot di sekitar rahim, agar persalinan bisa berlangsung secara alami lewat jalur vagina dengan mudah. Induksi persalinan akan dilakukan saat tanda-tanda persalinan tak kunjung Ibu rasakan meskipun sudah lewat dari hari kelahiran.
Umumnya, dokter akan menyarankan induksi persalinan terutama bila ada kekhawatiran akan kesehatan Ibu dan bayi. Tapi, di samping alasan medis, ada pula alasan non-medis yang memungkinkan dokter melakukan prosedur induksi persalinan.
Dokter biasanya menyarankan induksi persalinan jika ada masalah kesehatan ibu atau janin yang memerlukan persalinan segera, seperti tekanan darah tinggi, diabetes gestasional yang tidak terkontrol, atau penurunan pertumbuhan janin. Berikut ini adalah kondisi atau faktor-faktor yang membuat Ibu harus segera melahirkan dengan proses persalinan induksi:
Secara umum, prediksi kelahiran bayi adalah pada waktu usia kandungan memasuki minggu ke 38-42. Melansir dari jurnal An International Journal of Obstetrics and Gynecology, induksi akan dilakukan saat usia kandungan sudah mencapai lebih dari 42 minggu. Biasanya metode induksi akan dilakukan saat sudah lewat 1 hingga 2 minggu dari perkiraan lahiran.
Usia kehamilan diatas 42 minggu memiliki beragam resiko yang bisa membahayakan kesehatan Ibu dan bayi dalam kandungan, maka dari itu dokter akan segera menyarankan induksi persalinan dengan oksitosin vagina ataupun infus prostaglandin demi keselamatan Ibu dan bayi.
Masalah obesitas pada Ibu yang tengah mengandung biasanya cukup berisiko mengalami komplikasi. Maka dari itu, kebutuhan untuk melakukan prosedur induksi ataupun operasi sesar bisa menjadi lebih tinggi.
Secara umum, obesitas terjadi saat IMT melebihi 30, yang dapat bervariasi tergantung pada tinggi badan Ibu. Komplikasi dan risiko kesehatan tambahan dapat muncul dengan peningkatan IMT (indeks massa tubuh).
Bila Ibu memiliki komplikasi pada saat kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi, maka dokter akan menyarankan prosedur ini. Pasalnya, tekanan darah yang tinggi selama masa kehamilan bisa meningkatkan resiko kelahiran secara prematur, kelahiran secara sesar, solusio plasenta, dan preeklamsia.
Dokter akan menyarankan induksi persalinan pada kasus terhambatnya pertumbuhan intrauterin atau rahim. Hal ini lantaran akan mengakibatkan janin lahir prematur ataupun lahir dalam keadaan meninggal. Janin yang berhenti berkembang dikaitkan dengan resiko peningkatan morbiditas perinatal yang meliputi:
Pecahnya air ketuban sebelum waktunya persalinan biasa disebut dengan ketuban pecah dini. Biasanya setelah air ketuban pecah, maka akan disusul oleh kontraksi. Akan tetapi bila tak terjadi kontraksi dalam kurun waktu enam hingga dia belas jam, maka ini bisa meningkatkan beberapa resiko seperti :
Infeksi bakteri atau chorioamnionitis yang dialami selama persalinan atau sebelum persalinan bisa terjadi karena adanya bakteri yang menginfeksi amnion, korion, serta cairan ketuban di sekitar janin.
Bila Ibu mengalami kondisi ini, maka induksi bisa menjadi alternatif bagi Ibu untuk menghindari bahaya yang mungkin saja terjadi. Melansir dari laman resmi Clinics in Perinatology, resiko infeksi pada janin ini antara lain, bisa mengakibatkan bayi terlahir dalam keadaan meninggal, prematur, sepsis neonatal, cedera otak yang berakibat pada cerebral palsy, penyakit paru-paru, dan cacat perkembangan syaraf lainnya.
Cairan ketuban memiliki peran penting dalam membantu perkembangan bayi dalam janin. Tidak memiliki cukup air ketuban ini biasa disebut dengan oligohidramnion. Kondisi ini bisa mengakibatkan ragam hormon, nutrisi, dan sel yang berfungsi untuk mendukung perkembangan janin tidak tersalurkan dengan baik.
Hal yang kemungkinan menyebabkan potensial kurangnya cairan ketuban ini adalah kebocoran cairan ketuban secara terus menerus karena selaput ketuban yang pecah.
Plasenta merupakan organ yang berkembang dalam rahim Ibu selama periode kehamilan. Plasenta yang terpisah dari dinding bagian dalam rahim sebelum waktu kelahiran biasa disebut dengan solusio plasenta, atau plasenta yang terlepas.
Kondisi ini bisa mengakibatkan bayi dalam kandungan kekurangan oksigen serta nutrisi. Bukan hanya pada bayi, namun pada Ibu, solusio plasenta ini bisa mengakibatkan pendarahan yang hebat. Sehingga demi keamanan Ibu dan bayi, induksi persalinan kemungkinan besar akan diperlukan.
Jika dokter mencurigai adanya masalah pertumbuhan janin, di mana janin tidak tumbuh sesuai dengan patokan yang diharapkan. Persalinan induksi dapat direkomendasikan untuk memastikan kondisi janin yang optimal.
Ini membantu mencegah komplikasi yang mungkin timbul akibat pertumbuhan janin yang terhambat.
Ruptur ketuban tanpa adanya kontraksi dapat meningkatkan risiko infeksi dan masalah kesehatan lainnya. Dalam situasi ini, induksi dapat direkomendasikan untuk meminimalkan risiko infeksi pada janin dan ibu, dengan memastikan kelahiran segera dimulai setelah ketuban pecah.
Infeksi uterus dapat terjadi sebagai komplikasi selama kehamilan, terutama jika ketuban telah pecah. Tujuan induksi untuk menghentikan penyebaran infeksi, menjaga kesehatan ibu, dan mencegah risiko serius pada janin.
Diabetes gestasional yang tidak terkontrol dapat menyebabkan berbagai masalah, termasuk berat badan bayi yang berlebihan (makrosomia). Persalinan induksi dapat direkomendasikan untuk mencegah komplikasi saat melahirkan dan untuk menjaga kesehatan bayi.
Kehadiran penyakit kardiovaskular atau ginjal pada ibu hamil dapat meningkatkan risiko komplikasi serius. Persalinan induksi mungkin diperlukan untuk mengurangi tekanan pada sistem kardiovaskular atau ginjal ibu, menjaga kesehatan ibu hamil, dan mencegah risiko terhadap janin.
Preeklampsia melibatkan peningkatan tekanan darah dan kerusakan organ, yang dapat membahayakan kesehatan ibu dan bayi. Jika preeklampsia tidak terkendali, persalinan induksi mungkin menjadi opsi untuk mencegah komplikasi serius dan memastikan kelahiran yang aman untuk kedua belah pihak.
Berbagai kondisi di atas dapat mencegah komplikasi yang lebih serius dengan dilakukannya induksi persalinan. Bahkan, jika tidak dilakukan penanganan segera, beberapa kondisi di atas dapat menyebabkan pendarahan pada Ibu yang dapat mengancam nyawa.
Simak berbagai kondisi yang dapat menyebabkan kematian pada ibu hamil beserta pencegahannya berikut ini yuk: Penyebab Angka Kematian Ibu Hamil di Indonesia Masih Tinggi
Meski terkadang dilakukan demi keselamatan Ibu dan bayi, namun induksi persalinan, sama seperti prosedur medis lainnya tentu saja memiliki resiko sendiri. Lewat beberapa metode, rahim dapat dirangsang dengan berlebih yang alhasil mengakibatkan Ibu mengalami kontraksi yang terlalu sering. Hal ini malahan bisa menjadikan Ibu rentan akan risiko intervensi seperti:
Melansir dari National Library of Medicine, setidaknya sebanyak 80% wanita yang diinduksi akan berhasil melahirkan secara normal. Namun, pada sebanyak 20% wanita, prosedur induksi bisa saja tidak berhasil.
Adapun penyebab induksi persalinan menjadi gagal adalah:
Obat yang digunakan dalam proses induksi persalinan oksitosin maupun prostaglandin bisa mengakibatkan kontraksi yang berlebihan. Hal ini bisa mengakibatkan berkurangnya suplai oksigen kepada bayi di dalam rahim. Kekurangan oksigen akan menyebabkan menurunnya detak jantung Si Kecil.
Beberapa cara yang dilakukan pada metode induksi seperti memecahkan selaput ketuban malahan bisa meningkatkan resiko infeksi, bagi bagi Ibu maupun bayi di dalam rahim. Ini memungkinkan mikroorganisme berbahaya masuk ke dalam rahim. Infeksi tersebut dapat mengakibatkan komplikasi serius dan memerlukan perawatan khusus.
Metode induksi akan meningkatkan resiko otot rahim Ibu tak akan berkontraksi dengan baik usai persalinan (atonia uteri). Kondisi ini bisa mengakibatkan pendarahan usai melahirkan. Dokter dan tim medis akan memantau dengan cermat dan memberikan perawatan yang diperlukan untuk mencegah risiko ini.
Ruptur uteri merupakan komplikasi yang memang jarang ditemui, namun kondisi ini cukup serius. Ruptur uteri merupakan kondisi dimana rahim dirobek sepanjang garis bekas luka dari operasi sesar yang dilakukan sebelumnya. Prosesi ini diperlukan untuk mencegah komplikasi yang bisa membahayakan kesehatan Ibu dan Si Kecil. Dalam kasus yang gawat, tak menutup kemungkinan bahwa rahim Ibu mungkin perlu diangkat.
Karena banyaknya komplikasi yang mungkin terjadi selama kehamilan, maka penting bagi Ibu untuk selalu memeriksakan kondisi kandungan secara berkala. Bukan hanya itu, Ibu juga perlu menjaga kecukupan gizi Ibu dan Buah Hati dengan memakan makanan bergizi dan tambahkan juga Prenagen Mommy untuk melengkapi nutrisi harian Ibu dan Buah Hati.
Nah Bu, pada dasarnya melakukan induksi persalinan merupakan keputusan serius yang perlu dipikirkan masak-masak. Penting bagi Ibu untuk berkonsultasi dengan dokter untuk pilihan yang terbaik.
Selain itu, Ibu juga perlu memahami persiapan persalinan yang mencakup pengetahuan tentang prosedur persalinan, pilihan pengelolaan nyeri, dukungan yang diperlukan, serta perencanaan setelah kelahiran untuk memastikan pengalaman persalinan yang sehat dan positif. Yuk, baca informasi selengkapnya di sini: 5 Persiapan untuk Persalinan yang Lancar.