Bu, sering dengar anak alergi susu? Yap, kondisi ini disebut sebagai intoleransi laktosa. Dalam dunia medis, intoleransi laktosa merupakan gangguan pencernaan akibat tubuh tidak dapat mencerna laktosa. Seringkali kondisi ini ditandai dengan diare, perut kembung dan sering buang angin setelah mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung laktosa, seperti susu atau produk olahannya.
Normalnya, saluran cerna memproduksi enzim laktase yang berperan penting dalam memproses laktosa. Namun, kurangnya produksi enzim laktase di pencernaan umumnya disebabkan oleh faktor genetik, penyakit tertentu, seperti infeksi atau radang usus, luka atau bekas operasi di usus halus, serta kelainan bawaan sejak lahir.
Secara normal, semua orang dilahirkan memiliki enzim laktase dan kemampuan untuk mencerna laktosa dalam makanan dan minuman. Hilangnya laktase secara genetik terjadi setelah masa kanak-kanak atau karena penyakit lapisan usus yang menghancurkan laktase. Intoleransi laktosa yang terjadi setelah usia 21 tahun jarang terjadi sebab defisiensi laktase diturunkan secara genetik biasanya terjadi pada rentang usia antara 5–21 tahun. Bila intoleransi laktosa terjadi setelah usia 21 tahun, maka itu menunjukkan proses lain mengganggu pencernaan laktosa. sering flatus, merah di sekitar anus, dan tinja berbau asam.
Tingkat keparahan intoleransi laktosa bervariasi setiap individu dan dapat dipicu oleh jumlah intake laktosa yang lebih besar atau lebih kecil. Kebanyakan orang dapat mentoleransi sejumlah kecil laktosa, bahkan jika mereka kekurangan laktase, misalnya laktosa dalam yogurt. Namun, dalam beberapa kasus, orang mengalami gejala parah hanya dengan mengonsumsi sedikit jumlah makanan atau minuman yang mengandung laktosa.
Dalam kondisi normal, usus kecil butuh enzim yang disebut laktase untuk memecah laktosa menjadi gula dalam bentuk lebih sederhana, yaitu glukosa dan galaktosa. Gula sederhana ini merupakan sumber energi tubuh. Namun, ketika gula sederhana ini tidak dipecah serta tidak bisa dicerna dan diserap tubuh, laktosa akhirnya berubah menjadi gas yang menyebabkan munculnya berbagai gejala masalah pencernaan.
Penyebab alergi susu dan produk turunannya atau yang dikenal dengan intoleransi laktosa ada bermacam-macam. Berikut adalah beberapa penyebab intoleransi laktosa berdasarkan jenisnya:
Penyebab intoleransi laktosa primer adalah faktor genetik yang diturunkan dari orang tua. Biasanya, seiring dengan pertambahan usia anak produksi enzim laktase mulai menurun, serta mulai terlihat gejala dan keluhannya saat anak memasuki usia remaja atau dewasa.
Intoleransi laktosa sekunder biasanya terjadi akibat penurunan produksi laktase yang disebabkan oleh beberapa kondisi medis tertentu seperti penyakit celiac, penyakit Crohn, infeksi usus, atau radang usus besar, dan bisa juga efek dari kemoterapi atau penggunaan antibiotik dalam jangka panjang.
Saat lahir, usus bayi belum berkembang dengan sempurna sehingga intoleransi laktosa kerap terjadi. Umumnya, kondisi intoleransi laktosa pada bayi terjadi akibat kelahiran prematur. Akan tetapi, intoleransi laktosa jenis ini hanya berlangsung sementara dan membaik seiring bertambahnya usia bayi.
Biasanya, gejala intoleransi laktosa muncul 30 menit hingga 2 jam setelah mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung laktosa. Gejala yang umumnya dirasakan adalah: sering buang gas, perut kembung, kram, mual dan diare.
Tingkat keparahan yang dialami tiap penderita intoleransi laktosa bermacam-macam dengan gejala yang berbeda. Hal ini terjadi karena tergantung berapa banyak konsumsi makanan dan minuman yang mengandung laktosa.
Ada beberapa cara untuk mengetahui apakah Ibu dan anggota keluarga yang lain mengalami intoleransi laktosa dengan melakukan tes. Berikut penjelasannya.
Cara mengetahui intoleransi laktosa yang umum adalah tes uji susu sapi. Cara yang paling sederhana untuk mengetahui apakah Ibu atau anak intoleransi laktosa ini biasanya dilakukan dengan berpuasa sebelum tes dilakukan. Setelah itu, Ibu atau anak akan diminta minum segelas susu sapi pada pagi hari tanpa konsumsi makanan lain, setidaknya 3-5 jam berikutnya. Apabila mengidap intoleransi laktosa, gejala tampak beberapa jam berikutnya.
Apabila Ibu atau anak mengidap intoleransi laktosa, sebaiknya mengganti susu sapi dengan susu soya. Ketahui manfaat susu soya untuk alergi susu sapi pada artikel ini: Manfaat Susu Soya untuk Anak dengan Alergi Susu Sapi.
Tes napas hidrogen adalah cara untuk mengetahui apakah Ibu atau anak intoleransi laktosa atau tidak. Pada tes ini, jumlah hidrogen dalam napas diukur setelah konsumsi minuman mengandung laktosa. Tingkat hidrogen dalam napas biasanya meningkat 3-5 jam setelah konsumsi laktosa. Ini menandakan adanya gangguan pencernaan terhadap laktosa.
Ketika melakukan tes toleransi laktosa, Ibu atau anak akan diukur gula darahnya selama dua jam setelah konsumsi minuman mengandung laktosa. Sebelum tes ini dilakukan, Ibu atau anak akan diminta tidak mengonsumsi apapun alias berpuasa. Tes ini dilakukan untuk mengukur kemampuan tubuh dalam mencerna laktosa.
Tes keasaman tinja merupakan salah satu cara untuk mengetahui apakah bayi mengalami intoleransi laktosa. Ketika menjalani tes ini, anak diberi sejumlah kecil laktosa untuk diminum. Asam laktat seharusnya mengubah keasaman tinja. Namun pada anak pengidap intoleransi laktosa, tinjanya cenderung asam.
Melakukan prosedur biopsi usus merupakan salah satu cara yang jarang dilakukan untuk mengukur apakah seseorang intoleransi laktosa atau tidak. Pengambilan sampel jaringan usus untuk mengukur tingkat laktase dalam lapisan dinding usus. Proses biopsi ini invasif, artinya dilakukan prosedur pembedahan dan memerlukan analisis khusus yang fasilitasnya tidak banyak tersedia di fasilitas kesehatan tingkat pertama. Maka itu, biopsi usus jarang dilakukan kecuali untuk tujuan penelitian.
Intoleransi laktosa tidak sama dengan alergi susu. Alergi adalah respons imun, sedangkan intoleransi laktosa merupakan kondisi pencernaan yang diturunkan secara genetik.
Gejala-gejalanya bisa serupa. Nyeri perut atau diare setelah mengonsumsi produk susu dapat disebabkan oleh alergi susu atau oleh intoleransi laktosa.
Alergi susu sapi terjadi ketika sistem kekebalan bayi bereaksi terhadap protein dalam susu. Tubuh bayi akan bereaksi setiap mengonsumsi susu terutama susu sapi, dan menganggap protein dalam susu sapi sebagai suatu hal yang berbahaya bagi tubuh. Dengan begitu, tubuh bayi akan mengeluarkan beberapa reaksi yang terkait dengan gejala alergi susu sapi.
Gejala alergi susu sapi juga dapat muncul secara langsung atau beberapa jam setelah bayi mengonsumsi susu sapi. Gejala yang dialami pun beragam, mulai dari yang ringan hingga gejala yang cukup berat. Beberapa tanda alergi susu sapi pada bayi meliputi:
Sedangkan pada intoleransi laktosa merupakan kondisi dimana bayi mengalami kesulitan mencerna laktosa yang merupakan gula alami yang ditemukan dalam susu. Pada bayi, intoleransi laktosa biasanya terjadi setelah infeksi perut (viral gastroenteritis). Hal ini dapat berlangsung selama sekitar empat minggu sebelum usus pulih dan mulai memecah laktosa lagi.
Seperti yang diketahui, jika anak mengalami intoleransi laktosa dikarenakan tubuh membuat enzim laktase terlalu sedikit. Padahal, enzim ini memiliki fungsi untuk memecah laktosa menjadi dua gula yang lebih kecil, yaitu glukosa dan galaktosa.
Ketika laktase tidak cukup dalam tubuh, maka laktosa tidak dipecah dalam usus kecil. Laktosa akan masuk ke dalam usus besar dimana bakteri mengubahnya menjadi gas dan asam. Kondisi ini yang bisa menimbulkan gejala intoleransi laktosa pada bayi. Ada beberapa faktor yang memicu anak mengalami intoleransi laktosa, seperti kelahiran prematur, usia, hingga adanya riwayat penyakit tertentu.
Cara mudah mencegah intoleransi laktosa adalah dengan mengurangi makanan dan minuman yang mengandung laktosa setelah dilakukan tes diagnosis intoleransi laktosa. Perhatikan komposisi makanan dan minuman sebelum dikonsumsi, antara lain:
Intoleransi laktosa dapat dicegah dengan perubahan pola makan, suplemen enzim laktase, koreksi kondisi yang mendasarinya di usus halus, ataupun mungkin dengan adaptasi terhadap peningkatan jumlah susu.
Untuk mengganti produk olahan susu seperti susu sapi dan susu kambing, Ibu dan anak bisa memilih susu yang terbuat dari kedelai, gandum, atau almond. Selain itu, pilihan yogurt dapat diganti dengan yogurt berbahan dasar kedelai atau kelapa, beberapa jenis keju, dan makanan lain yang bertanda bebas laktosa. Hubungi dokter anak untuk berkonsultasi jika Ibu khawatir anak memiliki intoleransi laktosa.