Kehamilan dapat terjadi, dimulai dari sel telur yang telah dibuahi. Ketika prosesnya normal, janin akan menempel di dinding rahim serta berkembang selama sembilan bulan. Tetapi, terdapat 2 persen sel telur yang sudah dibuahi menempel di organ selain rahim, sehingga disebut dengan kehamilan ektopik. Tuba falopi adalah organ yang amat sering ditempeli sel telur tersebut. Sedangkan organ lain yang mungkin menjadi lokasi berkembangnya kehamilan tersebut, meliputi rongga perut, ovarium, dan leher rahim atau serviks.
Baca Juga: Mengatasi Gangguan Kehamilan Nyeri Punggung saat Hamil
Salah satu alasan mengapa terjadi kehamilan ektopik, yaitu adanya kerusakan tuba falopi, misalnya karena inflamasi. Kerusakan ini bisa menghalangi sel telur yang dibuahi untuk masuk ke rahim, sehingga akhirnya menempel pada tuba falopi itu sendiri atau organ lain. Selain itu, kadar hormon yang perkembangan abnormal ketika wanita sedang mengandung, terkadang juga bisa sebagai pemicu.
Penyebab pasti dari kehamilan ektopik memang terkadang sulit diketahui. Tetapi ada beberapa faktor risiko yang diduga bisa memicu kondisi ini. Faktor-faktor tersebut berhubungan dengan:
Pada awalnya, kehamilan ektopik cenderung tidak memiliki gejala atau tanda yang mirip dengan kehamilan biasa. Hal itu terjadi sebelum akhirnya muncul gejala lain yang mengindikasikan kehamilan ektopik. Di antaranya yaitu:
Ibu, ketahui juga masalah kehamilan lainnya, yaitu hamil kosong. Hamil kosong adalah adalah kondisi di mana kantung kehamilan terbentuk tetapi tidak ada perkembangan janin di dalamnya. Pelajari selengkapnya di sini: Hamil Kosong: Penyebab, Tanda, dan Diagnosis.
Selain menanyakan kesehatan secara umum, dokter kandungan akan melakukan pemeriksaan fisik pada rongga panggul. Tapi, kehamilan ektopik tidak dapat dipastikan hanya dengan melalui pemeriksaan fisik. Dokter juga membutuhkan USG atau tes darah.
Metode USG yang sangat akurat untuk mendeteksi kehamilan seperti itu adalah USG transvaginal. Prosedur ini dapat mengonfirmasi lokasi kehamilan sekaligus detak jantung janin.
Sel telur yang sudah dibuahi tidak akan bisa tumbuh secara normal jika tidak di dalam rahim. Oleh sebab itu, jaringan ektopik harus diangkat demi menghindari komplikasi yang bisa berakibat fatal. Inilah beberapa penanganan yang bisa Ibu lakukan:
Untuk informasi selengkapnya mengenai penyumbatan tuba falopi, baca di sini: Cara Mengatasi Tuba Falopi Tersumbat.
Diagnosis dan tes yang tepat pastinya sangat membantu. Diperkirakan lebih dari 80 persen wanita yang didiagnosis yang mengalami kehamilan tersebut, dapat pulih dengan terapi obat. Selain itu, prosedur laparoskopi juga bisa bisa dilakukan tanpa pengangkatan tuba falopi.
Baca Juga: Seluk Beluk Seputar Bayi Prematur
Diagnosis yang tidak tepat maupun penanganan yang terlambat untuk kehamilan ektopik, akan memicu pendarahan hebat. Bahkan, terjadi kematian akibat sobeknya tuba falopi atau rahim. Jika mengalami komplikasi ini, pasien perlu menjalani operasi darurat melalui bedah terbuka. Tuba falopi kemungkinan bisa diperbaiki, tapi umumnya harus diangkat.
Kehamilan ektopik tidak dapat dicegah sepenuhnya. Tetapi Ibu bisa menurunkan kemungkinannya dengan mengurangi atau menghindari suatu faktor risiko tertentu. Seperti, melakukan pemeriksaan dengan tes darah dan juga USG sebagai pendeteksian awal atau sebuah pantauan pada perkembangan kehamilan, khususnya wanita yang pernah merasakan kehamilan tersebut.