Tahukkah Bu? Banyak anak yang mengalami speech delay atau keterlambatan bicara pada anak. Ada sejumlah treatment ataupun asupan vitamin untuk anak terlambat bicara untuk membantunya, namun bersikap sigap di awal lebih baik untuk memastikan perkembangan bahasa anak berkembang dengan baik.
Umur berapa anak bisa bicara dengan jelas? Sebenarnya tidak ada tolak ukur pasti kapan anak bisa bicara. Akan tetapi, ada beberapa hal yang wajib Ibu perhatikan untuk memastikan anak Ibu berkembang sesuai dengan tahapan semestinya. Simak perkembangan bahasa bayi dan umur berapa ya anak bisa bicara? Yuk, simak di bawah ini.
Tidak ada patokan pasti umur berapa anak bisa bicara. Namun, ada tahapan proses belajar bicara anak yang perlu Ibu ketahui. Saat masih bayi usia 2-3 bulan biasanya bayi akan mulai mengeluarkan sedikit suara bernada.
Memasuki usia 4 bulan bayi akan memiliki celotehan khas di mana kata-kata pertama umumnya mengandung huruf b, m, dan p karena ketiganya merupakan huruf yang paling mudah diucapkan.
Memasuki usia 6-7 bulan, bayi mulai memiliki keahlian menggunakan bibir dan lidahnya secara bersamaan dan ini menjadi awal mula anak bisa bicara kata sederhana seperti mama dan papa tapi tidak terlalu jelas. Pada umumnya anak akan mulai bicara di usia 6-12 bulan mengeluarkan kata-kata yang terdengar acak dan tidak bermakna.
Sementara untuk bisa merangkai 2-4 kata, biasanya berlangsung di usia 18 bulan hingga 2 tahun dan anak mulai belajar menjelaskan hal-hal yang dilihat, dirasakan, dipikirkan, atau yang diinginkannya.
Faktanya, gambaran kondisi pada umumnya tersebut tidak selalu berjalan demikian. Ibu tidak perlu terlalu cemas karena tiap anak mempunyai perkembangan berbeda. Namun, jika bayi 16 bulan belum bisa bicara Ibu memang patut waspada.
Baca juga: Penting Buat Ibu! Ketahui Tanda-Tanda Bayi yang Cerdas
Bagaimana cara melatih anak berbicara? Sebelumnya perlu diketahui bahwa bayi cenderung menyerap apa saja yang ada di sekitarnya. Bayi akan mendengar dan belajar dari interaksi yang Ibu lakukan dengan mereka ataupun orang lain. Saat ibu mendapati anak mengucap kata “bababa” dan terdengar nada suara sedikit dinaikkan di bagian ujung hal ini sebenarnya menunjukkan anak mulai belajar menggunakan nada seperti Ibu saat bicara.
Jika Ibu juga mendapati anak berdiam sejenak sesudah berbicara menggunakan bahasa bayinya, maka sebenarnya anak sedang menanti respon dari Ibu dan sedang berlatih komunikasi dua arah. Di sinilah peranan Ibu secara aktif dapat membantu proses belajar bicara pada anak.
Umur berapa bayi laki-laki mulai bicara? Usia balita adalah usia emas pertumbuhan dan perkembangan anak. Adapun selaku orang tua, Ibu bisa mulai melatih anak berbicara sejak dini. Berikut ini beberapa cara yang bisa Ibu lakukan untuk melatih anak bicara, diantaranya:
Ketika masih bayi dan belum bisa berbicara, anak akan menggunakan gerakan tertentu untuk menyampaikan keinginannya. Anak mengangkat tangan mengisyaratkan ingin digendong, anak mendorong piringnya maksudnya sudah kenyang, atau lainnya.
Saat mendapati anak berusaha berkomunikasi seperti ini sebaiknya Ibu memberi tanggapan baik, mulai dari melakukan kontak mata dan merespon sesuai keinginan anak sembari tersenyum. Respon seperti ini ampuh menambah keinginan anak untuk sering berkomunikasi dan berlatih bicara.
Ketika anak menyebutkan kata susu tapi hanya mengucapkan satu suku kata, maka Ibu bisa membangun percakapan dengan anak sambil mengucapkan kata yang benar. Ibu bisa memberi tanggapan seperti “iya ini susu” atau “adek mau susu?” atau lainnya.
Di saat awal anak mulai bisa berbicara, mungkin Ibu akan mendengar celotehan bahasa bayi yang tidak mudah dimengerti. Pada tahap ini, jadilah pendengar yang baik untuk anak dan biarkan anak berbicara untuk membangun komunikasi seperlu menghindari keterlambatan bicara pada anak.
Memberikan senyuman dan tanggapan seperti pujian atau bertepuk tangan ketika anak Ibu berceloteh adalah cara terbaik merangsang perkembangan bahasa anak. Anak Ibu akan belajar mengenai dampak dari setiap ucapannya dengan melihat reaksi Ibu atau orang di sekitarnya.
Saat anak melakukan gerakan menginginkan sesuatu, misal menunjuk pada benda tertentu Ibu bisa menunjuk benda tersebut sambil mendeskripsikannya untuk membangun komunikasi. Misal anak menunjuk sofa, Ibu bisa menunjuk sofa tersebut sambil berkata “adek mau duduk di sofa? Duduk di sofa enak, karena sofa empuk.”
Ibu juga bisa menceritakan hal-hal kecil yang sedang dilakukan bersama anak. Misalnya saat memandikan anak Ibu mengatakan “ini air, air untuk mandi, Ibu siram badan adek pakai air dulu ya” atau lainnya.
Membacakan buku untuk anak dapat menambah kosakata baru dan menghindari keterlambatan bicara pada anak. Cerita membantu merangkai kata dalam satu kalimat yang mudah dan membantu anak belajar alur ceritanya. Membacakan buku cerita yang sama berulang kali juga efektif mempelajari beragam kata dan memperkuat ingatannya.
Saat masih bayi, anak akan senang dengan suara-suara yang Ibu buat untuk bercerita. Di usia batita anak akan menikmati gambar-gambar pada buku. Menjelang balita anak akan mulai menceritakan buku yang selama ini Ibu bacakan.
Baca juga: 14 Cara Melatih Kemampuan Sosial pada Anak Usia Dini
Seorang anak yang berbicara lebih lambat dibanding anak seusianya belum tentu memiliki gangguan bicara. Akan tetapi, untuk anak 4-5 tahun belum bisa bicara besar kemungkinan anak mengalami speech delay. Jangan sampai terlambat karena keterlambatan bicara pada anak sangat berpengaruh pada perkembangan kecerdasan intelektual dan sosial anak.
Sebenarnya gangguan bicara pada anak menunjukkan ciri tertentu. Berikut ciri-ciri anak tidak bisa bicara, antara lain:
Keterlambatan bicara pada anak menjadi penyebab gangguan perkembangan paling sering ditemukan pada anak usia pra sekolah. Jika Ibu mendapati anak dengan ciri gangguan bicara seperti di atas atau anak usia 16 bulan belum bisa mengucapkan kata berarti, maka dianjurkan segera berkonsultasi dengan dokter.
Setelah berkonsultasi dengan dokter, maka pemeriksaan akan dilakukan secara menyeluruh. Hal ini ditujukan untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi seperti adanya gangguan pendengaran, gangguan bahasa spesifik, retardasi mental, autis, anak hiperaktif terlambat bicara, atau lainnya. Jika memang dibutuhkan dokter akan menyarankan terapi bicara dan treatment pendukung lainnya.