Stunting pada Anak: Penyebab, Ciri-ciri dan Cara Mengatasi

Ditulis oleh: Redaksi Klikdokter.com

Stunting pada Anak: Penyebab, Ciri-ciri dan Cara Mengatasi

Anak adalah aset terbesar dalam sebuah keluarga. Begitu banyak pasangan yang mendambakan kelahiran buah hati untuk mewarnai kehidupan mereka. Dan ketika si buah hati lahir, tentunya banyak sekali hal yang diperhatikan, terutama mengenai kesehatan. Apalagi di masa pertumbuhan, dari bayi hingga menuju besar, banyak sekali hal yang harus kita perhatikan mulai dari ASI, gizi, vaksinasi hingga makanan yang nantinya akan kita berikan. Asupan makanan dan hal-hal lain yang masuk ke dalam tubuhnya tentu akan berdampak pada tumbuh kembang si buah hati.

Baca Juga: Permainan-permainan yang Merangsang Motorik Anak

Perkembangan fisik, baik itu berat badan, tinggi badan dan lainnya tentunya menjadi suatu hal yang harus diperhatikan oleh orang tua. Anak yang sehat tentunya akan mengalami kenaikan berat dan pertumbuhan tubuh yang teratur di atas rata-rata, atau minimal sesuai dengan pertumbuhan wajar bayi. Untuk mengetahui hal ini, para orang tua bisa bertanya atau mendiskusikannya dengan dokter anak.

Dalam masa-masa seperti itu, ada beberapa istilah yang sering kita dengar seperti stunting pada anak. Tentunya sebagai orang tua pengenalan akan istilah-istilah seperti itu penting untuk diketahui, agar pengawasan kita terhadap si buah hati menjadi maksimal dan juga kita akan lebih nyaman apabila kita berkomunikasi dengan dokter anak. Nah, bagaimana dan apa saja yang perlu diperhatikan mengenai stunting pada anak akan kita bahas di bawah ini.

Apa itu Stunting?

Stunting adalah kondisi gagal pertumbuhan pada anak (pertumbuhan tubuh dan otak) akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama. Sehingga anak terlihat lebih pendek dari segi fisik dibanding anak seusianya, atau anak mengalami keterlambatan dalam berpikir dari segi otak/akal dibanding anak seusianya. Stunting pada anak ini biasanya disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam makanan yang dikonsumsi anak.

Menurut penelitian, persentase kasus stunting pada anak di Indonesia termasuk tinggi dan melewati ambang batas yang ditetapkan WHO yaitu 20%, sedangkan Indonesia mencapai 29,6%. Secara peringkat dunia, Indonesia masuk ke posisi keempat negara dengan jumlah kasus stunting pada anak terbanyak. Kurang lebih 9 juta balita di Indonesia mengalami stunting.

Penyebab Stunting pada Anak

Sebenarnya banyak faktor yang menjadikan kasus stunting pada anak menjadi tinggi di Indonesia. Hal ini bisa kita bagi ke dalam 2 sisi, dari faktor internal dan eksternal. 

  1. Faktor internal yaitu faktor genetik dan hormonal si bayi. Jadi dalam faktor ini, sejak dari lahir dan berdasarkan keturunan, anak akan membawa gen yang tampak secara fisik berbeda dibanding anak lainnya. 
  2. Sedangkan dalam faktor eksternal, keadaan lingkungan yang mempengaruhi tumbuh kembang bayi. Dan faktor lingkungan ini yang besar pengaruhnya terhadap tumbuh kembang anak.

Faktor lingkungan yang berpengaruh adalah:

  • Faktor gizi ibu selama hamil kurang bergizi. Kekurangan nutrisi seperti PROTEIN selama hamil dapat meningkatkan risiko anak yang dilahirkannya untuk mengalami stunting. Simak penjelasannya pada artikel berikut ini: Fungsi PROTEIN untuk Mencegah Stunting Selama Kehamilan.
  • Faktor tidak cukup protein dan/atau kalori dalam makanan yang dikonsumsi anak
  • Ibu tidak mengerti mengenai kebutuhan gizi yang perlu dipenuhi saat hamil dan setelah melahirkan
  • Kebersihan lingkungan sekitar pada tempat tinggal anak 
  • Pola pemberian makan kepada anak yang tidak teratur 
  • Adanya riwayat infeksi atau penyakit pada anak yang berpengaruh pada pertumbuhan

Periode Stunting pada Anak

Stunting pada anak meskipun berbahaya, namun kita harus bisa mengetahui periode anak bisa mengalami stunting karena kita bisa mempersiapkan pencegahannya. Perlu kita ketahui bahwa dampak stunting pada anak sesungguhnya kerap terjadi karena kurangnya asupan nutrisi pada 1000 hari pertama anak. 

Hitungan 1000 hari adalah ketika anak masih menjadi janin sampai usia 2 tahun. Oleh sebab itu, di masa kandungan sampai anak menginjak usia 2 tahun itu lah periode terbesar apakah anak nantinya akan menderita stunting atau tidak. 

Nah, disinilah peran besar orang tua untuk memberikan perawatan dan perhatian maksimal agar nantinya si bayi tidak lahir dan tumbuh dengan permasalahan stunting.

Ciri-ciri Stunting Pada Anak

Stunting pada anak bisa dilihat dan diketahui apabila timbul beberapa gejala dan ciri-ciri sebagai berikut:

  • Anak berbadan lebih pendek dari anak-anak seusianya.
  • Bisa juga terlihat proporsi tubuh normal, tetapi anak tampak lebih muda/kecil dibanding anak seusianya.
  • Anak mudah sakit
  • Berat badan lebih rendah dibanding anak seusianya.
  • Pertumbuhan tulang anak tertunda.

Dampak Stunting pada Pertumbuhan Anak

Apabila stunting pada anak berlarut-larut dan tidak ditangani dengan baik atau disembuhkan, banyak efek yang akan terjadi di kehidupan si anak, baik di masa sekarang atau yang akan datang. 

Dampak-dampak yang bisa timbul antara lain, selain hambatan perkembangan, anak juga bisa mengalami penurunan fungsi kekebalan tubuh yang membuat anak menjadi gampang sakit. Selain itu, anak juga akan mengalami perkembangan otak yang menjadi tidak maksimal sehingga dikhawatirkan akan mengalami kesulitan menangkap pelajaran di sekolah. 

Sedangkan dampak jangka panjang stunting pada anak yang ditakutkan bahwa pada nantinya anak akan mengalami obesitas, penyakit jantung koroner, osteoporosis dan hipertensi. Menakutkan juga, ya? Ibu dapat mengetahui lebih lengkap dampak stunting pada tumbuh kembang anak di sini: Dampak Stunting pada Tumbuh Kembang Anak

Pencegahan Stunting pada Anak

Untuk pencegahan stunting pada anak, protein memegang peranan penting dalam asupan gizi yang sebaiknya dikonsumsi anak. Anak yang mendapat asupan protein sebanyak 15% dari total asupan protein yang dibutuhkan terbukti memiliki badan yang lebih tinggi dibanding anak yang hanya mendapat asupan protein sebesar 7,5%. Anak usia 6-12 bulan diharuskan mendapatkan asupan protein sebanyak 1,2 gram per kilogram berat badan. Sedangkan anak usia 1-3 tahun sebaiknya mendapat asupan protein sebanyak 1,05 gram per kilogram berat badan.

Nah, apa yang bisa kita lakukan sebagai orang tua untuk mencegah stunting pada anak? Ada beberapa cara yang bisa dilakukan diantaranya:

1. Melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur.
Karena anak adalah harta berharga yang harus kita jaga kesehatannya, maka ketika masih dalam bentuk janin di perut, kita harus senantiasa menjaga kesehatan kehamilan. 

Caranya adalah dengan makan-makanan bergizi seimbang bagi ibu agar bayi di dalam kandungan juga mendapat nutrisi yang diperlukan, serta tidak lupa pula menjaga keadaan psikologis si ibu agar kandungan juga selalu sehat. 

Menjaga dari benturan fisik dan sebagainya dari luar dan perasaan selalu bahagia dari si ibu akan berpengaruh juga terhadap kondisi bayi.

2. Menghindari asap rokok.
Tidak ada keuntungan yang didapat dari asap orang yang merokok. Untuk ibu yang sedang hamil tentunya rokok menjadi larangan besar, baik menjadi perokok aktif maupun pasif.

3. Memenuhi nutrisi yang baik selama masa kehamilan.
Seorang ibu juga harus menjaga nutrisi yang dia makan karena apa yang dimakan menjadi makanan bayinya di dalam perut. Dengan menjaga makanan yang masuk hanya yang baik dan berkualitas, maka asupan bagi bayi juga hanya yang baik dan penting saja.

4. Melakukan kunjungan rutin ke dokter atau pusat kesehatan lainnya untuk memeriksakan kandungan dan janin bayi.
Dengan melakukan kunjungan rutin ke dokter dengan waktu-waktu yang telah ditentukan, maka kondisi kehamilan akan lebih terkontrol dan dokter dapat memberikan saran-saran agar kandungan selalu sehat dan bila ada masalah akan lebih mudah teratasi.

5. Mengikuti program imunisasi/vaksinasi.
Imunisasi dasar sangat penting untuk mencegah timbulnya penyakit-penyakit di kemudian hari. Sebagai orang tua tentunya kita tidak mau kerepotan karena anak kita mudah terkena penyakit, oleh karena itu sangat perlu kita bentengi dengan imunisasi dasar.

6. Memberikan ASI eksklusif dan pemberian MPASI yang mencukupi dan bergizi seimbang.
ASI eksklusif tentunya sudah diketahui banyak manfaatnya untuk perkembangan kesehatan anak, dan pemberian ASI eksklusif disarankan hingga anak berusia 2 tahun. Selain itu, bila bayi telah masuk usia mengunyah makanan, maka harus dipilihkan MPASI yang memiliki kandungan gizi baik yang dibutuhkan oleh bayi dalam perkembangannya.

Itulah beberapa hal yang perlu kita ketahui sebagai orang tua dalam mengenal stunting pada anak. Dengan mengetahuinya, kita bisa mencegah terjadinya stunting dengan cara memberikan perhatian ekstra pada anak dan kandungan kita. Semoga kita dijauhkan dari hal-hal merugikan seperti itu dan anak kita selalu dalam keadaan sehat ya!