Mendidik anak bukanlah hal yang mudah, terutama jika anak sulit untuk diatur atau sering menunjukkan perilaku menantang. Sebagai orang tua, tentu wajar jika merasa kewalahan menghadapi anak yang sulit dikendalikan, tetapi penting untuk memahami bahwa setiap anak memiliki cara unik dalam berekspresi dan beradaptasi dengan lingkungannya.
Beberapa anak mungkin menunjukkan sikap keras kepala atau sulit mendengar instruksi karena sedang dalam tahap eksplorasi, sementara yang lain bisa jadi mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan atau aturan yang baru. Mengetahui penyebab anak susah diatur serta menerapkan strategi yang tepat dalam mendidik mereka dapat membantu menciptakan hubungan yang lebih harmonis dan membangun perilaku positif dalam jangka panjang.
Sebelum mencari cara mengatasi anak yang sulit diatur, penting untuk memahami faktor-faktor yang mungkin menyebabkan anak menunjukkan perilaku tersebut. Beberapa alasan yang dapat menyebabkan anak menjadi sulit dikendalikan antara lain:
Anak yang merasa kurang mendapatkan perhatian dari orang tua atau lingkungannya cenderung mencari perhatian dengan bertindak di luar batas.
Anak-anak belajar dari apa yang mereka lihat. Jika mereka terbiasa melihat lingkungan yang kurang disiplin atau sering menghadapi sikap keras, mereka dapat meniru perilaku tersebut.
Anak-anak sering kali belum mampu mengungkapkan perasaan mereka dengan baik. Saat mereka merasa marah, frustrasi, atau tidak nyaman, mereka mungkin menunjukkan perilaku menantang sebagai bentuk komunikasi.
Anak yang tidak memiliki aturan yang konsisten cenderung merasa kebingungan mengenai batasan yang boleh dan tidak boleh dilakukan.
Anak yang merasa terlalu banyak tuntutan atau harapan tinggi dari orang tua bisa menunjukkan perilaku menentang sebagai bentuk respons terhadap tekanan tersebut.
Agar anak lebih mudah diarahkan, orang tua perlu menetapkan aturan yang jelas dan mudah dipahami. Anak-anak membutuhkan pedoman yang konsisten untuk membantu mereka memahami perilaku yang diharapkan dalam berbagai situasi.
Aturan harus dibuat dengan komunikasi yang baik agar anak memahami mengapa aturan tersebut penting, bukan sekadar merasa dipaksa untuk menaatinya. Misalnya, jika anak sering terlambat tidur, orang tua bisa menjelaskan bahwa tidur yang cukup membantu tubuh tetap sehat dan berenergi untuk bermain serta belajar keesokan harinya.
Selain aturan yang jelas, konsekuensi terhadap perilaku tertentu juga harus diterapkan dengan tegas, tetapi tetap dalam batas yang positif. Jika anak melanggar aturan, berikan konsekuensi yang sesuai tanpa harus menggunakan hukuman fisik.
Konsekuensi dapat berupa pengurangan waktu bermain atau tidak mendapatkan sesuatu yang diinginkan sementara waktu. Namun, pastikan konsekuensi yang diberikan tetap bersifat mendidik dan bukan sebagai bentuk balas dendam atau membuat anak merasa dihukum secara berlebihan.
Memberikan pujian kepada anak atas perilaku baik yang mereka lakukan dapat membantu memperkuat kebiasaan positif. Anak-anak akan lebih termotivasi untuk mengulang perilaku yang baik ketika mereka merasa dihargai dan diakui oleh orang tuanya.
Pujian tidak harus selalu berupa hadiah atau sesuatu yang bersifat materi, tetapi bisa berupa kata-kata positif, pelukan, atau ucapan seperti, "Ibu sangat bangga karena kamu sudah membereskan mainanmu sendiri." Penghargaan kecil seperti ini dapat membuat anak lebih percaya diri dan memahami bahwa perilaku baik membawa dampak yang positif.
Terkadang anak yang sulit diatur menunjukkan perilaku tersebut karena merasa kurang mendapatkan perhatian dari orang tua. Luangkan waktu untuk berinteraksi dengan anak tanpa gangguan dari aktivitas lain seperti pekerjaan atau penggunaan ponsel.
Baca Juga: Memilih Camilan Sehat untuk Anak
Mengajak anak bermain, membaca buku bersama, atau melakukan aktivitas favoritnya dapat membangun hubungan yang lebih erat. Dengan memberikan perhatian yang cukup, anak akan merasa lebih nyaman untuk mendengarkan dan bekerja sama dengan orang tua.
Menggunakan hukuman fisik sebagai cara mendisiplinkan anak bukanlah solusi yang baik. Hukuman fisik hanya akan membuat anak takut dan justru dapat memperburuk perilaku mereka dalam jangka panjang.
Sebagai gantinya, cobalah untuk mendidik anak dengan cara yang lebih lembut dan penuh kasih sayang. Misalnya, ketika anak berbuat salah, beri penjelasan tentang mengapa perilaku tersebut tidak baik dan apa yang seharusnya mereka lakukan. Anak akan lebih mudah belajar jika mereka diberikan pemahaman daripada hanya dihukum tanpa alasan yang jelas.
Mendidik anak membutuhkan kesabaran dan konsistensi. Orang tua perlu memahami bahwa perubahan perilaku anak tidak bisa terjadi dalam semalam. Dibutuhkan pendekatan yang konsisten agar anak memahami pola asuh yang diterapkan oleh orang tua.
Baca Juga: Mengenal Lebih Jauh Vaksinasi Anak
Beberapa hal yang dapat membantu dalam mendidik anak yang sulit diatur antara lain:
Dengan menerapkan cara yang tepat dalam menghadapi anak yang sulit diatur, orang tua dapat membantu anak memahami batasan serta membangun kebiasaan baik sejak dini. Membesarkan anak bukan hanya tentang mengatur mereka agar patuh, tetapi juga membimbing mereka untuk tumbuh menjadi individu yang bertanggung jawab dan memahami nilai-nilai positif dalam kehidupan.