Puting sakit saat menyusui adalah masalah umum yang sering dialami oleh ibu menyusui, namun ada beberapa cara untuk mengatasinya. Misalnya, memperbaiki posisi dan teknik menyusui, menjaga kebersihan serta kelembapan puting, serta menggunakan kompres hangat atau dingin.
Setiap langkah ini bertujuan agar proses menyusui tetap nyaman bagi Ibu dan Buah Hati. Untuk mengetahui cara lebih detail, yuk baca selengkapnya!
Salah satu penyebab utama puting sakit saat menyusui adalah posisi dan teknik yang tidak tepat. Ketika Buah Hati tidak menempel dengan benar pada payudara, tekanan yang berlebihan pada puting dapat terjadi. Hal ini bisa menyebabkan iritasi, luka, atau bahkan lecet pada puting Ibu. Menyusui dengan posisi yang salah juga dapat membuat Buah Hati tidak mendapatkan ASI secara optimal, sehingga proses menyusui menjadi tidak nyaman bagi kedua belah pihak.
Untuk mengatasi hal ini, Ibu dapat memperbaiki posisi dan teknik menyusui agar Buah Hati dapat menempel dengan benar. Pastikan mulut Buah Hati terbuka lebar dan seluruh areola (bagian hitam di sekitar puting) masuk ke dalam mulutnya, bukan hanya puting saja.
Posisi ini akan membantu Buah Hati menyusu dengan lebih baik dan mencegah tekanan berlebih pada puting. Ibu juga bisa mencoba berbagai posisi menyusui seperti posisi cradle, posisi football hold, atau posisi berbaring agar menemukan yang paling nyaman.
Selain itu, pastikan tubuh Buah Hati sejajar dengan tubuh Ibu, kepala tidak miring, dan dagunya menempel pada payudara. Usahakan agar Ibu merasa nyaman saat menyusui, seperti menggunakan bantal menyusui atau sandaran punggung agar posisi tubuh tetap rileks.
Setelah menyusui, puting Ibu membutuhkan waktu untuk beristirahat dan pulih dari gesekan atau tekanan yang terjadi selama proses menyusui. Salah satu cara terbaik untuk membantu puting cepat sembuh adalah dengan membiarkannya terbuka dan kering secara alami.
Menutup puting terlalu cepat setelah menyusui dengan bra atau kain yang lembap bisa membuatnya lebih rentan terhadap iritasi dan infeksi, seperti jamur atau bakteri. Memberikan waktu bagi puting untuk "bernapas" dapat membantu mengurangi rasa sakit dan mempercepat penyembuhan.
Untuk menjaga kebersihan dan kesehatan puting, Ibu bisa menghindari penggunaan bra yang terlalu ketat atau terbuat dari bahan sintetis yang tidak menyerap keringat. Pilih bra menyusui yang lembut dan terbuat dari bahan katun agar kulit bisa bernapas dengan baik. Selain itu, Ibu juga bisa menggunakan breast pad yang bersih dan kering untuk melindungi puting dari gesekan kain, namun pastikan menggantinya secara teratur agar tidak menjadi lembap.
Kompres hangat atau dingin bisa menjadi solusi efektif untuk meredakan puting sakit atau lecet setelah menyusui. Kompres hangat dapat membantu melancarkan aliran darah di sekitar area payudara dan puting, yang dapat mempercepat proses penyembuhan.
Ibu bisa menggunakan kain bersih yang direndam dalam air hangat, lalu letakkan di area puting selama beberapa menit sebelum atau sesudah menyusui. Ini juga membantu melunakkan kulit di sekitar puting, sehingga mengurangi gesekan yang bisa menyebabkan rasa sakit.
Sementara itu, kompres dingin berguna untuk mengurangi peradangan dan rasa nyeri pada puting. Jika Ibu merasa puting sangat perih atau bengkak setelah menyusui, kompres dingin dapat membantu mengurangi pembengkakan.
Gunakan kain bersih yang direndam dalam air dingin atau bungkus es batu dengan kain lembut, lalu tempelkan pada puting selama beberapa menit. Lakukan ini secara bergantian dengan kompres hangat untuk memberikan kenyamanan ekstra.
Itulah beberapa cara mengatasi puting sakit saat menyusui, Bu. Agar proses menyusui berjalan lancar, Ibu juga perlu memastikan produksi ASI tetap mencukupi untuk Buah Hati. Selain menjaga kesehatan puting, memperhatikan asupan nutrisi juga sangat penting. Salah satu cara yang dapat Ibu lakukan adalah dengan mengonsumsi susu khusus untuk ibu menyusui yang membantu melancarkan produksi ASI. Untuk pilihan yang lezat dan bergizi, yuk lihat rekomendasinya di sini: Susu PRENAGEN Almond Soya, Pelancar ASI Ibu Menyusui.
Referensi: