Program bayi tabung dirancang untuk membantu calon ibu yang mengalami kesulitan hamil karena masalah kesuburan. Metode ini melibatkan penggabungan sel telur dan sperma di luar tubuh dalam proses laboratorium. Setelah proses pembuahan, sel telur ditanamkan kembali ke dalam rahim, memungkinkan terjadinya kehamilan. Untuk lebih memahami program ini, mari kita simak penjelasannya berikut ini.
Menurut Mayo Clinic, program bayi tabung melibatkan pengambilan sel telur matang dari ovarium dan pembuahannya dengan sel sperma di laboratorium. Sel telur yang telah dibuahi kemudian ditempatkan di dalam rahim untuk berkembang menjadi janin.
Program ini membantu pasangan suami istri yang mengalami kesulitan dalam pembuahan alami. Banyak pasangan yang sebelumnya berjuang untuk memiliki anak, kini berhasil memiliki keturunan yang sehat melalui proses ini.
Beberapa tipe pasangan mungkin memerlukan program bayi tabung, antara lain mereka yang memiliki masalah berikut:
Masalah kesuburan yang umumnya dapat ditolong oleh program ini antara lain gangguan ovulasi, penyumbatan pada saluran tuba, tumor rahim, endometriosis, atau masalah sperma.
Pada usia ini, sel telur yang tersedia untuk pembuahan alami cenderung lebih sedikit. Dengan program bayi tabung, maka dokter dapat membantu memilih sel telur matang untuk pembuahan.
misalnya keguguran berulang, yang kemungkinan disebabkan oleh sperma atau sel telur yang tidak sehat. Program ini memungkinkan pemilihan sel telur dan sperma yang lebih sehat.
Program ini dapat membantu dengan memilih sel telur dan sperma yang memiliki kromosom baik, sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya masalah genetik pada keturunannya.
Ibu perlu memahami bahwa program ini tidak selalu menjadi pilihan pertama jika Ibu dan Ayah kesulitan memperoleh keturunan. Alternatifnya adalah inseminasi buatan, di mana sperma langsung ditempatkan ke dalam rahim, berbeda dengan program bayi tabung yang mana pembuahan terjadi di luar tubuh. Agar Ibu dapat membedakan proses inseminasi buatan ini, mari simak penjelasan tentangnya di halaman berikut ini: Mengenal Proses Inseminasi Buatan agar Ibu Bisa Hamil
Sebelum memulai program bayi tabung, dokter biasanya mengharuskan Ibu dan Ayah menjalani skrining untuk infeksi HIV dan hepatitis B. Pada Ibu, juga dilakukan USG untuk memeriksa ovarium dan rahim. Ibu juga akan menjalani tes pada beberapa hormon, yaitu hormon FSH, AMH, dan estrogen.
Ayah pun juga menjalani pengujian, yaitu pada spermanya. Sperma Ayah akan dianalisis dari sisi kuantitas, bentuk, dan kualitasnya.
Prosedur bayi tabung umumnya terdiri dari beberapa tahap:
Ibu akan mengonsumsi obat-obatan, termasuk hormon, untuk membantu indung telurnya menghasilkan sel telur yang lebih matang. Dokter akan memantau perkembangan sel telur menggunakan USG transvaginal dan tes darah.
Setelah sel telur matang, dokter akan mengeluarkannya dari ovarium dengan panduan USG. Telur-telur tersebut kemudian disimpan di fasilitas khusus.
Ayah akan diminta memberikan sampel sperma, biasanya melalui masturbasi. Jika hal ini sulit dilakukan, dokter mungkin akan melakukan prosedur medis untuk mengumpulkan sperma.
Sel telur yang telah diambil akan digabungkan dengan sperma. Kombinasi tersebut dapat dilakukan melalui proses inseminasi, yaitu pembuahan sperma dan sel telur di laboratorium dalam jangka waktu tertentu. Namun, jika kualitas sperma Ayah bermasalah, inseminasi ini diganti dengan proses lain berupa injeksi sperma intrasitoplasma, yaitu menyuntikkan sperma sehat langsung ke sel telur.
Setelah pembuahan berhasil, embrio akan mulai tumbuh. Tim medis akan memantau perkembangan embrio dan memilih yang terbaik dan sehat.
Embrio terpilih akan dipindahkan kembali ke rahim ibu dengan menggunakan alat khusus. Dokter akan memantau apakah embrio berhasil menempel pada dinding rahim.
Biasanya dokter akan meresepkan obat hormon tambahan untuk ibu gunakan selama 8-10 hari. Hormon-hormon tersebut mendukung pertumbuhan dan perkembangan embrio di dalam rahim.
Umumnya Ibu dan Ayah yang telah menjalani prosedur bayi tabung dapat kembali beraktivitas normal, namun disarankan untuk menghindari aktivitas yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan panggul.
Beberapa ibu mungkin mengalami efek samping setelah proses ini, seperti kembung, sembelit, kram perut, bahkan keputihan atau pendarahan. Selain itu, payudara mungkin terasa sakit. Namun jika Ibu mengalami demam, nyeri panggul yang parah, atau pendarahan vagina yang banyak, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter untuk memeriksakan adanya masalah pada indung telur Ibu.
Sekitar 12-14 hari setelah transfer embrio, Ibu disarankan untuk mengunjungi rumah sakit atau klinik untuk memastikan kehamilan. Jika dipastikan hamil, dokter akan meresepkan hormon tambahan selama 8-12 minggu untuk membantu menjaga kehamilan.
Menurut data Universitas Airlangga, program bayi tabung memiliki tingkat keberhasilan sebesar 37,7% pada pasangan yang ibunya berusia di bawah 40 tahun. Tingkat keberhasilan dapat bervariasi jika usia Ibu di atas 40 tahun.
Selain itu, kualitas embrio juga berperan penting dalam keberhasilan program. Kompleksitas permasalahan Ibu dan Ayah, seperti masalah sperma, endometriosis, atau gangguan hormonal, dapat menurunkan tingkat keberhasilan. Pengalaman dan keahlian tim medis yang melakukan program ini juga berpengaruh signifikan terhadap keberhasilannya.
Dalam menjalani program ini, keberhasilan akan cenderung lebih tinggi jika Ibu juga melakukan pola makan sehat. Selama mengupayakan kehamilan, sebaiknya Ibu tetap mengonsumsi makanan yang menunjang kesuburan, seperti buah dan sayur. Pelajari lebih lanjut mengenai makanan penambah kesuburan di sini: 10 Makanan Agar Cepat Hamil, Efeknya Luar Biasa!
Referensi: