Ibu mungkin sudah tidak asing dengan istilah air ketuban. Air ketuban adalah cairan berwarna kekuningan yang mengelilingi janin yang ada di dalam kandungan. Seiring bertambahnya usia kehamilan, maka jumlah cairan ini pun semakin banyak. Air ketuban berfungsi sebagai pelindung janin dari benturan, membantu perkembangan paru-paru, dan lain sebagainya. Selengkapnya, baca di sini ya.
Amnion, nama lain dari air ketuban mempunyai komposisi yang terdiri atas berbagai macam zat berbeda. Sebesar 98% kandungannya adalah air, sementara 2% lainya berupa:
Sebagai produk metabolisme janin, air ketuban pada dasarnya memiliki peran utama dalam membantu pertukaran zat-zat antara Ibu dan bayi. Di samping itu, janin juga secara konstan menghisap dan menghembuskan cairan tersebut, sekitar 340 ml per hari, atau kurang dari 500 ml. Janin Ibu memuntahkan kembali kurang lebih setengah dari jumlah itu dan sisanya dikeluarkan dalam bentuk air seni. Di sisi lain, air ketuban diperbarui seluruhnya setiap tiga hari, jadi bukan merupakan kesatuan cairan yang sama sepanjang kehamilan.
Air ketuban berfungsi sebagai penghalang fisik yang mampu melindungi si janin seperti semacam bantalan terhadap trauma, kecelakaan, dan lain sebagainya.
Selain itu, air ketuban merupakan bagian sistem imun seorang bayi, sebab air ketuban mengandung berbagai bahan kimiawi imun yang memerangi berbagai jenis virus dan bakteri merugikan.
Fakta lain yang tidak kalah menarik, cairan ketuban melapisi kedua sisi membran timpani pada telinga bayi, sehingga getaran bunyi bisa masuk dari telinga luar menuju telinga dalam.
Para bayi juga membutuhkan air ketuban untuk perkembangan paru-paru mereka. Paru-paru seorang bayi yang baru lahir serupa dengan pembungkus plastik yang kusut. Pada saat janin menghisap air ketuban, ia merangsang produksi sejumlah jaringan paru-paru untuk berkembang. Akan tetapi, apabila terlalu banyak insulin pada bayi misalnya dalam kasus tertentu seperti diabetes selama hamil, bisa menghambat produksi zat surfaktan. Insulin tinggi bisa memperlambat perkembangan paru-paru dan menimbulkan stres pada bayi yang baru lahir.
Fungsi air ketuban bagi janin salah satunya yaitu untuk belajar menyeimbangkan dirinya dalam ruang selama terendam di dalamnya.
Warna air ketuban umumnya bening atau kekuningan, tetapi dapat menjadi hijau atau cokelat jika tercampur dengan feses janin (mekonium), yang bisa menunjukkan stres atau hipoksia pada janin dalam kandungan.
Normalnya, bayi akan membuang feses pertama kali setelah lahir. Jika bayi menghirup campuran mekonium dan air ketuban saat persalinan, ini dapat menyebabkan sindrom aspirasi mekonium yang mempengaruhi pernapasan bayi.
Volume air ketuban meningkat seiring dengan perkembangan kehamilan. Pada usia kehamilan 34 minggu, volume air ketuban dapat mencapai puncaknya sekitar 800 ml, namun akan menurun hingga sekitar 600 ml menjelang waktu persalinan atau pada usia kehamilan 40 minggu.
Pada saat persalinan mendekat, kantung ketuban biasanya pecah secara alami, memungkinkan cairan ketuban keluar melalui leher rahim dan vagina karena robekan pada kantong ketuban. Namun, dalam beberapa kasus, kantung ketuban mungkin perlu dipecah menggunakan teknik amniotomi jika tidak pecah secara alami meski sudah waktunya persalinan.
Mungkin Ibu sudah mengetahui air ketuban yang pecah sebagai penanda bahwa bayi atau janin akan lahir. Tetapi bagaimana jika air ketuban pecah dini sebelum waktunya atau disebut juga dengan premature rupture of membranes? Sebagai langkah siaga, berikut beberapa tips yang bisa Ibu lakukan untuk mengatasinya.
Fungsi air ketuban sangat banyak dan penting bagi kandungan. Jagalah kesehatan diri Ibu agar masa kehamilan berjalan lancar hingga tiba saatnya melahirkan. Ibu juga harus mempersiapkan persalinan dengan baik, ikuti tips berikut ini: Memahami Pentingnya Persiapan Melahirkan untuk Ibu.
Referensi: