Mengenal Air Ketuban dan Perannya dalam Kehamilan

Ditulis oleh: Redaksi Klikdokter.com

Mengenal Air Ketuban dan Perannya dalam Kehamilan

Air ketuban adalah cairan yang melindungi dan mendukung pertumbuhan janin selama kehamilan. Cairan ini berada di dalam kantung ketuban yang terbentuk segera setelah sel telur yang telah dibuahi melekat pada dinding rahim. Keberadaannya sangat penting karena memiliki banyak fungsi dalam menjaga kesehatan bayi hingga saat persalinan tiba.

Meskipun sering dianggap sebagai sesuatu yang hanya berperan dalam melindungi janin, air ketuban sebenarnya memiliki lebih banyak manfaat, termasuk mendukung perkembangan organ tubuh bayi, melindungi dari infeksi, serta memberikan ruang bagi janin untuk bergerak dengan bebas di dalam rahim.

Seiring bertambahnya usia kehamilan, volume air ketuban akan meningkat hingga mencapai puncaknya pada trimester ketiga sebelum berangsur-angsur berkurang menjelang persalinan. Jika jumlahnya terlalu sedikit atau terlalu banyak, kondisi ini dapat memengaruhi kesehatan janin dan ibu hamil.

Apa Itu Air Ketuban?

Air ketuban adalah cairan bening kekuningan yang mengelilingi janin di dalam rahim selama kehamilan. Cairan ini terdiri dari sekitar 98% air, sementara sisanya adalah zat-zat penting yang menunjang perkembangan bayi, seperti elektrolit, protein, hormon, enzim, dan sel-sel yang berasal dari janin.

Air ketuban mulai terbentuk sejak minggu-minggu awal kehamilan, yaitu ketika kantung ketuban sudah terbentuk. Pada trimester pertama, air ketuban sebagian besar berasal dari plasma darah ibu yang meresap melalui membran janin. Namun, setelah janin mulai berkembang dan sistem tubuhnya mulai bekerja, air ketuban juga mengandung cairan yang dihasilkan oleh paru-paru serta urine janin.

Komposisi air ketuban terus berubah seiring bertambahnya usia kehamilan. Pada trimester kedua dan ketiga, janin mulai menelan cairan ketuban dalam jumlah lebih banyak sebagai bagian dari latihan pernapasan dan pencernaan. Proses ini berkontribusi dalam perkembangan paru-paru serta sistem pencernaan bayi sebelum ia dilahirkan.

Fungsi Air Ketuban dalam Kehamilan

Air ketuban memiliki banyak peran penting dalam memastikan perkembangan janin berlangsung dengan baik. Selain berfungsi sebagai pelindung, cairan ini juga berperan dalam mendukung berbagai sistem tubuh bayi.

Melindungi janin dari benturan dan tekanan eksternal

Di dalam rahim, janin terlindungi dari benturan dan tekanan eksternal berkat keberadaan air ketuban yang berfungsi sebagai bantalan alami. Cairan ini menyerap guncangan yang mungkin terjadi akibat pergerakan ibu, seperti saat berjalan, duduk, atau melakukan aktivitas lainnya. Dengan adanya air ketuban, risiko cedera pada janin akibat tekanan dari luar dapat diminimalkan.

Mendukung perkembangan paru-paru

Janin mulai menghirup dan mengeluarkan air ketuban sejak usia kehamilan 20 minggu sebagai bagian dari proses latihan pernapasan. Cairan ini membantu paru-paru berkembang dengan baik dan mencegahnya mengalami kolaps setelah lahir. Jika jumlah air ketuban terlalu sedikit, perkembangan paru-paru bayi bisa terganggu, sehingga meningkatkan risiko gangguan pernapasan setelah lahir.

Menjaga kestabilan suhu tubuh bayi

Air ketuban membantu menjaga suhu tubuh janin agar tetap stabil di dalam rahim. Cairan ini bertindak sebagai insulator yang melindungi bayi dari perubahan suhu eksternal. Dengan adanya air ketuban, janin tetap berada dalam kondisi yang optimal untuk pertumbuhan dan perkembangannya.

Memfasilitasi pergerakan janin

Selama kehamilan, bayi secara aktif bergerak di dalam rahim, seperti menendang, memutar tubuh, dan menggenggam tangannya sendiri. Air ketuban memberikan ruang yang cukup bagi bayi untuk bergerak dengan leluasa, yang penting untuk perkembangan otot dan tulangnya. Jika jumlah air ketuban terlalu sedikit, bayi mungkin mengalami keterbatasan gerakan yang dapat memengaruhi pertumbuhan fisiknya.

Mencegah infeksi pada janin

Air ketuban mengandung antibodi yang membantu melindungi janin dari infeksi bakteri dan virus yang dapat masuk ke dalam rahim. Cairan ini bertindak sebagai pelindung alami yang membantu sistem kekebalan tubuh bayi sebelum ia dilahirkan. Namun, jika kantung ketuban pecah sebelum waktunya, risiko infeksi meningkat karena bakteri dari luar dapat masuk dan menginfeksi janin.

Gangguan yang Berkaitan dengan Air Ketuban

Air ketuban yang jumlahnya terlalu sedikit atau terlalu banyak dapat menyebabkan berbagai komplikasi selama kehamilan. Kondisi ini perlu dideteksi dan ditangani sejak dini untuk menghindari risiko yang lebih besar bagi ibu dan bayi.

Ketuban pecah dini atau premature rupture of membranes (PROM)

Ketuban pecah dini terjadi ketika kantung ketuban pecah sebelum proses persalinan dimulai. Jika terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu, kondisi ini dikenal sebagai preterm premature rupture of membranes (PPROM), yang meningkatkan risiko kelahiran prematur dan infeksi pada janin. Penyebabnya bisa bervariasi, mulai dari infeksi rahim, kehamilan ganda, hingga tekanan berlebih pada kantung ketuban.

Oligohidramnion (kekurangan air ketuban)

Oligohidramnion adalah kondisi di mana jumlah air ketuban lebih sedikit dari yang seharusnya. Hal ini bisa terjadi karena berbagai faktor, seperti kelainan pada plasenta, kebocoran kantung ketuban, atau gangguan ginjal pada janin. Jika tidak ditangani, kondisi ini dapat memengaruhi perkembangan paru-paru dan sistem pencernaan bayi serta meningkatkan risiko komplikasi saat persalinan.

Polihidramnion (kelebihan air ketuban)

Sebaliknya, polihidramnion terjadi ketika volume air ketuban melebihi batas normal. Kondisi ini dapat disebabkan oleh diabetes gestasional, kelainan janin, atau gangguan pada sistem pencernaan bayi yang membuatnya tidak mampu menelan air ketuban dengan baik. Jika tidak ditangani, polihidramnion dapat menyebabkan persalinan prematur atau kesulitan dalam proses melahirkan.

Cara Mengatasi Air Ketuban Pecah Dini

Ketuban yang pecah sebelum waktunya membutuhkan penanganan medis segera untuk mencegah infeksi dan memastikan keselamatan bayi. Jika ibu mengalami kondisi ini, ada beberapa langkah yang perlu dilakukan:

  • Tetap tenang dan hindari aktivitas berat - Menjaga tubuh tetap rileks dan menghindari gerakan berlebih dapat membantu mengurangi tekanan pada janin.
  • Catat waktu pecahnya ketuban - Mengetahui waktu pecahnya ketuban membantu dokter dalam menentukan tindakan yang diperlukan untuk menjaga keselamatan bayi. simak artikel ini: Kondisi Air Ketuban Pecah, Ciri dan Penyebabnya.
  • Segera menuju fasilitas kesehatan - Dokter akan memantau kondisi ibu dan janin serta memberikan perawatan yang sesuai, seperti pemberian antibiotik untuk mencegah infeksi atau tindakan medis lainnya jika diperlukan.

Warna dan Volume Air Ketuban yang Normal

Air ketuban yang sehat biasanya berwarna bening atau sedikit kekuningan. Jika air ketuban berubah warna menjadi hijau atau cokelat, hal ini bisa menjadi tanda adanya feses pertama bayi (mekonium) yang tercampur dalam cairan ketuban, yang dapat meningkatkan risiko gangguan pernapasan setelah lahir.

Volume air ketuban juga bervariasi sesuai usia kehamilan. Pada usia kehamilan 20 minggu, jumlah air ketuban berkisar sekitar 350 ml, kemudian meningkat hingga mencapai 800 ml pada usia kehamilan 34 minggu. Menjelang persalinan, jumlahnya mulai berkurang secara alami.

Jika ibu hamil mengalami kebocoran atau perubahan warna air ketuban yang mencurigakan, segera konsultasikan ke dokter untuk memastikan kondisi janin tetap sehat dan aman. Pemeriksaan rutin selama kehamilan sangat penting untuk mendeteksi masalah yang mungkin terjadi sejak dini.

Fungsi air ketuban sangat banyak dan penting bagi kandungan. Jagalah kesehatan diri Ibu agar masa kehamilan berjalan lancar hingga tiba saatnya melahirkan. Ibu juga harus mempersiapkan persalinan dengan baik, ikuti tips berikut ini: Memahami Pentingnya Persiapan Melahirkan untuk Ibu.

Referensi:

  • Cleveland Clinic. Amniotic Fluid. (Diakses pada 27 Juni 2024). https://my.clevelandclinic.org/health/body/23310-amniotic-fluid.
  • Mount Sinai. Amniotic fluid. (Diakses pada 27 Juni 2024). https://www.mountsinai.org/health-library/special-topic/amniotic-fluid.