Banyak orang yang berpikir bahwa penyakit hepatitis hanya menyerang orang dewasa saja, sedangkan bayi dan anak tidak berpotensi terserang. Padahal, hepatitis pada bayi juga mungkin terjadi lho, Bu. Bahkan bayi yang terserang hepatitis dapat menularkan virus ke orang dewasa yang belum divaksin. Hepatitis pada bayi dapat terjadi terutama pada bayi yang tinggal di daerah rentan dengan sanitasi rendah.
Menurut laman Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), terdapat kasus baru infeksi hepatitis A per tahun yang menyerang bayi dan anak-anak. Sedangkan hepatitis B umumnya terjadi karena ditularkan oleh ibu yang menderita hepatitis B pada saat melahirkan.
Baca Juga: Ketahui Lebih Jauh Tentang Imunisasi untuk Si Kecil
Langkah terbaik untuk mencegah hepatitis pada bayi adalah dengan memberikan vaksin hepatitis, baik A maupun B. Pemberian vaksin perlu dilakukan tepat waktu agar mencegah terjadinya penularan penyakit.
Hepatitis pada bayi merupakan infeksi hati yang menyerang bayi dan anak-anak. Ada dua jenis hepatitis yang dapat terjadi, yaitu hepatitis A dan hepatitis B.
Hepatitis A merupakan infeksi menular pada hati yang disebabkan oleh virus hepatitis A. Hepatitis disebut juga peradangan hati. Penyakit Hepatitis A tergolong penyakit akut yang jarang mengalami proses berkelanjutan. Umumnya, virus dapat dikeluarkan dengan sempurna oleh respons imun pada tubuh bayi.
Namun pada anak yang lebih besar, infeksi ini dapat berkembang menjadi hepatitis fulminan yang membuat anak menjadi kuning, kejang, bahkan tidak sadar.
Hepatitis B merupakan infeksi hati yang disebabkan oleh virus HBV, infeksi ini sangat menular. Virus hepatitis B dapat ditularkan dari satu orang ke orang lainnya melalui darah, air mani, serta cairan tubuh yang terkontaminasi virus.
Virus hepatitis A dapat ditularkan melalui tinja. Virus ini dapat menyebar ketika:
Sifat dari virus hepatitis A adalah sangat mudah menyebar, meskipun sudah mencuci tangan. Oleh karena itu, cara mencegah hepatitis A pada bayi yang paling tepat adalah dengan pemberian vaksin.
Sedangkan virus hepatitis B dapat menular pada bayi saat lahir. Biasanya penyakit ini ditularkan oleh ibu pada bayi yang terkena paparan darah serta cairan vagina ibu saat proses persalinan. Penularan ini dapat terjadi pada persalinan normal maupun caesar.
Resiko penularan infeksi virus hepatitis B meningkat pada bayi prematur, bayi dengan berat lahir rendah, serta bayi yang lahir dengan kelainan anatomi dan fungsi tubuh. Oleh karena itu, bayi harus diberikan vaksin hepatitis B sesegera mungkin agar kasusnya tidak berlanjut menjadi kronis. Selain itu, bayi yang tidak divaksin hepatitis B juga dapat menularkan virus pada orang dewasa.
Hepatitis pada bayi menimbulkan gejala-gejala sebagai berikut:
Namun pada kasus yang belum parah, hepatitis pada bayi kerap tidak menimbulkan gejala. Inilah yang membuat orang tua sulit mengetahui apakah si kecil menderita hepatitis atau tidak.
Baca Juga: Cegah Polio Pada Anak Sekarang Juga!
Meskipun gejala virus tersebut tidak terlihat, namun bayi tetap dapat menularkan virus kepada orang lain, terutama jika orang tersebut belum divaksin.
Cara paling tepat untuk mencegah hepatitis pada bayi adalah dengan memberikan vaksin. Tujuan dari pemberian vaksin hepatitis pada bayi antara lain:
Selain itu, upaya untuk mencegah hepatitis pada bayi dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
Untuk mencegah hepatitis pada bayi, perlu diberikan vaksin hepatitis baik A maupun B. Untuk hepatitis A, bayi membutuhkan 2 dosis vaksin hepatitis A untuk memberikan perlindungan jangka panjang. 2 dosis tersebut meliputi:
Vaksin hepatitis A tergolong sangat aman dan efektif dalam mencegah infeksi hepatitis A. Meskipun demikian, vaksin ini tetap memiliki efek samping setelah pemberian. Efek samping ini tergolong ringan dan bertahan hanya dalam waktu 1 hingga 2 hari saja, seperti:
Sedangkan vaksin hepatitis B diberikan langsung setelah bayi lahir. Vaksin ini direkomendasikan untuk semua bayi yang baru lahir, apapun kondisinya. Jika ibu positif hepatitis, maka bayi akan diberikan amunisi tambahan berupa immunoglobulin HBIG dalam waktu 12 jam pertama setelah kelahiran.
Jika vaksin tidak dapat diberikan setelah bayi lahir, maka vaksin harus diberikan dalam jangka waktu 2 bulan setelah kelahiran. Dosis kedua diberikan pada bayi berusia 6 bulan dan dosis terakhir diberikan pada anak usia pra sekolah, yaitu umur 3 tahun. Vaksin ini dapat memberikan perlindungan terhadap infeksi hepatitis seumur hidup. Mari lihat jadwal imunisasi bayi selengkapnya di sini: Jadwal Imunisasi Dasar Lengkap untuk Bayi.
Jika sudah terjawab mengenai kemungkinan bayi terkena hepatitis A dan B, maka pertanyaan selanjutnya adalah mungkinkah bayi terkena hepatitis C? Hepatitis C merupakan jenis penyakit hati paling kronis yang dapat menimbulkan kerusakan hati. Virus hepatitis C tidak bergejala sampai ditemukan adanya kerusakan hati pada seseorang.
Virus ini ditularkan melalui kontak langsung dengan darah atau cairan penderita hepatitis C. Pada orang dewasa, penularan umumnya terjadi akibat penggunaan obat intravena. Virus ini juga dapat menular akibat kontak seksual dengan penderita.
Baca Juga: Bayi Cegukan? Inilah Penyebabnya dan Cara Mengobatinya
Sedangkan pada bayi, kemungkinan terkena hepatitis C masih tetap ada walaupun kecil. Umumnya, bayi yang terkena hepatitis tertular dari ibu yang terinfeksi. Namun penyakit ini cukup sulit didiagnosa karena tidak bergejala. Vaksin dari penyakit ini juga belum ditemukan.
Itulah beberapa fakta mengenai hepatitis pada bayi yang perlu Ibu tahu. Pastikan si kecil sudah mendapatkan vaksin hepatitis di awal kelahirannya untuk mencegah terjadinya infeksi ya, Bu!
Selain harus berhati-hati terkait hepatitis, penting juga untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit thalasemia pada bayi. Thalasemia merupakan kelainan darah genetik yang memerlukan perawatan khusus dan pemantauan medis yang rutin untuk menjaga kesehatan bayi. Ibu dapat mempelajari lebih dulu tentang ciri-ciri thalasemia dan penyebabnya di sini: Ciri-ciri Thalasemia dan Cara Pencegahannya.