Setelah melahirkan, kebahagiaan menyambut bayi seringkali disertai dengan berbagai perubahan emosi yang tidak terduga. Tidak sedikit Ibu baru yang merasakan baby blues, yang umumnya mereda dalam 2 minggu setelah persalinan. Namun jika perasaan negatif ini masih berlanjut, kemungkinan Ibu mengalami depresi postpartum.
Kondisi ini dapat mengganggu kesehatan mental dan fisik Ibu, bahkan mengganggu hubungan dengan bayi dan keluarga. Maka dari itu, memahami kondisi ini merupakan langkah penting agar Ibu segera mendapatkan bantuan dan dukungan yang diperlukan.
Depresi postpartum adalah gangguan mental yang terjadi setelah melahirkan. Gangguan ini ditandai oleh perasaan sedih, kelelahan, dan kecemasan yang menghambat Ibu untuk merawat dirinya sendiri atau bayinya. Tidak seperti baby blues yang bersifat ringan dan sementara, depresi ini seringkali berlangsung lebih lama dan membutuhkan penanganan dokter.
Sebagai perbandingan, baby blues dialami oleh 70-80% Ibu baru, dan biasanya hilang dalam 2 minggu pertama pasca persalinan. Gejalanya meliputi perubahan suasana hati, mudah menangis, cemas, dan kelelahan. Sebaliknya, depresi merupakan situasi yang lebih serius, dengan gejala seperti kehilangan minat, perasaan gagal sebagai Ibu, hingga muncul pikiran menyakiti diri sendiri atau bayinya.
Menurut penelitian yang diterbitkan di Medica Arterian, penyakit depresi ini terjadi pada 13% Ibu yang baru melahirkan di seluruh dunia. Tetapi di negara berkembang seperti Indonesia, kejadiannya dapat mencapai 50-70%. Tingginya angka ini disebabkan berbagai faktor, termasuk tekanan ekonomi, stigma terhadap kesehatan mental, dan kurangnya akses layanan kesehatan.
Gejala awal depresi postpartum dapat bervariasi, dan beberapa di antaranya yang perlu diwaspadai yaitu:
Gejala yang lebih serius, seperti munculnya pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau bayi, membutuhkan perhatian medis sesegera mungkin. Jika Ibu mengalami pikiran seperti ini, segera konsultasikan dengan dokter.
Berbagai faktor risiko memperbesar kemungkinan Ibu untuk mengalami depresi postpartum. Salah satunya adalah persalinan traumatis yang dapat meninggalkan dampak emosional pada Ibu.
Perubahan hormonal setelah melahirkan pun bisa menjadi penyebabnya. Sebab, setelah bayi lahir, kadar hormon estrogen dan progesteron dalam tubuh Ibu menurun tajam dan dapat memicu perubahan suasana hati.
Kurangnya dukungan sosial juga dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit ini. Ibu yang merasa sendirian atau tidak mendapatkan bantuan dari Pasangan atau orang-orang terdekat, cenderung lebih rentan mengalami depresi, karena Ibu kehilangan dukungan emosional yang dibutuhkan.
Jika Ibu pernah mengalami gangguan psikiatri sebelum hamil, seperti menderita depression disorder ataupun anxiety disorder, maka Ibu juga lebih mudah mengalami depresi postpartum. Ini karena kondisi biologis dalam otak Ibu telah memungkinkan Ibu untuk depresi.
Terdapat pula beberapa faktor lainnya yang mempermudah Ibu mengalami depresi ini, seperti tekanan finansial, kurang tidur, usia terlalu muda, atau memiliki bayi dengan gangguan kesehatan. Dengan memahami faktor-faktor ini, sebaiknya Ibu lebih waspada dan segera menghubungi dokter jika mengalami gejala depresi.
Pemulihan mental pasca persalinan membutuhkan kombinasi dukungan emosional, perawatan dokter, dan perubahan gaya hidup. Dukungan ini sangat penting untuk membuat Ibu percaya diri dalam menjalani perannya. Beberapa langkah pemulihan yang dapat dilakukan, yaitu:
Dukungan dari Pasangan dan keluarga memiliki peran besar dalam membantu Ibu mengatasi tantangan emosional setelah melahirkan. Kehadiran Pasangan yang bersedia mendengarkan keluhan Ibu tanpa menghakimi, dapat memberikan rasa nyaman dan mengurangi beban emosional.
Bantuan lain seperti mengganti popok, menidurkan bayi, atau mencuci pompa ASI, meringankan pekerjaan rumah tangga seperti memasak atau membersihkan rumah juga dapat membantu Ibu mendapatkan waktu untuk beristirahat dan fokus pada pemulihan dirinya.
Kehadiran Pasangan secara konsisten untuk menemani atau melakukan aktivitas santai bersama dapat mengurangi rasa kesepian yang sering dialami Ibu yang baru melahirkan. Dengan dukungan yang penuh dari Pasangan, Ibu akan merasa lebih kuat, percaya diri, dan siap menjalani peran barunya dengan lebih baik.
Jika Ibu mengalami gejala depresi yang tidak membaik setelah 2 minggu, segera berkonsultasi dengan dokter. Apabila Ibu didiagnosis mengalami depresi ini, dokter akan memberikan perawatan yang sesuai, misalnya memberikan terapi bicara ataupun terapi kognitif-perilaku, yang sering direkomendasikan untuk membantu Ibu memahami dan mengelola perasaannya.
Terapi kelompok juga dapat menjadi alternatif yang efektif, di mana Ibu dapat berbagi pengalaman dengan orang lain yang menghadapi situasi serupa.
Dalam beberapa kasus, dokter juga dapat meresepkan obat antidepresan yang dipilih berdasarkan keamanannya bagi Ibu menyusui. Tak hanya itu, terapi hormonal juga dapat diberikan untuk menangani gejala yang lebih berat. Metode pemulihan ini, tentu akan disesuaikan dengan kondisi Ibu. Sebelum menjalani pengobatan, sangat dianjurkan untuk berdiskusi dengan dokter terkait manfaat dan efek samping atau risiko yang bisa ditimbulkan.
Menjalani pola hidup sehat merupakan langkah penting dalam proses pemulihan fisik dan mental setelah melahirkan. Salah satu cara yang efektif adalah dengan berolahraga ringan, seperti berjalan kaki, yoga, atau aktivitas fisik lainnya yang dapat merangsang pelepasan endorfin, hormon yang membantu meningkatkan suasana hati. Mulailah dengan durasi pendek, misalnya 10-15 menit per hari, dan sesuaikan secara perlahan sesuai kondisi tubuh.
Istirahat yang cukup juga sangat penting, meskipun sulit bagi Ibu baru. Usahakan untuk tidur saat bayi tidur atau mintalah bantuan pasangan atau keluarga agar Ibu dapat memiliki waktu istirahat yang lebih teratur. Tidur yang cukup membantu mengurangi kelelahan dan meningkatkan fokus, sehingga Ibu lebih siap menjalani aktivitas sehari-hari.
Tak hanya olahraga dan istirahat, pola makan sehat juga berperan penting dalam menjaga keseimbangan fisik dan emosional. Oleh karena itu, pastikan untuk mengonsumsi makanan bergizi seperti sayuran, buah-buahan, protein, biji-bijian, dan lemak sehat. Hindari makanan olahan atau manis secara berlebihan, karena dapat memengaruhi energi dan suasana hati. Persiapkan asupan bernutrisi yang mudah dikonsumsi, sehingga Ibu tidak perlu repot saat merasa lelah.
Salah satunya adalah susu yang diformulasikan khusus untuk Ibu menyusui dan tinggi PROTEIN, seperti PRENAGEN lactamom. Kandungan nutrisinya yang beragam dapat membantu menjaga kesehatan Ibu, sekaligus sebagai ASI booster agar ASI deras dan berkualitas. Tubuh yang sehat dan kebutuhan nutrisi yang terpenuhi dengan baik, Ibu bisa lebih mudah melewati tantangan emosional selama masa menyusui. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang kandungan dan manfaat susu tersebut, baca artikel ini yuk: Kandungan PRENAGEN lactamom, Apa Manfaatnya?
Referensi: