Setiap orang tua pasti punya cara sendiri untuk mendidik anak-anaknya. Namun rupanya mendidik anak tidak semudah membalikkan telapak tangan. Diperlukan pengetahuan psikologi yang baik mengenai perkembangan anak, agar orang tua dapat memberikan perlakuan yang tepat sesuai dengan usia. Pola asuh merupakan aspek yang sangat penting dalam membentuk kepribadian anak. Jika pola didikan orang tua tepat, maka anak akan tumbuh dengan mental dan psikologis yang matang. Namun jika tidak, anak dapat berisiko mengalami gangguan psikologis yang tidak baik bagi tumbuh kembangnya.
Oleh karena itu, Ibu perlu tahu mengenai fase dan tahapan perkembangan psikologi anak agar dapat mengasuh dengan seimbang. Berikut ini tahapan perkembangan psikologi anak mulai dari usia 0 hingga usia 14 tahun yang perlu Ibu ketahui.
Baca juga:Permainan-permainan yang Merangsang Motorik Anak
Sejak pertama kali lahir hingga usia 8 bulan, bayi mengalami perkembangan psikologis yang sangat pesat. Ia berusaha memahami lingkungan sekitarnya dengan memanfaatkan kelima indra yang dimilikinya. Bayi mengumpulkan semua informasi melalui mata, peka terhadap suara-suara di sekitarnya, menyentuh benda, mencium aroma sekitar, bahkan sudah mulai mengenal Ibu dan orang-orang terdekatnya. Namun pada usia ini bayi belum mengenal rasa takut. Ia kerap melempar senyum yang disebut senyum sosial kepada semua orang, termasuk orang yang baru pertama kali ia lihat.
Di fase ini, interaksi sosial bayi mulai terjadi. Ia juga tampak ingin mengeksplorasi lingkungan sekitar dengan kemampuan yang dimilikinya. Ibu dapat mendukung perkembangan psikologisnya dengan menstimulasi dan memberi kesempatan bayi untuk lebih mengenal lingkungan.
Di usianya yang menginjak 8-12 bulan, bayi akan mengalami perkembangan psikologi yang sangat cepat. Ia mulai takut pada ancaman dan cemas ketika berpisah dengan orang terdekat, serta takut dengan orang asing. Bayi di usia ini juga mulai menyenangi keakraban dengan keluarga dan orang di sekitarnya. Umumnya bayi berusia 8-12 bulan juga memiliki sifat egosentris yang sangat besar karena ia belum mampu berempati dengan kepentingan orang lain. Sifat egosentris ini sebaiknya tetap dibiarkan saja, tidak perlu ditepis, karena justru membuat bayi menjadi pribadi yang tidak egois di masa depan.
Ibu sebaiknya mendampingi anak melalui proses ini dengan mendukung bayi. Hindari mengejek rasa takut anak terhadap orang asing karena berdampak buruk bagi psikologisnya. Ibu dapat mengajak anak ke acara keluarga besar atau acara lain yang sekiranya bertemu banyak orang, agar anak mulai terbiasa dengan kehadiran orang baru.
Fase dan tahapan perkembangan psikologi anak selanjutnya terjadi pada usia 12 hingga 24 bulan. Pada usia ini, anak mulai belajar untuk mengenal dan mendefinisikan dirinya sendiri. Ibu dapat menstimulasi perkembangan anak dengan terus mengajaknya bicara dan memberinya kosakata baru. Di usia ini, balita tampak selalu ingin tahu dan mencoba banyak hal. Hindari melarangnya ini itu karena dapat menghambat tumbuh kembangnya. Biarkan ia bereksplorasi dengan lingkungannya dengan bebas dan nyaman, asalkan masih dalam batas aman dan tidak membahayakan.
Meskipun masih mempertahankan sifat egosentrisnya, namun balita usia 2 sampai 5 tahun mulai belajar empati dan memahami aturan sosial. Ia mulai dapat mengembangkan proses berpikir meskipun kerap kurang logis bagi orang dewasa. Jangan heran jika ia menganggap bahwa mobil atau bus bisa sakit seperti dirinya jika kelelahan, serta benda harus dihukum jika melukainya. Pola pikir seperti ini wajar dimiliki oleh anak balita sebagai sebuah perkembangan proses psikologis. Pelan-pelan Ibu dapat mulai memberitahu anak mengenai kondisi yang sebenarnya untuk merubah pola pikirnya. Ibu dapat mengajarkan hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari melalui buku. Anak usia 2-5 tahun sangat suka dibacakan buku oleh orang terdekatnya.
Aktivitas anak di usia 6-8 tahun mulai padat. Ia mulai sibuk belajar, sekolah, hingga bermain dengan teman-teman sebaya. Ibu akan menemukan anak tampak berkelahi dengan teman sebayanya atau bahkan bermain seharian dengan teman dekatnya. Meskipun demikian, tetap pastikan anak selalu cukup istirahat selepas beraktivitas. Anak membutuhkan waktu istirahat untuk menjaga fisik dan kognitifnya agar tetap baik.
Di usia ini, anak mulai bisa diajak berpikir dan menyusun rencana ke depan. Ia juga kerap menanyakan berbagai pertanyaan yang tidak terduga. Pastikan Ibu selalu bijak dalam menjawab setiap pertanyaan yang keluar dari mulut anak. Orang tua juga harus siap jika di usia 6-8 tahun anak mulai memiliki hari yang menyenangkan serta hari yang buruk. Terus dampingi dan dukung anak kondisi apapun ya, Bu!
Tahapan perkembangan psikologi anak usia 9 hingga 11 tahun cukup bervariasi. Ada anak yang masih terlihat seperti anak-anak pada usia ini, namun ada juga anak yang mulai terlihat remaja. Hal ini dipengaruhi oleh usia pubertas yang bervariasi pada setiap anak. Anak yang mulai pubertas akan mengalami perubahan bentuk tubuh, emosi, dan sikap. Di fase ini orang tua perlu berhati-hati dalam berinteraksi dengan anak, usahakan untuk bisa menjadi teman atau sahabat anak agar ia tidak salah melangkah.
Anak usia 9-11 tahun juga mulai bisa berpikir logis layaknya orang dewasa serta menyukai tugas yang nyata. Berikan kepercayaan pada anak untuk mengemban tugas sehari-hari seperti mencuci piring atau membersihkan halaman. Kepercayaan dirinya akan muncul jika dipercaya oleh orang tua. Anak-anak usia ini juga mulai memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap lingkungan, serta ingin berpartisipasi terhadap pekerjaan dan kegiatan orang tua.
Di usia ini, anak benar-benar telah masuk dalam masa pubertas. Kehadiran dan pendampingan orang tua sangat penting dalam masa-masa ini. Di usia remaja, anak menginginkan independensi meskipun terkadang ia juga masih ingin diperhatikan layaknya anak-anak. Ajaklah anak mengobrol banyak tentang pengalaman dan kehidupan di usia ini, karena anak membutuhkan insight yang besar dari orang tuanya.
Baca juga:Memilih Camilan Sehat untuk Anak
Anak juga membutuhkan kepercayaan lebih dari orang tua. Ibu dapat mulai meninggalkan anak selama beberapa jam di rumah atau memberinya kepercayaan untuk menjaga adik. Namun pastikan tanggung jawab yang diberikan pada anak usia 12-14 tahun ini tidak dibebankan dalam waktu yang bersamaan. Jangan lupa selalu dengarkan pendapat dari anak ketika mengobrol ya, Bu!
Itulah beberapa fase dan tahapan perkembangan psikologi anak mulai dari usia 0 hingga 14 tahun. Semoga dapat membantu para orang tua dalam mendidik dan mengasuh anak agar mental dan psikologisnya berkembang sempurna. Untuk memudahkan Ibu dan Ayah, simak tips parenting untuk mendukung perkembangan anak di artikel berikut ini: Parenting pada Anak: Prinsip, dan Tips yang Perlu Diketahui