Setiap pasangan tentunya menginginkan proses kelahiran bayi yang lancar. Namun, terkadang kelahiran dapat terjadi lebih awal dari hari perkiraan. Apabila bayi lahir sebelum usia 37 minggu, bayi tersebut dikatakan terlahir prematur. Kelahiran bayi yang prematur bisa menjadi penyebab utama meninggalnya bayi yang baru lahir di bawah usia 4 minggu serta faktor penyebab kedua setelah pneumonia bagi anak di bawah 5 tahun.
Ibu dengan riwayat penyakit dan kebiasaan tertentu diprediksi mempunyai kecenderungan untuk lebih berisiko melahirkan bayi prematur.
Bayi prematur juga memiliki risiko kesehatan yang lebih tinggi dibandingkan bayi yang lahir tepat waktu. Mereka mungkin mengalami masalah kesehatan jangka panjang seperti gangguan penglihatan dan pendengaran, masalah perkembangan kognitif, dan masalah pernapasan kronis.
Kelahiran prematur bisa disebabkan oleh berbagai faktor yang kerap tidak terprediksi. Berikut ini adalah sejumlah faktor yang dapat menjadi pemicu:
Sebagian besar kasus kelahiran prematur disebabkan oleh berbagai jenis infeksi pada sistem reproduksi dan saluran kemih. Mikroorganisme merugikan mengeluarkan substansi yang dapat melemahkan selaput di sekitar kantung ketuban sehingga pecah lebih dini.
Bakteri tersebut juga dapat menyebabkan peradangan dan infeksi pada rahim, bahkan ketika selaput yang menyelubungi rahim masih utuh. Kondisi inilah yang menyebabkan persalinan dini.
Ibu pengidap penyakit tertentu lebih berisiko mengalami persalinan prematur. Penyakit tersebut misalnya tekanan darah tinggi, diabetes, gangguan ginjal, dan anemia selama masa kehamilan. Di samping itu, masalah pada plasenta seperti plasenta previa atau plasenta abruption juga cenderung memicu kelahiran bayi prematur.
Plasenta previa adalah kondisi plasenta yang tertanam terlalu dekat dengan serviks atau mulut rahim. Kondisi ini akan menyulitkan proses persalinan. Mari cari tahu lebih lanjut tentang penanganan plasenta previa di sini: Ketahui Gejala, Penyebab, dan Penanganan Plasenta Previa.
Sementara plasenta abruption adalah kondisi dimana plasenta mulai memisahkan diri dari dinding rahim sebelum bayi lahir. Keduanya dapat membahayakan nyawa sang Ibu dan bayi.
Ibu dengan struktur serviks yang kurang dari 2,5 cm, atau serviks yang membuka dan menutup tanpa kontraksi juga dapat memicu kelahiran prematur. Kondisi serviks yang tidak normal tersebut dapat terjadi sejak lahir atau akibat dari operasi serviks. Di sisi lain, menjalani operasi di rongga perut selama mengandung seperti akibat radang usus buntu atau batu empedu, juga mampu meningkatkan risiko bayi terlahir secara prematur.
Bagi Ibu yang sebelumnya pernah mengalami persalinan dini, ada baiknya menjalani pemeriksaan dan penanganan terhadap vaginosis bakteri demi mengurangi risiko kelahiran prematur berikutnya.
Menjalankan gaya hidup tidak sehat juga membuat Ibu lebih rentan melahirkan sebelum waktunya, misalnya saja merokok saat hamil, mengonsumsi alkohol maupun obat-obatan terlarang, serta kurang mengonsumsi makanan-makanan bernutrisi.
Mengalami depresi, trauma, kekerasan, atau cedera saat hamil, serta tingkat stres tinggi menyebabkan pelepasan hormon yang mendorong kontraksi dan kelahiran prematur.
Bayi prematur memerlukan perawatan khusus dan intensif setelah lahir. Mereka biasanya dirawat di unit perawatan intensif neonatal (NICU) dimana mereka mendapatkan perawatan medis yang diperlukan. Perawatan ini mungkin termasuk bantuan pernapasan, pemberian nutrisi melalui infus, dan perawatan untuk kondisi medis lain yang mungkin mereka miliki.
Perawatan di rumah juga sangat penting untuk bayi prematur. Orang tua harus memastikan bahwa mereka mendapatkan nutrisi yang cukup, tidur yang cukup, dan perawatan medis yang tepat. Orang tua juga harus memantau perkembangan mereka dengan cermat dan menghadiri semua janji pemeriksaan kesehatan mereka.
Fakta menyedihkan di tahun 2013 silam Indonesia sempat berada dalam urutan ke-5 dari 10 negara dengan jumlah bayi prematur paling banyak di dunia. Jagalah selalu kesehatan tubuh Ibu sebagai cara menjaga kehamilan sebaik mungkin sehingga lahir di saat usia yang sudah matang.
Selain harus memperhatikan risiko bayi prematur, penting juga untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit thalasemia pada bayi. Thalasemia adalah kelainan darah genetik yang memerlukan perawatan khusus. Yuk, pelajari tentang ciri-ciri thalasemia di sini: Ciri-ciri Thalasemia dan Cara Pencegahannya.