konsultasi kehamilan
Dijawab oleh:
dr. N.B.Donny A.M.,SpOGHalo bu, saya dr. Donny, spesialis Obsgyn. Terima kasih atas pertanyaan yang diberikan.
Keputihan atau keluarnya cairan bening saat hamil umumnya merupakan kondisi yang normal. Hal tersebut disebabkan oleh adanya peningkatan kadar hormon estrogen dan aliran darah ke vagina serta aktifnya kelenjar-kelenjar yang ada di leher rahim dan vagina. Cairan tersebut juga mengandung bakteri normal dari vagina dan sel-sel mati dari mulut rahim serta dinding vagina. Keputihan saat hamil ditandai dengan keluarnya cairan jernih atau putih dan tanpa disertai keluhan gatal atau bau. Meskipun demikian, perubahan hormon dan bentuk tubuh membuat ibu hamil lebih cenderung berisiko untuk mengalami infeksi pada daerah kewanitaan. Keputihan tersebut dapat mengalami perubahan warna (putih susu atau kehijauan), konsistensi (menggumpal seperti keju/tahu putih) dan perubahan tingkat keasaman serta dapat disertai keluhan seperti gatal, panas, bau amis/ asam, dan kulit kemerahan pada area kewanitaan dan lipat paha. Kondisi-kondisi tersebut dapat menjadi tanda bahwa telah timbul infeksi (sudah tidak normal).
Pada kondisi keputihan yang normal (telah terjadi infeksi) maka sebaiknya ibu segera memeriksakan diri ke dokter kandungan untuk dilakukan pemeriksaan dalam (inspekulo) demi memastikan diagnosis dan sekaligus membersihkan keputihan yang ibu alami. Bila sudah ditegakkan adanya infeksi maka dokter kandungan akan memberikan obat untuk keputihannya karena keputihan tersebut akan dapat menyebabkan timbulnya kontraksi yang prematur, ketuban pecah dini dan infeksi pada janin.
Beberapa cara yang dapat dilakukan agar keputihan yang normal tidak berubah menjadi keputihan yang tidak normal akibat infeksi, yaitu
- Mengenakan celana dalam dari bahan katun atau bahan lain yang dapat mengurangi kelembapan dan mencegah tumbuhnya bakteri.
- menghindari penggunaan celana yang terlalu ketat.
- Menjaga kebersihan hygiene daerah kewanitaan dengan rajin membasuh kemaluan dari depan ke belakang setelah buang air kecil atau besar untuk mencegah penyebaran bakteri dari anus ke vagina.
- Tidak memiliki kebiasaan menahan buang air kecil.
- Mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung probiotik seperti yoghurt untuk menunjang terbentuknya lingkungan yang mendukung bakteri baik untuk berkembang.
- Menghindari penggunaan cairan pembersih kewanitaan yang mengandung sirih, pewangi atau bahan yang dapat merubah tingkat keasaman normal liang vagina.
Demikian informasi yang dapat saya berikan, semoga bermanfaat. Terima kasih. (Ig @bagusdonny_)