Mengatasi Kondisi Air Ketuban yang Sedikit saat Hamil

Ditulis oleh: Redaksi Klikdokter.com

Mengatasi Kondisi Air Ketuban yang Sedikit saat Hamil

Air ketuban tidak hanya melindungi buah hati dari tekanan luar, tetapi juga mendukung perkembangan organ vital seperti paru-paru dan ginjal. Cairan ini memastikan bayi dapat bergerak bebas di dalam rahim, yang berdampak positif pada pertumbuhan dan kesehatannya. Jumlah air ketuban yang cukup menjadi salah satu faktor utama dalam kehamilan yang sehat.

Namun, hasil USG kadang menunjukkan jumlah air ketuban yang lebih sedikit dari normal, kondisi yang dikenal sebagai oligohidramnion. Masalah ini dapat menghambat pertumbuhan buah hati, meningkatkan risiko komplikasi selama persalinan, atau bahkan membahayakan keselamatan Ibu jika tidak segera ditangani. Pemeriksaan medis secara rutin diperlukan untuk memastikan kondisi ini terdeteksi dan mendapat penanganan tepat.

Tampilan pada USG dari Air Ketuban yang Sedikit

Oligohidramnion, atau kondisi cairan ketuban yang sedikit, sering kali tidak menunjukkan gejala yang jelas. Akan tetapi, beberapa tanda dapat membantu Ibu mengenali masalah ini lebih awal, seperti cairan yang keluar dari vagina, ukuran rahim yang lebih kecil dibandingkan usia kehamilan, gerakan buah hati yang terasa berkurang, atau kenaikan berat badan yang tidak sesuai. Ibu yang pernah mengalami kondisi serupa pada kehamilan sebelumnya juga memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalaminya kembali.

Jika tanda-tanda tersebut terdeteksi, dokter biasanya akan merekomendasikan pemeriksaan ultrasonografi (USG) untuk memastikan kondisi cairan ketuban. USG adalah alat diagnostik utama yang dapat mengukur jumlah cairan ketuban secara kuantitatif menggunakan metode seperti Amniotic Fluid Index (AFI) atau Single Deepest Pocket (SDP). Menurut MSD Manual, AFI dihitung dengan menjumlahkan kedalaman vertikal kantong cairan di empat kuadran rahim, sedangkan SDP hanya mengukur kantong cairan terdalam. Nilai AFI yang ≤ 5 cm atau SDP yang kurang dari 2 cm menunjukkan jumlah air ketuban yang tidak mencukupi.

Pada hasil USG, jumlah cairan ketuban yang rendah tampak melalui visualisasi ruang cairan yang lebih kecil di sekitar janin dibandingkan dengan kondisi normal. Dalam kasus oligohidramnion, dinding rahim dan tubuh janin sering kali terlihat lebih dekat satu sama lain, menciptakan gambaran khas yang menjadi tanda jumlah cairan yang tidak mencukupi. Kondisi ini juga dapat memengaruhi gerakan janin, yang sering kali berkurang dan dapat terkonfirmasi melalui pemeriksaan USG.

Hasil penghitungan AFI atau SDP biasanya dicantumkan pada cetakan gambar USG yang diterima Ibu atau akan dijelaskan langsung oleh dokter yang melakukan pemeriksaan. Informasi ini penting untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang kondisi kehamilan dan membantu dokter menentukan langkah penanganan yang tepat.

Gejala

Meskipun gejalanya tidak selalu terlihat jelas, mengenali tanda-tanda ini sejak dini sangat penting untuk memastikan kesehatan Ibu dan buah hati tetap terjaga. Berikut adalah beberapa tanda-tanda utama yang dapat diperhatikan:

Berat Badan Ibu Tidak Bertambah dengan Semestinya

Berat badan yang tidak bertambah selama kehamilan bisa menjadi indikasi bahwa jumlah air ketuban berkurang. Cairan ketuban yang sedikit dapat mengurangi kemampuan plasenta untuk memberikan nutrisi dan oksigen yang cukup bagi janin. Hal ini berdampak pada pertumbuhan buah hati, yang juga terlihat dari berat badan Ibu yang stagnan selama pemeriksaan rutin.

Pertumbuhan janin yang terhambat akibat kurangnya cairan ketuban tidak hanya memengaruhi berat badan tetapi juga perkembangan organ vital. Untuk itu, penting bagi Ibu untuk selalu memantau berat badan dan melakukan konsultasi rutin dengan dokter kandungan.

Gerakan buah hati yang Terasa Berkurang

Cairan ketuban memberikan ruang gerak yang cukup bagi buah hati di dalam rahim. Ketika jumlah cairan berkurang, ruang tersebut menjadi lebih sempit, sehingga gerakan bayi dapat terasa berkurang. Perubahan ini sering kali menjadi salah satu tanda awal yang dapat dirasakan Ibu.

Gerakan yang berkurang dapat mengindikasikan bahwa kondisi janin terpengaruh oleh kurangnya cairan ketuban. Jika Ibu menyadari adanya perubahan dalam pola gerakan buah hati, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter untuk memastikan kondisi kehamilan tetap aman.

Cairan yang Keluar dari Vagina

Keluarnya cairan dari vagina dapat menandakan adanya kebocoran air ketuban. Cairan ini berfungsi melindungi buah hati dari infeksi dan memberikan lingkungan yang ideal untuk tumbuh kembangnya. Bila cairan ketuban pecah sebelum waktunya, jumlah cairan dapat menurun drastis, meningkatkan risiko infeksi pada rahim dan membahayakan janin.

Kondisi ini membutuhkan penanganan segera. Ibu yang mengalami gejala seperti ini harus segera menghubungi dokter untuk mendapatkan evaluasi lebih lanjut, termasuk pemeriksaan menggunakan USG untuk mengetahui kondisi cairan ketuban.

Penyebab

Memahami penyebabnya dapat membantu Ibu dan dokter mengambil langkah tepat untuk menjaga kesehatan kehamilan.

Kelainan Kongenital pada Janin

Salah satu penyebab utama oligohidramnion adalah kelainan kongenital pada janin, terutama yang memengaruhi ginjal atau saluran kemih. Ginjal janin memiliki peran penting dalam memproduksi cairan ketuban melalui urin. Jika ginjal tidak berkembang dengan baik atau saluran kemih mengalami sumbatan, jumlah cairan ketuban yang dihasilkan akan berkurang secara signifikan.

Kelainan seperti agenesis ginjal, di mana ginjal janin tidak terbentuk, atau obstruksi saluran kemih bawaan, menjadi faktor risiko utama yang mengganggu keseimbangan cairan ketuban. Kondisi ini membutuhkan perhatian medis segera untuk mencegah komplikasi serius pada perkembangan janin.

Ketuban Pecah Sebelum Waktunya

Ketuban pecah sebelum waktunya adalah kondisi lain yang dapat menyebabkan air ketuban berkurang drastis. Kebocoran cairan secara terus-menerus membuat volume air ketuban menurun, sehingga janin kehilangan perlindungan yang optimal di dalam rahim.

Kondisi ini juga memicu infeksi, trauma, atau kelemahan pada membran ketuban. Ibu yang mengalaminya sering kali memerlukan penanganan medis segera untuk mencegah infeksi lebih lanjut dan memastikan kondisi janin tetap stabil.

Kehamilan Lewat Bulan

Kehamilan yang melebihi usia 42 minggu juga dapat memicu penurunan cairan ketuban. Seiring bertambahnya usia kehamilan, fungsi plasenta mulai menurun, sehingga produksi cairan ketuban berkurang. 

Hal ini tidak hanya memengaruhi jumlah cairan ketuban, tetapi juga dapat meningkatkan risiko komplikasi pada janin. Oleh karena itu, dokter biasanya memantau kehamilan yang melewati usia 40 minggu dengan lebih intensif untuk mencegah potensi risiko.

Kondisi Kesehatan Ibu

Kesehatan Ibu juga berperan penting dalam menjaga keseimbangan cairan ketuban. Penyakit seperti preeklampsia, hipertensi kronis, atau diabetes dapat mengurangi aliran darah ke plasenta. Plasenta yang tidak mendapatkan aliran darah optimal tidak mampu memberikan nutrisi dan oksigen yang cukup, sehingga produksi cairan ketuban menurun.

Selain itu, dehidrasi pada Ibu juga berdampak signifikan. Kekurangan cairan tubuh menyebabkan tubuh Ibu tidak mampu menghasilkan cairan ketuban yang mencukupi. Oleh karena itu, menjaga hidrasi selama kehamilan menjadi langkah penting untuk mencegah oligohidramnion.

Kurangnya Asupan Nutrisi

Asupan nutrisi, khususnya PROTEIN, juga berpengaruh pada jumlah cairan ketuban. PROTEIN berperan dalam menjaga tekanan dalam pembuluh darah, yang membantu mempertahankan cairan dalam sirkulasi tubuh. Kekurangan PROTEIN, terutama albumin, dapat menyebabkan cairan bocor ke jaringan tubuh, sehingga mengurangi produksi cairan ketuban.

Makanan kaya PROTEIN seperti telur, daging tanpa lemak, ikan, dan produk nabati seperti tahu atau kacang-kacangan, menjadi pilihan terbaik untuk mendukung kesehatan Ibu dan buah hati selama kehamilan.

Komplikasi

Masalah ini dapat memengaruhi kesehatan dan perkembangan janin, bahkan meningkatkan potensi komplikasi bagi Ibu. Berikut adalah beberapa komplikasi yang perlu diwaspadai:

Hambatan Pertumbuhan Janin

Jumlah air ketuban yang rendah membatasi ruang gerak janin dalam rahim. Gerakan yang terbatas dapat menghambat pertumbuhan fisik maupun perkembangan organ-organ penting. 

Berkurangnya cairan ketuban sering kali menunjukkan adanya gangguan pada fungsi plasenta, sehingga suplai nutrisi dan oksigen ke janin berkurang. Hambatan ini bisa terlihat dari berat badan janin yang tidak sesuai usia kehamilan atau gangguan pertumbuhan secara keseluruhan.

Risiko Cacat Lahir

Tekanan akibat berkurangnya cairan ketuban dapat menyebabkan deformitas atau kelainan pada anggota tubuh janin. Risiko ini semakin tinggi jika oligohidramnion terjadi pada awal kehamilan, saat proses pembentukan organ dan struktur tubuh sedang berlangsung. 

Tanpa ruang gerak yang memadai, janin berisiko mengalami kekakuan atau kelainan bentuk tertentu akibat posisinya yang terjepit di dalam rahim.

Gangguan Perkembangan Paru-paru

Cairan ketuban sangat penting untuk mendukung perkembangan paru-paru janin. Proses menghirup dan mengeluarkan cairan ini membantu jaringan paru-paru tumbuh dengan sempurna. 

Apabila jumlah cairan tidak mencukupi, paru-paru janin berpotensi tidak berkembang secara optimal, sehingga meningkatkan risiko gangguan pernapasan setelah lahir. Risiko ini lebih sering muncul ketika oligohidramnion terjadi pada trimester pertama atau kedua.

Tekanan pada Tali Pusat

Ketika cairan ketuban berkurang, tali pusat dapat terjepit akibat gerakan janin atau kontraksi rahim, terutama pada trimester akhir. Tali pusat yang tertekan akan mengurangi aliran oksigen dan nutrisi ke janin, yang dapat mengancam keselamatannya. 

Dalam situasi seperti ini, dokter biasanya merekomendasikan tindakan darurat, seperti operasi Caesar, untuk menyelamatkan janin.

Infeksi dan Risiko Kematian Janin

Jumlah air ketuban yang sangat rendah sering dikaitkan dengan risiko infeksi, terutama jika terjadi kebocoran ketuban sebelum waktunya. Infeksi pada rahim dapat berdampak serius, meningkatkan risiko persalinan prematur atau bahkan kematian janin. 

Apabila oligohidramnion tidak ditangani dengan baik, janin mungkin tidak mampu bertahan akibat kurangnya oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan.

Mengatasi Kondisi Air Ketuban yang Sedikit

Penurunan jumlah cairan ini memerlukan pendekatan yang tepat untuk melindungi kesehatan Ibu sekaligus memastikan perkembangan buah hati tetap baik. Berikut adalah langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasi kondisi tersebut:

Pemantauan Ketat untuk Keamanan Janin

Jika cairan ketuban terdeteksi sedikit, dokter akan memantau kondisi janin secara berkala untuk memastikan kesejahteraannya. Pemeriksaan USG rutin dilakukan untuk mengevaluasi jumlah cairan ketuban dan memantau gerakan janin. Tes tambahan, seperti profil biofisik atau tes non-stres, juga mungkin diperlukan untuk mengevaluasi respon janin terhadap lingkungan di dalam rahim.

Dalam beberapa kasus, dokter dapat merekomendasikan langkah intervensi seperti pemberian cairan melalui infus intravena jika hidrasi oral tidak cukup meningkatkan volume cairan ketuban. Bila kondisi janin dinilai berisiko tinggi, dokter mungkin mempertimbangkan persalinan lebih awal untuk mencegah komplikasi yang lebih serius.

Pentingnya Menjaga Hidrasi Tubuh

Memenuhi kebutuhan cairan tubuh secara optimal adalah langkah sederhana yang dapat membantu meningkatkan jumlah cairan ketuban. Ibu dianjurkan untuk minum air putih dalam jumlah yang cukup atau 8–10 gelas setiap harinya. Cairan ini membantu menjaga volume cairan dalam tubuh, termasuk cairan ketuban, sehingga mendukung kesehatan janin di dalam rahim.

Selain air putih, susu kehamilan juga dapat menjadi pilihan hidrasi yang bermanfaat. Susu ini tidak hanya membantu menjaga tubuh tetap terhidrasi tetapi juga memberikan nutrisi penting seperti PROTEIN dan kalsium yang mendukung kesehatan Ibu dan pertumbuhan janin. Kandungan PROTEIN dalam susu kehamilan berperan penting dalam menjaga keseimbangan cairan tubuh dan produksi cairan ketuban.

Susu kehamilan yang diformulasikan khusus, seperti PRENAGEN mommy menawarkan nutrisi esensial seperti PROTEIN, kalsium, DHA, dan vitamin penting lainnya. PRENAGEN mommy juga hadir dengan rasa lezat seperti groovy mocha, velvety chocolate, delicious mung bean, french vanilla, dan lovely strawberry yang Ibu sukai. Minum susu ini secara rutin tidak hanya membantu mencukupi kebutuhan hidrasi, tetapi juga memberikan asupan nutrisi tambahan yang esensial untuk kehamilan yang sehat.

Untuk informasi lebih lanjut tentang manfaat susu kehamilan ini, kunjungi: PRENAGEN Mommy, Nutrisi Lengkap untuk Ibu Hamil

Referensi:

  • Cleveland Clinic. Oligohydramnios. Diakses pada 14 Desember 2024. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/22179-oligohydramnios
  • MSD Manual. Oligohydramnios. Diakses pada 14 Desember 2024. https://www.msdmanuals.com/professional/gynecology-and-obstetrics/antenatal-complications/oligohydramnios
  • When Push Comes to Shove. Understanding Oligohydramnios: The Crucial Role of Nutrition and Blood Volume in Pregnancy. 14 Desember 2024. https://whenpushcomestoshove.co.uk/understanding-oligohydramnios-the-crucial-role-of-nutrition-and-blood-volume-in-pregnancy/