Banyak Ibu menyusui merasa ragu atau khawatir saat mempertimbangkan vaksinasi karena memikirkan dampaknya terhadap ASI dan kesehatan buah hati. Padahal, beberapa jenis vaksin aman diberikan selama masa menyusui dan bahkan membantu melindungi Ibu serta bayi dari berbagai penyakit. Melalui transfer antibodi dalam ASI, vaksinasi memberikan perlindungan tambahan yang mendukung sistem kekebalan buah hati.
Berbagai organisasi kesehatan dunia, seperti Centers for Disease Control and Prevention (CDC) dan Advisory Committee on Immunization Practices (ACIP), merekomendasikan vaksin tertentu untuk Ibu menyusui, meliputi hepatitis, HPV, influenza, MMR, cacar air, dan tetanus. Namun, sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter untuk memastikan vaksinasi yang tepat sesuai kondisi kesehatan Ibu dan buah hati.
Hepatitis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dan dapat menimbulkan peradangan pada hati. Terdapat dua jenis hepatitis yang perlu Ibu ketahui, yaitu hepatitis A dan hepatitis B. Hepatitis A biasanya menyebar melalui makanan atau air yang terkontaminasi, terutama di lingkungan dengan sanitasi buruk. Kondisi ini lebih mudah menyerang jika daya tahan tubuh Ibu sedang lemah. Sementara itu, hepatitis B ditularkan melalui hubungan seksual, darah, atau cairan tubuh lainnya.
Untuk mencegah risiko penularan, vaksinasi menjadi langkah yang efektif. Saat ini, tersedia vaksin untuk hepatitis A dan hepatitis B yang telah direkomendasikan oleh berbagai organisasi kesehatan global, termasuk Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Kedua vaksin ini aman diberikan pada Ibu menyusui dan tidak memengaruhi kualitas maupun keamanan ASI bagi buah hati.
Menurut CDC, menyusui justru dapat meningkatkan respons tubuh bayi terhadap antigen dari vaksin hepatitis A dan B. Ini juga membantu mengurangi risiko efek samping vaksinasi pada bayi, seperti demam atau penurunan nafsu makan. Proses menyusui ini sama sekali tidak mengganggu pembentukan antibodi buah hati terhadap vaksin yang diberikan langsung kepadanya. Dengan vaksinasi, Ibu tidak hanya melindungi diri sendiri tetapi juga memberikan perlindungan tambahan kepada buah hati melalui transfer antibodi dalam ASI.
Human papillomavirus (HPV) adalah virus yang dapat menular melalui kontak kulit, terutama saat berhubungan seksual. Infeksi HPV yang tidak diobati dapat meningkatkan risiko kanker serviks atau kanker leher rahim, yang merupakan salah satu jenis kanker paling umum pada wanita, termasuk para Ibu. Menurut WHO, infeksi HPV yang berulang berkontribusi pada 95% kasus kanker serviks. Faktor seperti melahirkan banyak anak, kebiasaan merokok, atau sistem imun yang lemah juga dapat meningkatkan risiko berkembangnya kanker ini.
Proses perubahan dari infeksi HPV menjadi kanker biasanya memakan waktu 15–20 tahun. Namun, pada Ibu dengan kondisi kesehatan tertentu, seperti HIV yang tidak diobati, proses ini dapat berlangsung lebih cepat. Pencegahan infeksi HPV melalui vaksinasi menjadi langkah yang sangat dianjurkan untuk mengurangi risiko terjadinya kanker serviks.
WHO dan American College of Obstetricians and Gynecologists merekomendasikan pemberian vaksin HPV sejak usia dini, yaitu 9-14 tahun, agar tubuh memiliki perlindungan optimal sebelum terpapar virus. Vaksin ini tersedia dalam 1 atau 2 dosis untuk individu dengan sistem imun normal, sementara individu dengan sistem imun yang lemah dianjurkan menerima 2 atau 3 dosis. Dikutip dari Mother to Baby, vaksin HPV tidak mengandung virus hidup, sehingga aman diberikan kepada Ibu yang sedang menyusui.
Selain vaksinasi, pemeriksaan kesehatan secara rutin juga sangat dianjurkan. Pap smear menjadi metode deteksi dini yang efektif untuk mengetahui adanya sel-sel abnormal yang berpotensi menjadi tumor. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan setiap 5-10 tahun mulai usia 30 tahun. Kombinasi antara vaksinasi HPV dan pemeriksaan rutin dapat membantu meminimalkan risiko kanker serviks, sekaligus memastikan Ibu tetap sehat untuk mendampingi pertumbuhan dan perkembangan buah hati.
Influenza adalah infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus influenza dan dapat menyerang hidung, tenggorokan, hingga paru-paru. Penyakit ini tidak menyebar melalui ASI, tetapi melalui tetesan liur atau ingus saat Ibu batuk, bersin, atau berbicara. Ibu menyusui yang terinfeksi influenza berisiko mengalami penurunan produksi ASI dan juga dapat menularkan virus kepada buah hati jika tidak mengambil langkah pencegahan yang tepat.
Meskipun terinfeksi influenza, Ibu tetap disarankan untuk memberikan ASI karena ASI dapat membantu melindungi buah hati dari berbagai penyakit, termasuk flu. Untuk mencegah penyebaran virus, Ibu dianjurkan selalu mencuci tangan dengan sabun dan air hingga bersih sebelum menyusui atau memerah ASI. Jika menggunakan pompa ASI, pastikan peralatan dibersihkan sesuai panduan untuk menjaga kebersihan dan mencegah kontaminasi.
Vaksin influenza menjadi salah satu cara efektif untuk melindungi Ibu dari risiko infeksi. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), vaksin influenza direkomendasikan untuk semua orang berusia 6 bulan ke atas, termasuk Ibu menyusui dan sebaiknya diberikan setiap tahun. Vaksin ini aman bagi Ibu menyusui dan memberikan perlindungan tambahan bagi buah hati. Antibodi yang terbentuk setelah vaksinasi dapat diteruskan kepada bayi melalui ASI, memberikan perlindungan ekstra terutama bagi bayi di bawah usia 6 bulan yang belum boleh menerima vaksin influenza secara langsung.
Mumps, atau gondongan, adalah penyakit yang dapat menyerang Ibu, terutama jika sistem imun sedang lemah. Kondisi ini dapat dipicu oleh berbagai faktor, seperti stres, penyakit kronis, atau kurangnya asupan nutrisi yang mencukupi. Pada Ibu menyusui dengan sistem imun yang lemah, infeksi mumps berisiko menimbulkan komplikasi lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang sehat. Meskipun begitu, sebagian besar kasus mumps tetap dapat sembuh tanpa menyebabkan komplikasi berat.
Dahulu, vaksin mumps hanya dipasarkan untuk anak-anak dan belum menjadi bagian dari program imunisasi rutin untuk orang dewasa. Hal ini menyebabkan banyak Ibu saat ini belum pernah mendapatkan vaksinasi mumps di masa kecil. Akibatnya, risiko infeksi mumps lebih tinggi, terutama ketika Ibu terpapar virus dari lingkungan sekitar atau dari anak-anak yang membawa virus.
Saat ini, vaksin mumps telah digabungkan dengan vaksin untuk measles (campak) dan rubella menjadi satu formulasi yang dikenal sebagai vaksin MMR. Berdasarkan data dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), vaksin MMR diberikan dalam dua dosis, dengan dosis pertama diberikan kepada anak saat berusia 12 hingga 15 bulan, dan dosis kedua pada usia 4 hingga 6 tahun. Imunisasi ini juga tersedia bagi orang dewasa yang belum pernah menerima vaksin MMR sebelumnya, termasuk Ibu menyusui.
Vaksin MMR dinyatakan aman untuk Ibu menyusui dan tidak memberikan dampak serius pada bayi yang disusui. Berdasarkan informasi dari LactMed dan The Breastfeeding Network, meskipun terdapat kemungkinan ekskresi virus rubella yang dilemahkan dalam ASI, virus tersebut tidak menimbulkan infeksi serius pada buah hati. Virus mumps atau measles dari vaksin ini juga tidak ditemukan dalam ASI. CDC turut menegaskan bahwa pemberian vaksin MMR tidak membahayakan bayi yang disusui, sehingga Ibu dapat merasa tenang saat menerima vaksin ini selama masa menyusui.
Cacar air adalah penyakit yang disebabkan oleh virus varicella-zoster dan dapat menyebar melalui kontak langsung atau udara dari penderita yang terinfeksi. Penyakit ini lebih sering ditemukan pada anak-anak, namun tidak jarang terjadi pada orang dewasa, termasuk Ibu yang sedang menyusui. Gejala utamanya meliputi demam, tubuh mudah lelah, dan munculnya ruam merah yang berubah menjadi lepuhan berisi cairan.
Pada masa menyusui, daya tahan tubuh Ibu sering menurun akibat kelelahan atau kurangnya asupan nutrisi yang memadai. Kondisi ini membuat Ibu lebih rentan terhadap infeksi virus, termasuk cacar air. Jika terinfeksi, virus ini dapat menimbulkan risiko tambahan bagi buah hati yang disusui, meskipun tidak langsung ditularkan melalui ASI. Penularan lebih mungkin terjadi melalui kontak langsung dengan lepuhan atau udara dari Ibu yang terinfeksi.
Vaksinasi cacar air menjadi langkah pencegahan yang aman dan efektif untuk melindungi Ibu menyusui. Imunisasi ini mengandung virus varicella-zoster yang telah dilemahkan sehingga mampu merangsang tubuh memproduksi antibodi tanpa menyebabkan penyakit. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) merekomendasikan pemberian dosis pertama segera setelah melahirkan, dengan dosis kedua diberikan 4 hingga 8 minggu setelahnya, biasanya saat kunjungan kontrol pasca-persalinan.
Australian Government menegaskan bahwa vaksin cacar air aman untuk Ibu menyusui. Tidak ada DNA virus varicella-zoster yang ditemukan dalam sampel ASI dari Ibu yang telah menerima vaksin ini. Selain itu, tidak ada efek samping yang dilaporkan pada bayi yang disusui. Vaksin ini tidak memengaruhi kualitas ASI, sehingga Ibu dapat tetap memberikan nutrisi terbaik bagi buah hati sekaligus melindungi diri sendiri dari risiko infeksi.
Tetanus adalah infeksi serius yang disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani. Bakteri ini dapat masuk ke tubuh melalui luka terbuka yang terkontaminasi, seperti akibat menginjak paku berkarat atau terkena benda tajam yang terpapar tanah atau kotoran hewan. Infeksi tetanus dapat memicu kekakuan otot, kejang, hingga komplikasi berat. Bahkan dengan perawatan medis terbaik, angka kematian akibat tetanus masih cukup tinggi, mencapai 10-20%. Kondisi ini menjadikan pencegahan melalui vaksinasi langkah yang sangat disarankan, termasuk bagi Ibu menyusui.
Vaksin tetanus yang dikenal sebagai Tetanus, Diphtheria, dan Pertussis (Tdap) dirancang untuk mencegah bakteri tetanus berkembang biak dan menghasilkan racun yang memicu gejala serius. Vaksin ini bekerja dengan merangsang tubuh memproduksi antibodi yang mampu melindungi dari infeksi tetanus. Karena tidak mengandung bakteri hidup, vaksin Tdap aman diberikan kepada Ibu selama masa kehamilan maupun menyusui, tanpa risiko penularan penyakit melalui vaksinasi.
Manfaat vaksin Tdap bagi Ibu menyusui tidak hanya melindungi diri dari risiko tetanus tetapi juga memberikan perlindungan tambahan bagi buah hati. Berdasarkan informasi dari Drugs.com, antibodi yang dihasilkan tubuh setelah imunisasi dapat ditransfer melalui ASI dalam waktu 1-2 minggu setelah vaksinasi. Antibodi ini membantu melindungi buah hati dari infeksi sebelum ia menerima imunisasi tetanus sendiri. Perlindungan ini dapat bertahan hingga enam bulan, memberikan waktu yang cukup untuk menguatkan sistem imun bayi di masa awal kehidupannya.
Penelitian juga menunjukkan bahwa bayi yang mendapatkan ASI dari Ibu yang telah menerima vaksin Tdap memiliki risiko lebih rendah mengalami efek samping dari imunisasi rutin, seperti demam. Hal ini menambah manfaat imunisasi Tdap sebagai langkah pencegahan yang tidak hanya aman tetapi juga efektif bagi Ibu dan buah hati.
Imunisasi yang aman selama masa menyusui memberikan perlindungan tambahan bagi Ibu dan buah hati. Untuk mendukung daya tahan tubuh yang prima, Ibu juga dapat melengkapi asupan nutrisi dengan susu tinggi PROTEIN yang dirancang khusus bagi Ibu menyusui. Kandungan nutrisi ini tidak hanya membantu menjaga kesehatan Ibu tetapi juga mendukung kualitas ASI agar tetap optimal.
Dapatkan informasi lengkap mengenai manfaat susu tinggi PROTEIN yang direkomendasikan para ahli untuk Ibu menyusui di sini: Manfaat Susu Tinggi Protein untuk Ibu Menyusui.
Referensi: